*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 6 | Penokohan: 6 | Efek Suara/Scoring: 6 | Visual: 6 | Nilai Akhir: 6/10
Harus diakuin, Saw adalah salah satu waralaba film horor tersukses yang pernah ada. Sejak ditayangin pertama kali pada 2004 hingga 2010, Saw-verse udah neror kita semua lewat tujuh film yang sukses bikin dengkul jadi lemas. Nah, setelah tujuh tahun "terkubur", Saw-verse bangkit kembali lewat seri film terbarunya, Jigsaw.
Film yang disutradarai oleh Michael dan Peter Spierig ini punya cerita yang enggak ada bedanya sama film-film Saw sebelumnya. Kisah dimulai dari mimpi buruk "permainan nyawa" ala John Kramer alias Jigsaw yang kembali menghantui polisi. Kramer sendiri dipercaya udah tewas karena kanker sejak lama. Makanya, hal ini bikin polisi kalang kabut, antara percaya dan enggak bahwa Kramer hidup kembali. Hal ini pun bikin penyidik mencurigai temannya satu sama lain.
Di tempat lain, lima orang yang bernasib kurang beruntung harus jadi peserta "permainan nyawa" Jigsaw. Mereka bisa memenangkan permainan ini dengan syarat harus mengakui kesalahan di masa lampau dan mengikuti peraturan. Sayangnya, satu per satu dari mereka enggak mampu ngelanjutin permainan alias tewas.
Seperti biasa, Saw-verse ngandalin adegan-adegan penuh cairan merah serta “permainan nyawa” yang unik. Buat lo yang enggak kuat sama film gory, Jigsaw dijamin bikin dengkul lo lemas. Sayangnya, buat lo yang udah biasa nonton film-film kayak begini, Jigsaw malah terlihat biasa banget. Dibanding film-film Saw sebelumnya, Jigsaw terasa nanggung dalam urusan adegan berdarah, entah disensor, memang dipotong, atau memang aslinya kayak begitu.
Jigsaw membagi latarnya dalam dua bagian. Pertama, latar tempat "permainan nyawa" berlangsung, dan kedua, latar suasana penyelidikan polisi. Pembagian latar inilah yang menurut Viki jadi nilai positif film ini. Soalnya, pembagian latar ini jadi kunci dari alur cerita yang bakal bikin lo terheran-heran (dalam arti positif) saat film berakhir.
Sama kayak alur cerita Saw-verse kayak biasa, Jigsaw penuh dengan kejutan-kejutan yang cukup menghibur. Selama nonton, lo bakal dibuat menebak-nebak dengan apa yang akan terjadi setelahnya. Terlebih twist plot di penghujung film yang sama sekali tak terduga.
Sayangnya, hal ini terasa enggak lagi istimewa mengingat formula ini telah digunakan waralaba Saw dalam tujuh film sebelumnya. Dalam hal ini, Jigsaw enggak lebih sebagai sekuel yang tugasnya cuma membangkitkan kenangan penggemar Saw.
Dibanding berkesan, twist plot yang ada di penghujung film lebih pantas dianggap terlalu maksa dan konyol. Setelah konflik yang dibangun dengan sedemikian rupa, entah kenapa, Jigsaw memilih rute twist seperti itu. Sebenarnya, twist plot Jigsaw bisa lebih berkesan. Sayangnya, ending film ini benar-benar gantung dan terasa antiklimaks. Kesannya, tim penulis skenario kayak udah kehilangan ide buat membuat bikin yang apik dan berkesan.
Yap, skenario yang dibuat oleh Josh Stolberg dan Peter Goldfinger memang terasa lemah. Jigsaw mampu menghibur dengan twist-nya. Sayangnya, ada cukup banyak "lubang" yang bikin cerita film ini jadi enggak jelas dan nanggung. Memang, ada beberapa adegan dengan tempo cepat yang tersusun rapi dan bikin kita paham jalan ceritanya. Namun, ada banyak juga adegan yang sebenarnya enggak terjelaskan dengan baik sehingga bikin penonton bakal bertanya-tanya.
Sama kayak aspek cerita, penokohan dalam Jigsaw juga enggak terasa istimewa. Enggak ada satu pun karakter yang benar-benar menonjol. Pembangunan karakter dan chemistry pun enggak bisa terjalin dengan baik. Begitu juga konflik antarkarakter yang terkesan dipaksain.
Aspek lainnya, kayak efek visual dan suara, juga enggak terasa istimewa. Sebelum nonton film, Viki berharap ada yang beda untuk film Saw kedelapan ini. Terutama setelah melihat poster promosinya yang terkesan artsy abis. Sayangnya, hal itu terbukti PHP karena pengalaman visual yang lo rasakan nanti dalam film enggak ada bedanya kayak film-film Saw sebelumnya.
Secara keseluruhan, Jigsaw enggak lebih dari sebuah sekuel yang sebatas sekuel. Enggak ada yang terasa beda selain jalan ceritanya. Buat penggemar film Saw, Viki yakin, film ini bakal bikin lo kecewa, mengingat butuh waktu tujuh tahun ke Jigsaw dari film sebelumnya. Makanya, alangkah lebih baik kalau John Kramer tetap “mati” jika pada akhirnya upaya buat menghidupkannya kembali justru berakhir seperti ini.
Nah, buat lo yang memang suka Saw dan penasaran sama film kedelapannya, Viki saranin, tonton aja Jigsaw yang bakal tayang 8 November 2017. Buat gambaran kayak apa filmnya, tonton aja dulu, deh, cuplikannya!