*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Ketika di awal tahun banyak rumah produksi yang merilis film keluarga, film Glass muncul sebagai pembeda. Bergenre psikologi thriller, film ini menjadi penutup trilogi superhero ala M. Night Shyamalan, setelah Unbreakable (2000) dan Split (2016). Yap, kalau kalian pengen nonton film jagoan yang lebih membumi, film Glass ini jadi jawabannya.
Melanjutkan kisa dari film Split, David Dunn berusaha menangkap The Beast, kepribadian manusia super yang ada di dalam diri Kevin Wendell Crumb. Keduanya tertangkap basah oleh aparat ketika bertarung dan dimasukkan ke pusat rehabilitasi yang ternyata ada Elijah Prince, otak dari kejadian tersebut.
Dilihat dari cuplikannya, kalian bisa lihat ada adegan adu hantam antar dua superhero. Lalu, bagaimana hal ini bisa terjadi? Akankah ketiga karakter yang mengaku punya kekuatan super ini dikenal publik dan enggak menyembunyikan identitasnya lagi?
Plot Menyenangkan, tapi Antiklimaks
Night Shyamalan menutup trilogi superheronya dengan antiklimaks. Film Glass sebenarnya enggak seburuk angka tomatometer yang diberikan kritikus. Bagus atau enggaknya film ini bisa dinilai dari beberapa sisi.
Kalau kalian menempatkan diri sebagai pengamat film, kalian pasti menilai film ini gagal jadi penutup. Sebaliknya, kalau kalian menempatkan diri sebagai penikmat film, Glass bisa dibilang punya plot yang menyenangkan. Apalagi, kalau kalian penggemar film psikologi thriller.
Film Glass berusaha menggabungkan tiga orang dan dua dunia dalam satu film. Sejak awal, film ini udah menyajikan berbagai adegan “rollercoaster” dari dua jagoan: Crumb dan Dunn. Plot makin rumit ketika Elijah merencanakan sesuatu dengan cara yang kurang tepat. Lewat dialognya, kalian bisa tahu arti pahlawan dari berbagai perspektif.
Hebatnya, film Glass enggak hanya menyatukan tiga karakter utama, tapi juga tiga karakter pendukung. Twist yang diberikan juga cukup bikin kalian terkejut. Sayangnya, saking banyaknya twist dan menggabungkan potongan plot yang ada, film ini gagal dramatis.
Karakter Kuat yang Enggak Boleh Disia-siakan
Ketiga karakter utama sama-sama punya karakter kuat. Bahkan, mereka juga didukung oleh karakter pendukung yang juga sama-sama kuat. Film ini benar-benar layaknya reuni karakter dari tiga film. Termasuk, hadirnya Shymalan sebagai cameo.
Bruce Willis sebagai David Dunn memang udah melekat sebagai vigilante hebat, bahkan, setua penampilannya pun bikin kalian segan. Lalu, ada James McAvoy sebagai Kevin Wendell Crumb, bocah dengan 24 kepribadian. Memang, aktingnya enggak sebanyak di Split, tapi film ini, kalian bisa melihat perubahan kepribadiannya secara apik.
Begitu juga dengan Samuel L. Jackson sebagai Elijah Prince alias Mr. Glass yang menampilkan karakter villain mirip dengan karakter yang sering dimainkannya di film-film lain. Yap, Jackson rasanya enggak terlepas dari sosok cerdas dan licik. Enggak lupa, para karakter pendukung yang kembali hadir seperti Spencer Treat Clark (Joseph Dunn), Charlayne Woodard (Ibu Elijah), dan Anna Taylor-Joy (Casey Cooke). Tak lupa, ada Sarah Paulson yang berperan sebagai seorang psikiatris handal bernama Dr. Ellie Staple.
Visual dan Scoring yang Emosional
Menggunakan tata kamera yang natural alias sesuai dengan pandangan mata, film Glass hadirkan pengalaman nonton yang unik. Karena banyaknya adegan kilas balik, kalian bakal nyangka kalau film ini udah disiapkan sejak film pertama. Sayangnya, pergantian tiap flashback kurang halus.
Soal scoring, Shyamalan mengarahkan penata suara dengan timing yang pas. Suara menegangkan, teriakan, ketakutan, kesedihan, dan keharuan bisa ditampilkan bergantian. Layaknya film psikologi, lewat suara pun bisa berdampak pada emosional penonton.
Dicintai Penggemar, Dibenci Kritikus
Cukup mengejutkan ketika angka tomatometer film Glass begitu rendah dibandingkan dua film sebelumnya. Padahal sejak tahun lalu, film ini udah diantisipasi kehadirannya. Penggemar sejak 18 tahun yang lalu udah nungguin tiga jagoan dalam satu film.
Meski angka tomatometer yang rendah, film ini punya banyak peminatnya, kok! Bisa dibilang, angka kecil enggak bikin penggemarnya ogah nonton. Malah, banyak yang penasaran dan membuktikan, apakah filmnya sebusuk penilaiannya?
Terlepas dari itu, film ini cukup menyenangkan, di samping banyak faktor yang terasa gagal. Kalian enggak perlu punya ekspektasi besar sebelum nonton film ini. Kalau perlu, kalian harus turunkan standar film jagoan yang biasa kalian lihat. Film ini menunjukkan bahwa pahlawan bisa datang dari sisi manusia mana pun.
Film Glass diberi peringkat PG-13 oleh Motion Picture Association of America karena ada beberapa kekerasan termasuk gambar berdarah, elemen tematik, dan bahasa. Berdurasi 129 menit, film ini bisa jadi tontonan adrenalin akhir pekan. Dianjurkan enggak bawa anak kecil pas nonton, ya! Karena film ini bergenre psikologi thriller, enggak pengen, dong, adik atau anak kalian malah trauma?
Film ini udah mulai tayang pada 16 Januari 2019 di bioskop. Kalau udah nonton, tulis ulasan kalian yang ada di awal artikel ini, ya!