*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Masuki Oktober, penikmat layar lebar langsung dimanja dengan salah satu film paling ditunggu bulan ini. Setelah berhasil memenangkan Golden Lion September lalu, anugerah tertinggi pada gelaran Venice Film Festival, film besutan Todd Phillips ini langsung mencuri perhatian.
Setelah dikecewakan dengan penampilan dari Jared leto sebagai Joker di Suicide Squad (2016) lalu, penggemar film adaptasi komik menaruh harapan besar terhadap Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck. Menceritakan cerita orisinal dari musuh Batman paling ikonis, apakah film keluaran Warner Bros. Pictures ini berhasil menjawab ekspektasi tinggi penggemar?
Yuk, intip ulasan KINCIR untuk film Joker di bawah ini.
Kisahkan Kondisi Suram yang Bangkitkan Kegilaan
Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) adalah pria malang yang hidup dalam kondisi kelam Kota Gotham. Di tengah situasi carut-marut, keseharian Fleck diisi dengan perjuangan keras. Kontras dengan pekerjaannya menjadi badut penghibur, sang protagonis adalah pribadi yang menyimpan luka dalam. Menderita gangguan mental yang membuat ia tertawa terbahak-bahak dalam kondisi tertekan, Fleck kerap menjadi korban bully dari orang sekitar.
Enggak cuma mendapatkan pelecehan verbal, ia juga kerap tersakiti secara fisik oleh produk dari bobroknya pemerintahan Gotham. Namun, ketika kembali ke rumah, Fleck bisa kembali sedikit ceria saat bertemu dengan ibunya, yaitu Penny (Frances Conroy). Sudah lemah dan enggak berdaya, sosok tua ini menjadi cahaya penyejuk di tengah kerasnya kehidupan sang ‘Joker’.
Ternyata, sang ibu memiliki koneksi dengan Thomas Wayne (Brett Cullen), ayah dari Bruce alias Batman. tiga puluh tahun lalu, Penny pernah bekerja di perusahaan Wayne. Demi bisa membantu kondisi terpuruk, ia mengirimkan surat kepada Thomas untuk bisa mendapatkan sedikit bantuan dalam hidup.
Berbeda dengan sang ibu, Arthur menggantungkan harapan lewat mimpinya untuk menjadi komedian. Namun, mimpi besar Arthur pada akhirnya pupus dan berganti dengan lahirnya sosok gelap yang bengis dan enggak memiliki kemampuan untuk simpati.
Bukan Film Superhero Mainstream!
Mungkin ada dari kalian menyangka bahwa film besutan Todd Phillips ini bernuansa sama dengan film superhero yang belakangan rilis. Di sini KINCIR mau mengingatkan kalian bahwa Joker sangat jauh dari film pahlawan super. Film keluaran Warner Bros. Pictures ini sangat ‘mengganggu’ dan fokus di sosok Arthur Fleck yang beranjak ‘gila’ karena berbagai tekanan di kehidupan Kota Gotham.
Jadi buat yang ingin mengajak anak atau keponakan di bawah umur, segera urungkan niat kalian. Penuh dengan kekerasan yang cenderung sadis, momen ‘gila’ yang bikin bergidik, Joker memiliki potensi untuk memberikan dampak buruk kepada penonton belum cukup usia.
Jangan harap ada momen heroik hadir di Joker, tampak kental kejiwaan seorang manusia malang yang tergerus oleh kejamnya hidup. Enggak bisa dimungkiri, kalian akan merasakan depresi setelah dihantam oleh deretan sekuens yang berputar di sekitar Arthur Fleck.
Salah satu hal lain yang timbul adalah rasa kasihan terhadap Fleck. Ketika tengah berjuang untuk mencapai harapan, ada saja konflik yang hadir dan berujung derita. Salah satu elemen yang kental terasa adalah tawa ikonis Fleck saat sedang merasa stres. Bisa kalian bayangkan, ketika lagi di atas panggung klub komedi, belum mulai memberikan materi stand-up, penyakit Fleck kambuh dan menyebabkan ia tertawa tak tertahankan di depan orang banyak.
Bukan cuma itu, masih banyak momen lainnya yang memunculkan rasa iba. Mulai dari sini, persona Joker semakin kuat dan menguasai diri Fleck.
Perjalanan Menuju Ending yang Bikin Bimbang
Seperti yang udah kalian tahu, Joker adalah supervillain yang kejam dan brutal. Namun di film ini, kalian akan dipaksa memilih, apa yang kalian rasakan terhadap karakter Arthur Fleck. Pada bagian awal menuju pertengahan, deraan yang datang sukses melahirkan rasa iba dan kasihan. Namun menuju bagian akhir, aksi Joker yang mirip psikopat sontak bikin bergidik dan ngeri.
Tapi jika mengingat rentatan trauma yang dialami Joker dari awal, ada pemikiran logis yang bisa diterima. Bagaimana pada akhirnya cobaan dan derita tersebut menumpuk dan menyebabkan Fleck kehilangan kemampuan untuk simpati. It’s all makes sense.
Kembali lagi, kalian lebih memilih untuk melihat sosok Joker sebagai korban atau villain?
***
Penuh dengan nuansa gelap, jauh dari kata mainstream, akting sempurna dari Joaquin Phoenix yang Oscar-worthy, serta narasi bikin ngeri, KINCIR harus memberikan apresiasi tertinggi untuk Joker. Sudah hadir di bioskop, KINCIR sangat merekomendasikan film satu ini untuk kalian tonton. Tapi ingat, jangan ajak anak di bawah umur, ya.
Setelah nonton, jangan lupa untuk berikan rating dan komentar kalian di sini, ya.