*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 8 | Penokohan: 9 | Visual: 10 | Sound Effect/Scoring: 9 | Penyutradaraan: 9 | Nilai Akhir: 9/10
Harus diakui film bergenre aksi merupakan genre yang paling digemari. Peluang ini pun dijadikan produser untuk melahirkan sekuel dari film tersebut. Agar tak membosankan, filmmaker pun berlomba-lomba untuk menciptakan cerita menarik untuk mendukung adegan aksi. Sayangnya, enggak semua film aksi mampu mempertahankan konsistensinya. Makin banyak sekuel, cerita dan aksi yang disajikan justru menunjukkan kemunduran. Namun, sepertinya steorotipe tersebut enggak berlaku buat waralaba Mission: Impossible.
Waralaba yang lekat dengan sosok Tom Cruise sebagai Ethan Hunt ini justru membalikkan paradigma tersebut. Sejak film keempat, Mission: Impossible seperti tak pernah menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Makin ke sini, cerita yang ditawarkan makin menarik dengan adegan aksi yang makin menggila. Hal tersebut bisa lo buktikan sendiri dengan menonton film terbaru yang jadi entri keenam waralaba ini, Mission: Impossible – Fallout.
Agen IMF Ethan Hunt kembali hidup dengan 'tenang' setelah menerima misi untuk menggagalkan transaksi senjata nuklir plutonium agar tidak jatuh ke tangan Apostles. Sayangnya, misi Hunt gagal setelah plutonium tersebut hilang. Untuk menggagalkan rencana jahat grup teroris Apostles yang ingin menggunakan plutonium tersebut untuk menghancurkan dunia, Hunt kali ini berpartner dengan agen CIA bernama August Walker (Henry Cavill) serta agen IMF yang selama ini menemaninya. Hunt pun berpacu dengan waktu agar plutonium yang hilang tersebut tak jatuh ke tangan yang salah.
Mission: Impossible – Fallout adalah bukti nyata bahwa Tom Cruise benar-benar tak menua. Di usianya yang ke-56, sang aktor justru makin memperlihatkan performa terbaiknya. Membawa gaya yang sama dengan film-film Mission: Impossible sebelumnya, akting Cruise tetap menawan dengan totalitas yang luar biasa.
Yap, totalitas yang ditunjukkan olehnya selama mengabdi kepada waralaba ini benar-benar di luar ambang batas. Mungkin lo udah pernah baca berita soal Cruise yang mematahkan kakinya gara-gara aksi melompati gedung. FYI, Cruise benar-benar melakukan keduanya. Melompati gedung dan mematahkan kakinya. Hal ini pun membuat syuting film ini sempat ditunda untuk beberapa waktu.
Selain itu, bukti totalitas Cruise juga dibuktikannya dengan mengambil les terbang helikopter agar bisa menerbangkannya dalam adegan di film ini. Sedikit bocoran, adegan Cruise menerbangkan helikopter adalah salah satu yang enggak boleh lo lewatkan.
Harus diakui bahwa adegan aksi yang benar-benar terasa nyata dan emosional inilah yang membedakan Mission: Impossible dengan waralaba film aksi lainnya. Lebih kerennya lagi, adegan aksi minim CGI yang disajikan dalam Fallout juga sama mustahilnya dengan kebanyakan film aksi lain yang kerap menggunakan efek CGI. Hasilnya pun terlihat jelas dalam film. Adegan stunt yang dilakukan Cruise sukses bikin penonton selalu menahan napas. Kakinya yang patah pun terbayar lunas dengan rasa puas penonton.
Permainan kamera juga sangat berperan besar dalam epiknya adegan aksi di Fallout. Teknik pengambilan gambar yang dilakukan sinematografer Rob Hardy membuat setiap adegan jadi bernyawa. Khususnya saat adegan aksi benar-benar dimainkan oleh Cruise atau stuntmen. Permainan efek suara dan scoring yang mengesankan pun membuat semuanya jadi terasa sempurna.
Tentu enggak semua adegan aksi 'mustahil' benar-benar dilakukan tanpa efek komputer. Ada beberapa adegan yang enggak luput dari sentuhan 'manis' CGI. Mungkin intensitas dan ketegangannya memang enggak setinggi adegan aksi Cruise melompati gedung. Namun, sutradara Christopher McQuarrie berhasil mengakalinya dengan menyisipkan bumbu-bumbu lain. Entah itu humor atau drama, adegan aksi yang tadinya berpeluang ngebosenin justru jadi terlihat menarik dan penuh arti.
