*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Bikin spin-off film ternama memang enggak mudah. Apalagi, jika penggemar lamanya membandingkan dengan trilogi terkenalnya. Nasib yang kurang baik bagi film Men in Black: International, di hari pertamanya. Meski, menorehkan 28,5 juta dolar (402 miliar) secara domestik, film besutan F. Gary Gray ini didera kritik keras.
Menceritakan agen senior MIB, Agen H (Chris Hemsworth) yang dipasangkan dengan agen amatir, Agen M (Tessa Thompson) yang baru saja menerima tugas pertamanya. Mereka bersatu melawan serangan alien yang mengincar senjata terkuat di jagat raya.
Sayangnya, Agen H yang diharapkan bisa melawan alien tersebut justru malah sering berbuat onar dan merugikan Men in Black. Sebenarnya, siapa alien jahat yang ngincar senjata terkuat untuk menguasai Bumi?
Spin-off yang Malang
Berbeda dengan film Hollywood lainnya, Men in Black: International tayang terlebih dahulu dibandingkan Indonesia. Makanya enggak heran kalau filmnya udah dicap buruk duluan sebelum tayang di Indonesia. Lantas, apakah seburuk itu?
Harus diakui, alur cerita film ini tampak terburu-buru. Konflik utama enggak diceritain sejak awal dan kerap melompat. Soal komedi pun hanya permukaan, enggak sampai bikin ngakak, padahal para karakter udah berusaha bikin momen lucu.
Sang sutradara, Gray, seakan kurang memiliki keterampilan seperti Barry Sonnenfeld untuk kombinasikan live action dan efek visual. Alhasil, para karakter tampak canggung ketika harus bereaksi dengan alien yang dihasilkan komputer.
Bisa jadi, semua kekurangan film Men in Black: International juga ada hubungannya dengan fakta di balik layar. Ternyata, Gray sempat mengundurkan diri dari film ini dalam beberapa kesempatan. Sumber frustasi Gray karena sering terjadi bentrokan kreatif dengan sang produser, Walter F. Parkes.
Akhirnya, perbedaan tersebut menghasilkan penulisan ulang naskah, ketidakpuasan aktor, dan membuat pilihan adegan alternatif. Cerita yang kalian tonton adalah pilihan Parkes, sedangkan milik Gray disimpan. Ya, hanya waktu yang menentukan apakah kasus ini akan menjadi versi “Snyder's Cut” yang lain.
Terima Kasih, Bintang Ternama!
Hebatnya, para bintang yang mengisi film ini memberi air segar dari kritikan pedas, meski enggak sepenuhnya menyelamatkan, mengingat akting yang terlihat kaku.
Pesona Chris Hemsworth sebagai Agen H menjadi penyegar mata. Apalagi, karakternya dibuat lebih cerewet dan konyol dibandingkan di film superheronya.
Berkolaborasi dengan Tessa Thompson sebagai Agen M, keduanya memang lebih baik dari kolaborasi sebelumnya, meski masih canggung. Keduanya bisa membuka kesempatan di masa depan soal “Men dan Women in Black”.
Hadirnya Liam Neeson sebagai Agen T dan Rafe Spall sebagai Agen C memang jadi kejutan, tapi tetap aja bisa ditebak. Secara garis besar, bintang-bintang di film Men in Black: International menjadi daya tarik, meski enggak menunjukkan akting terbaik dibandingkan film-film mereka sebelumnya.
Scoring dan Visual jadi Salah Satu Penyelamat
Sebenarnya, enggak semuanya buruk. Untungnya masih ada unsur yang jadi kelebihan, seperti senjata-senjata, teknologi, dan shoot adegan yang lebih modern dibandingkan dengan pendahulunya.
Ditambah, elemen tersebut bikin film terlihat segar karena unsur petualangan, komedi, dan fantasi. Makanya, meskipun sebenarnya narasinya dark, visual yang ditampilkan tetap light.
Sayangnya, beberapa visual tampak kaku. Adegan yang terjadi di jalanan Paris dan London yang kosong dan misterius terasa palsu, sementara yang lain penuh sesak dengan orang-orang merasa canggung, karena para figuran bingung bagaimana harus bersikap.
Cukup mudah untuk menebak apa yang sedang terjadi, tapi perlu waktu lama untuk kejutan-kejutan itu terungkap. Ya, meski enggak seseru film-film MIB sebelumnya, film ini tetap layak untuk ditonton.
Film Men in Black: International udah tayang sejak 21 Juni 2019. Bagikan pendapat kalian yang udah nonton di kolom ulasan yang ada di awal artikel ini. Tunggu ulasan film lainnya hanya di KINCIR, ya.