*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Film horor memang enggak ada matinya. Biasanya kerap tampil dengan formula klise yang itu-itu aja. Namun, Ari Aster kembali dengan keunikan genrenya mempersembahkan film Midsommar.
Bahkan, saking banyaknya adegan yang dianggap kurang pantas, hampir batal tayang di Indonesia. Dengan kerja keras Feat Pictures, akhirnya Midsommar bisa tayang di Indonesia, meski dipotong adegan 9 menit.
Menceritakan perayaan musim panas yang dilakukan masyarakat Harga 90 tahun sekali. Pelle mengajak keempat teman dekatnya untuk berlibur ke kampung halamannya tersebut. Enggak disangka, musim panas yang harusnya menyenangkan, justru menjadi mimpi buruk.
Berhasilkah mereka keluar dari ritual tersebut? Ataukah Harga menjadi takdir akhir mereka? Yuk, simak ulasannya.
Kisah Surealis yang Segmented
Film Midsommar ini kerap dibandingkan dengan karya Ari Aster sebelumnya, Hereditary (2018). Memang, sama-sama horor yang gila, surealis, dan bikin hati resah.
Bukan film horor sekte yang sempurna, mengingat, tema sekte dalam film horor enggak bisa dibilang sedikit. Ketika sebagian besar filmmaker bikin topik serupa dengan main “aman”, Aster justru menanggalkan logika kebanyakan orang.
Banyak adegan yang menantang logika. Enggak heran jika filmnya dipotong 9 menit untuk penayangan di Indonesia. Aster memanfaatkan hal-hal terburuk yang dilakukan suatu sekte yang mengatasnamakan kebahagiaan dan pengorbanan.
Padahal, filmnya lebih dalam dari itu. Ada topik tentang relationship sepasang insan maupun antarinsan yang dicoba sang sutradara lewat genre horor musim panas. Bahkan, isu ini udah ditunjukkan di awal film antara Dani dan keluarganya, serta Dani dan Christian.
Midsommar membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai titik yang mudah ditebak. Ditampilkan lamban, meski detail. Ya, bisa jadi, sang sutradara menginginkan penonton merasakan empati dari para karakter yang bernasib tragis.
Film produksi A24 ini memang segmented alias enggak semua orang suka dengan genrenya. Mengingat, topik sekte dan surealis yang diangkat akan terasa “berat” bagi sebagian orang.
Visual dan Scoring yang Disturbing
Kelebihan film Midsommar memang pada visual dan scoring. Bayangkan film horor musim panas yang terik, dihiasi warna-warni bunga dan gaun putih, tapi penuh kesadisan yang hebatnya enggak ada darah bermuncratan.
Entah apakah istilah clean gore bisa mewakili, tapi yang pasti, segala ekspresi dan adegan sengaja tampil lama secara close up. Ya, penampakan kepala hancur, adegan seks yang creepy, sampai bagian tubuh yang terpotong bisa kalian saksikan yang bikin kalian elus dada.
Enggak hanya itu, scoring-nya Midsommar juga benar-benar bikin kalian terganggu secara mental. Gilanya, kalian udah bisa rasakan sejak menit awal sampai film selesai. Efeknya, keluar bioskop, perasaan resah akan menyelimuti.
Sayangnya, Perkembangan Karakternya Biasa
Hal ini sebenarnya jadi “masalah dan enggak masalah”. Masalahnya, para bintang enggak memiliki perkembangan karakter yang signifikan. Namun, enggak masalah jika tujuan kalian nonton hanya untuk melihat sadisnya ritual.
Florence Pugh sebagai Dani bisa tampil tragis ketika harus menahan tangis. Diharapkan, penampilannya nanti di Black Widow (2020) sebagai Yelena Belova akan lebih nempel di ingatan.
Lalu, ada Jack Reynor sebagai Christian yang labil, nyebelin, tapi kasihan. Ada juga Will Poulter sebagai Mark yang masih dengan karakter slengean, seperti perannya di film-film Maze Runner dan Bandersnatch (2018). Kemudian, ada William Jackson Harper sebagai Josh dan Vilhelm Blomgren sebagai Pelle.
Pengalaman Nonton di Bioskop Lebih Ngena, meski Dipotong
Dari trailer, kalian enggak bakal lihat apa yang menganggu, tapi ekspresi para bintangnya lah yang bakal bikin penasaran. Filmnya bikin berimajinasi, bahkan belum tentu adegannya akan seburuk yang dikira. Ya, tontonlah film ini, jangan baca atau tonton apa pun sebelumnya.
Disarankan, siapkan minuman aja selama nonton, sebagai pencair rasa resah. Memang, lumayan menurunkan ekspektasi ketika film Midsommar dipotong 9 menit. Namun, enggak ada salahnya kalian nonton di bioskop terlebih dahulu, sebelum keluar versi lengkapnya di streaming legal.
Rasanya akan berbeda jika kalian nonton di gawai. Apalagi buat yang penasaran, tapi keukeuh enggak mau nonton di bioskop karena takut kecewa. Eits, bukan berarti filmnya lebih bagus karena dipotong, tapi scoring dan visualnya pasti berbeda jika nonton di ponsel atau laptop.
***
Kalian bisa nonton film Midsommar mulai 7 September 2019 dan hanya tersedia di jaringan bioskop CGV dan Cinemaxx. Oh ya, film ini hanya diperuntukkan buat kalian yang berusia 21 tahun ke atas, ya.
Kalau udah nonton, bagikan pengalaman kalian di kolom artikel yang ada di awal artikel ini, ya. Tunggu ulasan film selanjutnya hanya di KINCIR.