*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Nona yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Film Indonesia dengan latar Prancis, Korea, atau Amerika Serikat mungkin udah biasa banget. Kalau kalian mencari tontonan dengan latar negara yang unik, film Nona bisa menjadi tontonan yang tepat.
Mengambil latar di Azerbaijan, Nona adalah film yang menawarkan visual menyegarkan. Posternya sangat menarik: seorang perempuan muda melompat di atas pegunungan bersama boneka. Tagline-nya yang berbunyi ‘jika kamu kehilangan arah, kamu akan menemukan dirimu sendiri’ itu nendang banget buat anak muda zaman sekarang yang semakin bermasalah dengan krisis identitas gara-gara persebaran informasi yang enggak bisa dikontrol.
Di antara kebanyakan film Indonesia yang cenderung hanya ‘berani’ main-main dengan genre cinta-cintaan atau horor, film Nona berani tampil beda.
Film Nona berkisah tentang Nona, seorang gadis yang depresi akibat kematian sahabatnya, Ogy. Ogy kecelakaan tepat di hadapannya. Namun, suatu hari, dia mendengar suara Ogy dari boneka orangutan hadiah dari sahabatnya itu. –seolah roh Ogy masuk ke sana.
Suara itu mengajaknya buat pergi ke Azerbaijan untuk menemukan bahtera Nuh. Perjalanan ini selain dilandasi hal yang absurd, tentunya enggak mudah.
Langsung saja simak review khas KINCIR film Nona di bawah ini.
Sinematografi Cantik, Bikin Kita Jalan-Jalan
Travelling adalah hal yang sangat mewah di tengah pandemi kayak begini. Film ini bisa sedikit mengobati hal itu lewat petualangan Nona.
Sejak saat Nona menginjakkan kaki di Azerbaijan, kita udah disuguhi pemandangan kota yang unik. Azerbaijan sendiri merupakan negara di persimpangan Asia Barat dan Eropa, jadi enggak mengherankan kalau arsitektur bangunan-bangunan di sana mendapatkan pengaruh Eropa sekaligus Timur Tengah. Keindahan ini ditambah dengan iklim sub-tropis Azerbaijan, bikin view tampak menyejukkan hati.
Pemandangan indah ini juga masih berlangsung sampai Nona ke pemandangan pertama yang ditemui oleh penumpang bahtera Nuh. Dikelilingi sama pegunungan bersalju, adegan ini terasa sangat khidmat, sunyi, sekaligus mengharukan.
Bicara soal sinematografi, film ini memang jagoan. Namun, bagaimana dengan plot? Sebetulnya, plot Nona cukup menarik. Kita dibawa menyelami perasaan Nona, keterasingannya di negara asing, dan gimana dia dealing sama depresinya dan sama fakta kalau Ogy bisa ngomong.
Ada adegan yang realistis banget dalam film ini, yakni ketika Nona dan salah seorang penduduk asli melakukan percakapan. Mereka berdua sama-sama enggak punya bahasa yang bisa menautkan komunikasi antarkeduanya.
Google Translate pun dipakai buat menjadi jembatan. Logika ini sering banget enggak ditampilkan dalam film-film yang menyangkut hubungan antarnegara, seolah kita masih hidup di abad ke-19.
Pasalnya, film travelling biasanya pengin bikin momen kegagalan komunikasi akibat bahasa sebagai hal kocak atau awal dari masalah –di mana ini enggak logis kecuali kalian berwisata ke daerah tanpa Internet atau kalian ditangkap sama tentara Korea Utara.
Beberapa Hal Klise, Seperti Ada Mesin Tuhan
Meskipun berani buat keluar dari zona nyaman khas film Indonesia, tetapi tetep ada beberapa hal yang bikin kita geregetan. Entah mengapa ada banyak sekali adegan kehilangan barang dalam film Indonesia yang mengambil lokasi di luar negeri. Surat dari Praha yang temanya dalam pun bahkan enggak lepas dari adegan ini.
Dalam perjalanannya di Azerbaijan, Nona juga sempat ditipu oleh pengemudi sehingga barang-barangnya hilang. Ini membuat masalahnya semakin besar. Mau enggak mau, dia harus bertahan hidup di negara orang dan pada akhirnya meminta bantuan penduduk yang enggak bisa berbahasa Inggris.
Ketika melihat adegan saat barang-barang Nona hilang, penonton bakalan sebel. Rasanya kita ingin membodoh-bodohi Nona yang dari awal aja udah terlihat nekat buat pergi ke negara asing. Kondisi Nona yang depresi sebenernya bisa menjadi excuse atas kecerobohannya, sehingga adegan ini lumayan bisa dimaafin.
Hal-hal lain yang agak “janggal” adalah seolah ada keberadaan deus ex machina yang membantu Nona dan Ogy buat bertahan hidup di sana. Azerbaijan bukan negara maju, bahasanya juga asing, entah mengapa Nona dan Ogy bisa dengan mudah mendapatkan uang dan bantuan buat bertahan hidup. Manusia biasa mungkin udah menyerah dan lebih baik balik badan ke KBRI.
Karakter yang Enggak Biasa
Namun, Nadya Arina sebagai Nona udah mampu menunjukkan karakter yang rapuh dengan baik. Interaksinya sama boneka orangutan terlihat menyedihkan, bikin kita merasa bahwa Nona ini memang butuh bantuan medis, tetapi juga bikin kita terharu karena hanya boneka itulah yang mampu mengekalkan kenangan-kenangan tentang sahabatnya.
Augie Fantinus selaku Ogy, meskipun perbedaan usianya jauh, tetapi tetap bisa membangun chemistry sebagai pria yang jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri dengan baik. Masalahnya, tokoh Ogy ini bisa jadi ngeselin.
Nona sendiri lebih milih Steve, cowok badboy pada umumnya, dan itu bikin hubungan mereka enggak baik sebelum Ogy meninggal. Entah bucin atau baik banget, Ogy selalu mencintai Nona, bahkan setelah ia menjadi boneka orangutan.
Berangkat dari cinta tak terbalas yang klise dari persahabatan cowok dan cewek, film ini mampu membuat eksekusi yang enggak biasa. Selesai menonton film ini, kalian akan berkontemplasi tentang bagaimana untuk belajar memaafkan masa lalu dan memaafkan diri sendiri.
Keputusan Nona terhadap boneka Ogy pada akhir cerita menggambarkan perpisahan yang bikin pilu. Akan tetapi, memang pada dasarnya akan datang waktu di mana kita harus merelakan hal-hal yang kita cintai.
Well, hidup ini sendiri udah jadi kayak perjalanan, dan Nona hanya memvisualisasikan perjalanan tokoh Nona untuk menemukan diri sendiri lewat tangan Azerbaijan.
Selain itu, film ini juga bakal menyadarkan kalian bahwa ada banyak hal yang sebaiknya disampaikan sebelum terlambat. Seperti cinta, misalnya. Dan satu lagi, nih, sekeren-kerennya fakboi, masih lebih keren cowok tulus dan setia seperti Ogy.
***
Film Nona udah tayang di Disney+ Hotstar sejak 6 November 2002 dan bisa kamu nikmati dengan berlangganan paketnya. Masih ada banyak film Indonesia menarik di sana yang bikin kamu enggak nyesel udah membayar biaya bulanan. Tertarik buat nonton?