Film tentang hubungan manusia dengan hewan bukanlah hal baru, seperti film Mia and the White Lion yang menggambarkan persahabatan dua makhluk. Hal itu udah tergambar dari judul dan poster filmnya. Makin jelas arah filmnya kalau kalian lihat cuplikannya.
Menceritakan Mia Owen (Daniah De Villiers) yang kecewa akan kepindahan keluarganya dari London ke Afrika Selatan. Di tengah enggak betahnya karena enggak punya teman, seekor singa putih lahir dari peternakan singa milik ayahnya, John Owen (Langley Kirkwood). Singa yang diberi nama Charlie ini ternyata tertarik dengan Mia hingga terjalin persahabatan selama tiga tahun.
Khawatir karena keselamatan Mia bersahabat dengan hewan buas, keluarganya melarang Mia mendekati Charlie. Karena Mia menentang, nasib Charlie di ambang kematian. Ayahnya akan menjualnya ke pemburu. Berhasilkan Mia menyelamatkan Charlie dari sistem penjualan hewan yang kerap terjadi di Afrika Selatan?
Menyadarkan Dunia Akan Hukum Perlindungan Hewan
Film Mia and the White Lion lebih dari sekadar tayangan persahabatan antara manusia dengan hewan. Sebenarnya kisah seperti ini udah banyak diadaptasi, seperti Hachi: A Dog’s Tale (2009), Dolphin Tale (2011), Air Bud (1997), dan masih banyak lagi. Berbeda dengan film ini yang juga menampilkan soal perlindungan terhadap hewan liar.
Memang, konflik yang terjadi agak bias. Di awal film Mia and the White Lion, hanya menampilkan konflik batin Mia yang terus-terusan kecewa dengan keluarganya karena enggak betah di rumah baru. Keduanya tumbuh besar, masalah pun makin besar. Nah, konflik-konflik tersebut sebenarnya berpotensi menjadikan cerita lebih emosional, sayangnya nanggung.
Beberapa konflik ditampilkan hanya di permukaan, hingga terasa sedikit absurd. Memang, persahabatan antara manusia dengan hewan buas seperti singa kerap terjadi, tapi jarang ditampilkan dalam film layar lebar. Kita justru melihatnya di acara TV yang menampilkan kisah inspiratif persahabatan manusia dengan singa, atau dokumenter spesial. Mengingat, singa bukanlah hewan peliharaan pada umumnya.
Kelemahan tersebut sedikit tertutup karena narasi timeline Mia dan Singa yang diperlihatkan tumbuh bersama. Keduanya bikin penonton ikut merasakan bahwa seliar-liarnya singa, masih cantik juga. Keotentikan unsur-unsurnya memotivasi penonton untuk bercermin.
Chemistry yang Hangat Karena Lamanya Produksi
Hampir terasa membosankan, tapi bisa tertutupi pas kalian tahu fakta di balik pembuatan film ini. Film Mia and the White Lion dibuat hampir 3 tahun dan menggunakan hewan-hewan yang sama sepanjang proses shooting film. Sebagai informasi, film ini hanya punya 7 pemain inti.
Awalnya, sang sutradara, Gilles de Maistre pernah bertanya kepada pawang singa, Kevin Richardson, untuk bikin film anak dengan singa. Dia diberitahu bahwa itu enggak mungkin, karena satu-satunya cara bagi singa untuk enggak menyakiti anak itu adalah mengharuskan mereka tumbuh bersama. Makanya, de Maistre rela merekam film dari Mei 2015 hingga Desember 2017.
Untungnya, dia menemukan gadis muda dari Afrika Selatan yang udah akrab dengan singa, Daniah de Villiers. Rasa enggak takutnya semakin menumbuhkan chemistry tersebut, meski beradu akting dengan hewan liar. Enggak hanya itu, chemistry keluarga Owen yang terdiri dari Mélanie Laurent sebagai ibu, Langley Kirkwood sebagai ayah, dan Ryan Mac Lennan sebagai Mick (adik Mia) terasa hangatnya.
Visual Dokumenter
Warna dan latar film Mia and the White Lion mirip seperti atmosfer film The Lion King (1994) atau The Jungle Book (2016). Terasa warna rimba dan petualangannya, meski dibalut drama kekeluargaan. Memang, enggak ada yang terlalu istimewa, tapi latar tersebut cukup menyenangkan buat kalian yang berjiwa petualang.
Soal scoring, musik latar yang mengiringi timeline kehidupan Mia dan Charlie jadi pelengkap. Kalian akan terasa lagi nonton dokumenter seseorang dengan atmosfer sinematik. Film asal Perancis ini bisa jadi alternatif kalian untuk family time di akhir pekan. Sambil kembali menyadari bahwa sebuas-buasnya hewan liar, akan takluk juga oleh cinta. Mereka juga patut diperlakukan layaknya manusia.
Di akhir film Mia and the White Lion, kalian akan diberi fakta yang bikin tersentuh soal populasi singa saat ini. Memang, enggak berdampak besar, tapi film ini seakan jadi kampanye pencinta hewan untuk enggak memperlakukan hewan dengan kasar.
Film Mia and the White Lion tayang mulai 27 Februari 2019 di bioskop. Kalau udah nonton, yuk, utarakan pendapat kalian soal film ini pada kolom review di awal artikel ini.