Film The Grudge harus menelan kenyataan pahit. Reboot dari film remake Hollywood, The Grudge (2004) ini nyatanya enggak memberikan kepuasan bagi penggemar. Padahal, sang bintang, Lin Shaye, berjanji bahwa film ini bakal bikin penonton ‘gila’ karena teror dari makhluknya. Namun, film garapan Nicolas Pesce ini hanya mendapat 4,1/10 di IMDb.
Masih mengambil judul yang sama, film ke-4 dari keseluruhan seri The Grudge tersebut enggak lagi dikerjakan oleh Takashi Shimizu. Yap, Pesce lah yang bertanggung jawab atas berhasil atau enggaknya reinkarnasi salah satu titisan J-horor legendaris ini. Enggak heran jika film ini jadi salah satu film yang ditunggu tapi malah dibenci dan gagal bersinar di Box Office. KINCIR bakal beberkan alasannya, yuk simak!
1. Nicolas Pesce yang “Kurang Gerak”
Dok. Sony Pictures
Nicolas Pesce bisa dibilang memuaskan saat menampilkan film horor artistik, The Eyes of My Mother (2016). Dalam film low-budget ini, Pesce tampak leluasa dan ambisius. Buktinya, kita bisa lihat film tersebut tampil mengerikan. Sayangnya, keambisiusan Pesce enggak terlihat memuaskan di film The Grudge.
Entah karena “kurang gerak” kreatif dengan studio, Pesce malah menampilkan adegan yang mirip dengan materi aslinya. Seakan dirinya menciptakan kriteria untuk film bergenre sama, yakni harus ada unsur Ju-On dan jump scare gaya The Conjuring Universe. Namun, yang dilakukan Pesce enggak mendekati keduanya. Dirinya hanya menggunakan efek suara untuk menyamakan semestanya.
2. Alur yang bikin “Tutup Mata”
Dok. Sony Pictures
Hasilnya, horor yang ditampilkan sebatas untuk penonton kagetan aja. Buat yang ingin menikmati ceritanya, bisa-bisa “tutup mata” karena isinya hanya jump scare yang terasa dipaksakan. Bermaksud menampilkan hantu ketimuran, yang ada malah hantu mirip zombie dengan mulut lebarnya.
Ditambah, keseraman dan teror yang dihadirkan enggak mengambil angle baru. Apalagi buat penggemar Ju-On, bakal merasa familier dengan shot dan adegan creepy-nya Ju-On: The Grudge (2002). Bukan bikin nostalgia, tapi malah bikin kecewa, kenapa enggak ada hal baru yang ditampilkan.
3. Film R-rated Pembuka yang Gagal Bersinar
Dok. Sony Pictures
Film The Grudge bisa dibilang sebagai sekuel spin-off adaptasi. Rumit memang kedengarannya. Namun yang pasti, film ini berlatar setelah kejadian di Ju-On: The Grudge. Bedanya, film R-rated ini punya banyak narasi. Berbeda dari versi Jepangnya yang hanya berdasarkan sedikit sudut pandang tokoh.
Tanpa kutukan, memang bukan gayanya The Grudge. Sementara, film ini membawa kutukan layaknya virus. Dan virusnya kini ada di Amerika. Siapa pun yang masuk ke rumah berhantu tersebut, dia kena kutukan. Selain itu, elemen horor ngeri ala Jepang kini disesuaikan untuk penonton Amerika, demi membuat film ini enggak lari dari semesta Ju-On.
4. Sekuens yang Membingungkan
Dok. Sony Pictures
Elemen cerita berupa gangguan psikologis jadi hal unik yang ditawarkan Pesce. Dia mengaitkan ancaman gaib dari kutukan rumah berhantu dengan kondisi kejiwaan siapa pun yang memasukinya. Jadi, bisa dibilang kutukan itu adalah rumah tersebut.
Seperti kedatangan pasangan Faith Matheson (Lin Shaye) dan William Matheson (Frankie Faison). Faith mengalami gangguan mental, lalu bunuh diri setelah mendiami rumah keluarga Landers yang tewas dalam tragedi pembunuhan.
Kemudian Peter Spencer (John Cho) dan istrinya yang tengah hamil, Nina (Betty Gilpin). Kutukan pun menghampiri mereka yang bahkan enggak tinggal di rumah tersebut. Hanya Peter yang bolak-balik ke rumah tersebut pun jadi gila karena penampakan yang ada.
Alur yang maju-mundur dengan cepat dalam kurun 2 tahun membuat penyelidikan Muldoon membingungkan. Di sini film mulai kelihatan berantakan dan bingung mau dibawa kemana. Ditambah serangkaian flashback yang enggak berkaitan satu sama lain, seakan The Grudge punya tiga cerita dengan tiga pemeran utama yang bergantian.
5. Mengulang Formula Horor Amerika yang Klise
Dok. Sony Pictures
Klisenya, film ini enggak pernah absen dari jump scare. Memang, jump scare diperlukan, tapi kalau kebanyakan, akhirnya jadi kacangan. Ditambah dengan banyaknya efek visual yang bikin sebal.
Dalam The Grudge, Nicolas Pesce yang berusaha menyamai cara kerja Takashi Shimizu, tampaknya kurang membuahkan hasil. Pesce berusaha bikin cerita film ini layaknya seri Ju-On yang memiliki karakteristik cerita non-linear. Sayangnya, tema dendam yang menjadi jiwa The Grudge kurang tersampaikan sesuai dengan materi aslinya.
Pesce menampilkan dendam layaknya virus yang enggak pilih kasih. Siapa pun yang masuk atau berhubungan dengan rumah keluarga Landers, bakal jadi sasaran dendam. Yang tadinya formula ini jadi pembaharuan, malah bikin unsur dendam dalam semesta Ju-On pun mentah. Akhirnya, The Grudge hanya seperti kompilasi tragedi kematian tanpa alasan.
***
Kalian udah nonton The Grudge? Setujukah jika lima hal di atas yang jadi penyebab reboot film ini gagal memuaskan dan dapat skor F di CinemaScore? Bagikan pendapat kalian di kolom komentar, ya.