(REVIEW) Skyscraper: Suguhan Aksi Melawan Logika

Skyscraper
Genre
  • Action
  • Crime
  • drama
Actors
  • Dwayne Johnson
  • Kevin Rankin
  • McKenna Roberts
  • Neve Campbell
  • Noah Taylor
  • Pablo Schreiber
  • Roland Moller
Director
  • Rawson Marshall Thurber
Release Date
  • 13 July 2018
Rating
3.5 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 6 | Penokohan: 7 | Visual: 8 | Sound Effect/Scoring: 7 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 7/10

Dua tahun terakhir seakan menjadi eranya Dwayne "The Rock" Johnson. Selama itu, mantan pegulat WWE ini telah membintangi beberapa film yang sukses secara finansial dan komersial. Skyscraper menjadi film terbaru yang dibintanginya.

Film garapan Legendary ini bisa dibilang sangat ambisius dengan biaya produksi yang mencapai ratusan juta dolar. Melihat nominal besar tersebut, penggemar film tentu akan berekspektasi besar. Namun, apakah film ini benar-benar mampu memuaskan para penonton yang punya ekspektasi besar tersebut?

Di film ini, The Rock kembali bereuni dengan sutradara Rawson Marshall Thurber setelah film Central Intelligence (2016). Dia berperan sebagai mantan pemimpin satuan pembebasan sandera FBI bernama Will Sawyer yang harus pensiun setelah kakinya diamputasi akibat ledakan bom. Lepas dari FBI, dia berkerja sebagai supervisor keamanan di sebuah gedung pencakar langit fiksional tertinggi sekaligus teraman di dunia, The Pearl. Saat kebakaran melanda di sebuah lantai, dia sadar bahwa dirinya ternyata dijebak oleh teroris yang ingin menghancurkan gedung tersebut.

Saat pertama kali poster dan video cuplikan Skyscraper dirilis, semua mata tertuju pada adegan The Rock yang melompat dari sebuah crane ke sebuah gedung. Adegan ini pun menjadi buah bibir karena ketidaklogisannya yang mengundang kritik dari para ilmuwan hingga kreator dengan meme buatannya. Yap, The Rock dan ketidaklogisan akan menjadi hal umum yang akan lo temukan di film ini.

Via Istimewa

Masuknya The Rock menjadi tokoh utama sejujurnya menjadi hal yang paling mencuri perhatian. Dia benar-benar sedang berada di atas angin. Deretan film yang dibintanginya udah pasti sukses secara komersial dan finansial, meski enggak bisa dibilang sukses bikin kritikus memuji filmnya.

Sebut aja Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) yang sukses secara teknis, finansial, dan komersial. Secara tak disangka, film ini nyaris menyentuh angka satu juta dolar Amerika di Box Office. Film yang tadinya mendapat kritik karena dianggap akan menghancurkan reputasi Jumanji orisinal ini justru berbalik mencuri hati para kritikus film di seluruh dunia. Jumanji pun dianggap sebagai film tersukses The Rock dan membuat sang bintang makin bersinar.

Enggak bisa bohong jika The Rock bermain dengan sangat apik di film ini. Penampilannya sebagai pahlawan terbukti selalu menghibur. Meski penokohan dan dialog yang diberikan kepadanya terkesan receh, The Rock tetap berhasil menghibur lewat intensitas yang diperlihatkan dengan ekspresinya.

Wajar adanya jika saat ini The Rock menjadi aktor terkaya di Hollywood. Penampilannya di semua film, termasuk Skyscraper, selalu berhasil membuat penonton terpana dan tak menduga apa yang akan terjadi selanjutnya. Contohnya aja adegan saat dia melompat dari crane atau merayap di kaca gedung menggunakan lakban. Ditambah dengan penokohannya sebagai pahlawan berkebutuhan khusus yang bikin penonton jadi bersimpati kepadanya.

Harus diakui bahwa penampilan memukau The Rock bikin film ini jadi relevan. Dia selalu mampu tampil dengan baik dan total meski enggak dibantu dengan dialog atau cerita yang baik. Tanpa kehadirannya, Skyscraper hanyalah sebuah film aksi B-list yang mudah dilupakan.

Penampilan apik The Rock sukses bikin penonton lupa dengan skrip yang sebenarnya sangat berantakan. Lebih parahnya lagi, ceritanya juga terasa sangat mirip dengan Die Hard (1988), tapi dalam versi medioker. Jadi, jangan heran jika lo akan menemukan banyak hal klise dan ketidaklogisan dari awal hingga akhir film.

Penokohan juga menjadi nilai minus di film ini. Dari begitu banyak karakter yang ada selain The Rock, hanya karakter Kores Botha (Roland Møller) yang berhasil mencuri perhatian. Møller sukses bersanding dengan The Rock sebagai penjahat utama yang mengundang rasa benci untuk dirinya sekaligus membuat penonton bersimpati terhadap The Rock dan karakter protagonis lain.

Sisanya, enggak ada yang istimewa. Karakter keluarga Sawyer yang terdiri dari Sarah (Neve Campbell) dan kedua anaknya enggak lebih dari sekadar karakter figuran. Sebenarnya, mereka punya peran penting dalam film karena menjadi motivasi sang karakter utama. Namun, sayang Campbell enggak diberikan kesempatan untuk lebih berkembang di dalam cerita.

Keanehan lainnya akan lo rasakan dari karakter Xia yang diperankan Hannah Quinlivan. Harus diakui, penampilan Quinlivan begitu intimidatif sebagai karakter penjahat. Makanya, enggak mengherankan kalau lo akan mengira dia adalah musuh utama The Rock dalam film saat pertama kali muncul. Namun, penampilannya lama kelamaan tak terlihat dan membuatnya menjadi karakter figuran.

Di balik segala kekurangan dan kerecehannya, harus diakui Skyscraper adalah film yang sangat menghibur. Bohong kalau lo enggak menikmati adegan aksi atau candaan receh dari The Rock. Menontonnya terasa seperti makan junk food. Lo tahu kalau film ini sebenarnya “beracun”. Namun, tetap aja lo akan menonton dan menikmati durasi 102 menit penayangan dari awal hingga film berakhir. Terutama saat adegan pertarungan pamungkas antara Sawyer dan Botha.

Meski enggak istimewa, efek visual yang ditampilkan juga udah lebih dari cukup. Enggak terlihat ada cacat di film yang sangat bergantung pada efek CGI ini. Memang ada beberapa adegan yang tampilan efeknya enggak konsisten, terutama saat adegan kebakaran. Namun, untuk film berbiaya 125 juta dolar, semuanya udah terasa sepadan.

Secara keseluruhan, lo akan merasakan guilty pleasure saat menonton film ini. Di dalam hati, lo tahu kualitasnya enggak istimewa. Namun, makin lo meresapi film ini, niat merendahkan yang ada dalam diri lo akan sirna begitu aja. Lagi-lagi The Rock menjadi “penentu kemenangan” karena berhasil membuat film ini terangkat kualitasnya. Namun, selama film ini belum sukses di Box Office, apa yang dilakukan The Rock bukanlah sebuah “home run”.

Skyscraper udah tayang di bioskop Indonesia mulai 10 Juli 2018. Meski banyak adegan bunuh-bunuhan, film ini diberi rating PG-13. Makanya, lo enggak bakal melihat adegan yang benar-benar kejam di film ini. Yuk, ajak keluarga dan teman-teman lo untuk melihat penampilan apik The Rock dalam film Skyscraper sebelum film ini turun layar!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.