Fallout bisa dibilang menutupi berbagai kelemahan yang ada di seri Mission: Impossible sebelumnya. Selama ini, Mission: Impossible hanya lekat dengan Tom Cruise, Jeremy Renner (sebagai Brandt, dan dia absen di film ini), Simon Pegg (sebagai Benji), dan Ving Rhames (sebagai Luther). Karakter yang mereka mainkan memang punya penokohan kuat. Kualitas akting mereka pun juga membuat semuanya makin lengkap.
Sayangnya, hal tersebut juga mempunyai konsekuensi. Karakter-karakter lain selain yang mereka perankan justru tenggelam dan enggak begitu mendapat sorotan. Penonton pun jadi terlalu bersimpati kepada karakter jagoan saja, sedangkan karakter penjahat jadi dilupakan begitu aja.
Karakter antagonis di Fallout pun mendapatkan porsi dan penokohan yang sangat baik. Sean Harris kembali memerankan Solomon Lane yang jadi penjahat utama di film sebelumnya. Penokohannya pun makin terasa di film ini berkat perannya yang cukup berpengaruh dalam cerita.
Di antara semua penampilan apik yang dibawakan oleh para pemeran, Henry Cavill lah yang tampil paling gemilang. Enggak bisa bohong kalau semua mata tertuju padanya gara-gara kasus "kumis" yang punya andil terhadap kebobrokan Justice League. Entah kenapa, justru hal tersebut menjadi berkah baginya di Fallout. Penampilan berkumisnya membuat Cavill keluar dari pesona Superman yang selama ini dia bawa. Dia juga tampil apik sebagai karakter 'abu-abu' yang mampu menyeimbangi pesona Tom Cruise sebagai ikon Mission: Impossible.
Penokohan karakter August Walker yang diperankan Cavill sebenarnya agak menjebak. Cerita memang jadi bisa ditebak karena kita semua tahu bahwa Cavill akan menjadi penjahat utama meski di dalam cerita diceritakan sebagai agen CIA. Hal ini mungkin dianggap sebagian orang sebagai kelemahan film karena membuat cerita jadi mudah ditebak. Pendapat lo ada benarnya, namun ada salahnya juga.
Yap, dugaan lo benar karena Cavill memang berperan sebagai penjahat utama yang akan berduel dengan Ethan Hunt di babak pamungkas. McQuarrie dengan skenarionya yang cerdas bikin lo merasa sotoy di akhir film. Lewat penokohan karakter August Walker, lo akan dipaksa menebak-nebak bagaimana film akan berakhir. Sepanjang film, lo akan dibuat penasaran dengan siapa dan apa sebenarnya motif Walker sebagai seorang penjahat.
Dua jempol untuk McQuarrie sebagai sutradara sekaligus penulis skenario. Tampak dia tahu dengan jelas kalau filmnya punya beberapa kelemahan, atau mungkin dia memang sengaja membuat kelemahan tersebut. Namun, dia selalu berhasil menutupinya dengan baik sehingga penonton enggak terlalu memikirkan kelemahan tersebut.
Salah satu langkah menutupi kelemahan yang bisa dijadikan contoh adalah penokohan karakter August Walker. Seperti yang udah dijelaskan di atas, dia memang selalu memberi petunjuk kalau dia adalah penjahat. Hal ini jelas menjadi kekeliruan karena cerita jadi akan mudah ditebak.
Untungnya, McQuarrie secara sukses menutupnya dengan adegan aksi fantastis yang tak ada jeda sejak terungkapnya niat jahat Walker hingga film berakhir. McQuarrie juga dengan tepat memainkan twist plot yang membuat cerita yang tadinya terkesan mudah ditebak, jadi sebaliknya.
Selama hampir 2,5 jam, lo akan merasakan betapa sepadannya apa yang lo dapatkan dengan yang lo bayarkan. Bahkan, semua sajian apik, mulai dari adegan aksi superepik, akting menawan, hingga kumis Henry Cavill, waktu 147 menit pun jadi terasa kurang. McQuarrie juga makin menunjukkan kualitasnya dengan menunjukkan kepada filmmaker lain bagaimana sebuah film aksi dibuat. Jadi, semoga aja berkat keepikan Fallout, tren film aksi kembali ke masa old school saat adegan aksi dilakukan dengan aksi nyata para pemainnya, bukan dengan efek komputer.
Mission: Impossible – Fallout tayang mulai 25 Juli 2018 di seluruh bioskop Indonesia. Kalau lo udah nonton film ini, jangan lupa kasih penilaian versi lo sendiri di kolom review, ya!