*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Membesarkan imajinasi masa kecil sejak 1995, para mainan kembali "ngajak main" kita lewat film Toy Story 4. Banyak penggemar yang berpikir bahwa Toy Story 3 (2010) adalah akhir dari kisah Andy dan mainan, nyatanya enggak.
Woody selalu yakin keberadaannya di dunia adalah untuk memastikan kebahagiaan pemiliknya, baik Andy atau Bonnie. Jadi, ketika mainan barunya, Forky, merasa dirinya "sampah", Woody menyadarkannya.
Saat Bonnie membawa mainan-mainan berlibur, Woody justru berakhir pada sebuah petualangan baru yang mempertemukan dia dengan sahabatnya yang telah lama hilang, Bo Peep. Berhasilkah mereka mengatasi konflik?
Pedih, tapi Akhirnya Bikin Senyum
Alur cerita yang dibuat Andrew Stanton, penulis yang terlibat dalam Toy Story (1995), bukan lagi soal cara Woody atau para mainan membahagiakan Andy. Toy Story 3 (2010) hanyalah akhir dari petualangan Woody dan Andy yang membawanya ke petualangan baru.
Membawa pelajaran soal kehidupan, bahwa setiap akhir adalah awal yang baru. Begitu juga dengan cerita Toy Story 4 yang digarap Josh Cooley tentang Woody yang berada pada dunia baru. Bersama dengan mainan baru, dan pemilik baru, sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya.
Jika ini jadi akhir kisah Toy Story, Cooley bisa dibilang menutupnya dengan akhir yang bikin senyum, meski beberapa adegan bikin pedih. Dari awal sampai menuju klimaks, kalian akan dibuat tertawa.
Ya, lagi-lagi soal klasifikasi usia yang diterima film ini bikin beberapa unsur jadi universal dan enggak bisa diterima semua usia. Misalnya, beberapa adegan komedi, ada yang bikin sebagian ketawa ngakak, ada juga yang hanya bikin senyum simpul. Namun, enggak masalah, karena komedi sifatnya relatif.
Akan tetapi, sifat relatif itu akan dilebur dengan bumbu horor lewat adegan dalam toko barang antik, seperti karakter Benson yang mirip Slappy di Goosebumps (2015). Ditambah, kehadiran beberapa mainan baru juga memberikan warna yang bikin film Toy Story 4 jadi kaya.
Soal adegan sedih, kayaknya enggak ada yang menggantikan kesedihan di akhir Toy Story 3, saat Andy merelakan mainan favoritnya ke pemilik baru, Bonnie. Namun bukan berarti adegan sedihnya enggak ngena, melainkan Cooley enggak memberikan kesempatan kita untuk berlarut dalam kesedihan. Ya, ini juga jadi satu poin pesan film ini.
Emosional, Hidup, dan Bikin Larut
Melihat kembali para karakter mainan yang udah mengisi memori kalian sejak 1995 dan terakhir sembilan tahun yang lalu memang bikin bahagia. Mereka kembali tampil sama menyenangkannya.
Bedanya, para karakter Toy Story 4 ini dibuat lebih hidup lewat mimik. Cooley bikin Woody yang disuarakan Tom Hanks jadi lebih emosional. Suara Woody di sini, mengingatkan kalian pada peran Hanks sebagai Forrest Gump.
Buzz Lightyear yang disuarakan Tim Allen sayangnya enggak lagi jadi "pion" kedua, tapi tetap jadi sidekick Woody. Lalu, ada Bo Peep yang kembali disuarakan oleh Anne Potts, ya, karena dia senior abis, kadang, suara Bo Peep layaknya suara nenek-nenek.
Kalau kalian lihat deretan pengisi suara para karakter di sini, enggak perlu terkejut bahwa sebagian besarnya termasuk bintang senior, bahkan lansia. Mereka telah menyuarakan para mainan lebih dari 20 tahun yang lalu.
Pengisi suara pendatang baru jadi kekuatan film ini. Seakan kalian melihat mereka berada di dalam tubuh para mainan, soalnya, cara bicara dan gesturnya mirip bintang aslinya.
Keanu Reeves sebagai Duke Caboom, Keegan-Michael Key sebagai Ducky, Jordan Peele sebagai Bunny, dan Christina Hendricks sebagai Gabby Gabby. Mereka jadi kelebihan film Toy Story 4.
Warna-warni Manjakan Mata
Soal visual, enggak perlu lagi meragukan Disney. Digarap puluhan bulan hingga menghasilkan animasi yang benar-benar memanjakan mata. Saking nyatanya, para mainan layaknya hidup di dunia nyata, termasuk wajah karakter yang beautiful.
Warna-warna tampil sesuai mood. Meski sebagian besar berisi keceriaan dan petualangan, ada juga nuansa horor dan gelap yang masih ramah anak.
Lagu-lagu Nostalgia
Irama yang diperdengarkan mendukung adegan. Begitu juga dengan lagu-lagu sejak film pertama, masih eksis.
Berisi 54 lagu: satu lagu “God Only Know” dari The Beach Boys, dan 53 lainnya ditata oleh Randy Newman. Semuanya bikin nostalgia, apalagi pas adegan kilas balik.
Keikhlasan, Kebebasan, dan Kebahagiaan
Enggak perlu dialog berat dan adegan serius untuk membuat penonton ngena dengan pesannya. Film Toy Story 4 berhasil menyampaikan makna keikhlasan, kebebasan, dan kebahagiaan dengan sederhana. Lewat dialog dan mimik, makna filosofis bisa sampai ke penonton anak-anak maupun dewasa.
Apalagi buat kalian yang besar dengan Toy Story sejak film pertamanya, pasti memaknai film ini lebih dalam. Film ini bikin kalian bertanya pada diri sendiri.
Apa yang akan dilakukan ketika kehidupan yang kalian sukai hilang? Bagaimana beradaptasi dengan sesuatu yang baru? Apakah kalian enggak mau move on karena masa lalu yang bikin nyaman?
Secara garis besar, sulit untuk mempertahankan tingkat kualitas pada empat film selama 24 tahun. Akan tetapi, waralaba Toy Story telah melakukannya. Meski film ini mungkin enggak serevolusioner film pertama, dan klimaks kesedihan Toy Story 3, film ini memiliki kekuatan uniknya.
Terlepas dari itu, waralaba Toy Story benar-benar harus berakhir dengan film Toy Story 4. Bukan hanya karena apa yang terjadi dalam cerita tersebut, tetapi karena film ini punya pesan yang kuat tentang pertumbuhan dan penerimaan, di mana itu menjadi tema dari film pertama yang di-reboot. Sulit membayangkan ada Toy Story 5 dengan catatan yang lebih baik dari film ini.
***
Oh ya, sebelum nonton, enggak perlu berekspektasi apa pun, ya. Namanya juga film anak-anak, konflik permukaan dan solusi tanpa tantangan tentu jadi formula.
Film ini menjadi tayangan rekomendasi di masa liburan ini. Karena klasifikasinya “Semua Umur”, bukan berarti bebas bawa bayi, ya. Bukan karena kalian dapat hype-nya, tapi berani mengorbankan pendengaran mereka, lho.
Film Toy Story 4 tayang mulai 21 Juni 2019 di bioskop. Beri komentar kalian soal film ini di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya. Tungguin ulasan film selanjutnya hanya di KINCIR.