*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat lo, ya.
Film yang ngena di hati penonton biasanya menceritakan drama kehidupan yang nyata. Seperti film Laundry Show yang mengisahkan masalah-masalah dalam keseharian. Ditulis apik oleh Upi Avianto sekaligus sebagai produser, film ini bisa memberikan tontonan sekaligus tuntunan.
Mengisahkan Uki (Boy William) yang resign karena merasa frustasi dengan kariernya di perusahaan agensi kreatif. Dia pun buka usaha laundry karena itulah warisan ilmu yang diturunkan ibunya. Lambat laun, Uki menyadari bahwa berwirausaha itu enggak mudah. Apalagi menjadi bos dengan karakter karyawan yang berbeda-beda. Terlebih, ada saingan usaha laundry yang bikin Uki hampir menyerah.
Drama Kehidupan yang Menyenangkan
Sebenarnya sederhana dan klise. Semua orang pasti pernah mengalami hal serupa yang menyangkut karier. Tiap karakter yang ada di film Laundry Show seakan mewakili beberapa jenis karakter yang ada di muka Bumi. Sekaligus, mewakili beberapa masalah sederhana yang pernah dialami sebagian besar anak muda yang memasuki tahap quarter-life crisis.
Ide cerita yang dibangun sebenarnya udah bisa ditebak arahnya. Namun, proses penceritaan yang dilakukan Upi sebagai penulis dan Rizki Balki sebagai pengarah cerita, benar-benar menyenangkan. Kita tahu, soal karier enggak boleh main-main, karena itu suatu pilihan hidup yang serius. Hebatnya, para filmmaker membuat masalah tersebut enggak menakutkan.
Konsep menjadikan sosok Uki yang resign tanpa beban dan yakin bikin dengan usaha barunya, membuka pandangan anak muda untuk berani menentukan masa depan. Masalah tersebut bisa disampaikan dengan menyenangkan. Komedi yang diucapkan para karakter bisa receh sereceh-recehnya, bisa juga garing segaring-garingnya.
Sayangnya karena kebanyakan karakter dan saking kuatnya, bikin plot utamanya terasa kurang dan terkesan dipaksakan. Memang, di awal film, penonton terus dikasih komedi untuk bangun suasana fun, tapi lama-kelamaan kalian akan sadar di mana sebenarnya masalah film ini. Lalu, masalah yang ditunggu masuk dan bikin kalian yang tadinya ketawa ngakak sampai sakit perut, jadi hanyut dan haru.
Para Karakter dan Cameo Saling Melengkapi
Film Laundry Show bisa dibilang tontonan “berisik” yang enggak ngasih kesempatan emosi kalian buat tenang. Hal tersebut enggak lepas dari kuatnya para karakter. Bahkan saking kuatnya, mereka pantas punya kisahnya masing-masing yang bisa dituangkan dalam serial atau spin-off filmnya. Dialog improvisasi para karakter menambah kelucuan.
Boy William sebagai Uki, benar-benar bisa jadi poin kesuksesan akting karakter lain. Hal yang enggak kalian duga sebelumnya, Boy bisa jadi aktor yang punya masa depan menjanjikan. Kemudian, Gisella Anastasia sebagai Agustina bisa tampil enggak hanya jadi pemanis, tapi sekaligus nunjukkin bahwa aktingnya enggak boleh diremehkan.
Pemain pendukung seperti Tissa Biani sebagai Tiur, Erick Estrada sebagai Joni, Gabriella Desta sebagai Ranti, Mamat Alkatiri sebagai Kendi, dan Indra Jegel sebagai Toto. Semakin berwarna dengan kehadiran beberapa artis senior seperti Opie Kumis, Gading Marten, hingga Aming sebagai cameo hadir di waktu yang enggak disangka-sangka.
Visual Cerah dan Sumringah
Warna-warna cerah dalam film Laundry Show seakan menggambarkan apa pun masalahnya, bisa diselesaikan dengan cara yang menyenangkan. Hebatnya, warna cerah tersebut bisa berubah sesuai dengan mood yang lagi dibangun para karakter. Ketika Uki lagi sedih, usahanya hampir bangkrut, ditampikan warna cerah tapi sedikit muram. Sedangkan, usaha saingannya yang dibangun Agustina berjaya, ditampilkan warna cerah dan sumringah.
Seimbangnya tata musik dan dialog juga bikin film makin hidup. Musik dengan timing yang pas bikin penonton sedikit melupakan kekurangan film ini. Bisa dibilang, departemen teknis udah maksimal dan hasilnya nyaris sempurna.
Makna Tentang Karier, Keluarga, dan Cinta yang Manis
Kalau dilihat dari premisnya, mirip dengan Cek Toko Sebelah (2016) karya Ernest Prakasa. Soal karier, keluarga, dan cinta diramu jadi satu masalah yang berbuah manis jika diarahkan dengan benar. Jika di film Cek Toko Sebelah, Ernest bergelut emosi dengan sang ayah, di Laundry Show, Uki bergelut emosi untuk bahagiakan sang ibu. Keduanya sama-sama berikan keharuan mendalam tentang keluarga.
Secara garis besar, film Laundry Show cukup menghibur buat kalian yang lagi “pusing” soal karier. Drama entrepreneur disampaikan dengan menyenangkan dan enggak menggurui. Mengalir apa adanya jadi senjata skrip yang bisa relate dengan semua orang. Itulah jadi salah satu hal yang enggak kalian duga. Satu lagi, ada lifeh ack yang berguna banget buat keseharian kalian.
***
Kalian bisa nonton film Laundry Show bersama teman-teman yang lagi sama-sama galau soal karier. Film ini mulai rilis pada 7 Februari 2019 di bioskop seluruh Indonesia. Setelah nonton, jangan lupa untuk kasih ulasan versi kalian di sini, ya.