*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Selain Keluarga Cemara, pada awal 2019 ini bioskop Indonesia juga disuguhkan oleh film yang diadaptasi dari sinetron lain, yaitu Preman Pensiun. Film yang diproduksi oleh MNC Pictures ini kembali menunjuk Aris Nugraha sebagai sutradara seperti di serialnya yang tayang pada 2015 lalu. Selain sebagai pengobat rindu untuk penggemarnya, film Preman Pensiun juga didedikasiakan untuk mengenang almarhum Didi Petet yang merupakan tokoh sentral pada serial TV-nya.
Berlatar waktu tiga tahun setelah kejadian di serialnya, film Preman Pensiun mengisahkan Muslihat (Epy Kusnandar) yang berbisnis kecimpring usai pensiun dari dunia premanisme. Namun, penjualannya tersebut mengalami penurunan. Selain itu, masalah lain pun muncul ketika anaknya yang remaja, Eneng (Safira Maharani), mulai didekati seorang cowok.
Perkara yang lebih besar pun muncul di antara mantan anak buahnya Kang Mus, salah satunya adalah Gobang (Dedi Moch Jamasari). Setelah pensiun sebagai preman selama tiga tahun dan menjadi peternak lele, Gobang kembali ke terminal untuk mengadakan “reuni” kecil-kecilan bersama kerabatnya. Pertemuan tersebut berkaitan dengan sebuah pengeroyokan yang terjadi di Pasar Baru. Kira-kira, masalah apa, ya, yang bakal dihadapi oleh Kang Mus?
Plot Lanjutan, tapi Bisa Diikuti Penonton Awam
Kalau enggak pernah nonton sinetronnya, kalian mungkin agak sedikit bingung dengan jalan cerita filmnya. Soalnya, plot yang ada di film Preman Pensiun benar-benar melanjutkan kisah yang ada pada sinetronnya. Namun, film ini masih bisa dinikmati, kok. Seiring berjalannya film, kalian akan semakin mengerti jalan ceritanya yang disuguhkan dengan cara yang kocak.
Terlebih, pada awal filmnya, penonton disajikan dengan adegan flash back ketika Kang Bahar (Didi Petet) menyerahkan posisinya sebagai pemimpin preman kepada Kang Mus. Adegan tersebut enggak cuma menjelaskan plot kepada penonton awam, namun juga membawa memori tersendiri bagi penggemar setia serialnya.
Selain itu, film ini juga tetap membawa ciri khas yang ada pada serialnya, yaitu dialog berkelanjutan yang ada sejak awal hingga akhir film. Dialog berkelanjutan tersebut dihadirkan dengan cara yang kocak dan tetap nyambung dengan jalan ceritanya meskipun membahas topik yang berbeda. Bisa dibilang, sejauh ini belum ada film layar lebar Indonesia yang menerapkan hal unik tersebut.
Citra Karakter Sinetron yang Dibawa ke Layar Lebar
Seperti yang sudah dikatakan di atas, film Preman Pensiun merupakan kelanjutan dari sinetronnya tiga tahun lalu, bukan reboot atau remake dari serial TV-nya. Makanya, pemeran dari karakter yang ada di film ini benar-benar sama persis dengan yang ada di sinetronnya. Mulai dari Kang Mus, Kinanti (Tya Arifin), Imas (Soraya Rasyid), Gobang (Dedi Moch Jamasari), hingga duo preman seram nan menggemaskan, Murad (Deny Firdaus) dan Pipit (Ica Naga). Uniknya lagi, Preman Pensiun merupakan film layar lebar pertama untuk sebagian besar pemainnya, kecuali Epy Kusnandar.
Lewat film yang juga didekasikan kepada mendiang Didi Petet ini, bisa dibilang seluruh aktor dan aktrisnya sukses membawa citra karakternya masing-masing ke layar lebar. Akting dari mereka patut diacungi jempol, terutama Epy yang total banget dalam memerankan Kang Mus.
Kalian bakal seakan-akan merasakan emosi yang dirasakan oleh karakter-karakternya ketika nonton film Preman Pensiun. Selain itu, yang menjadi nilai lebih dari film ini adalah mampu mengenalkan kembali karakternya secara sekilas agar penonton awam lebih tahu tentang background tokohnya.
Akan tetapi, ada satu hal yang menjadi kekurangan dari segi karakter di film Preman Pensiun, yaitu tokoh sampingan/pendukungnya yang terkesan kaku banget. Namun, hal tersebut enggak terlalu berpengaruh ke filmnya berkat akting brilian dari pemainnya. Apalagi, ada kejutan cameo yang bakal bikin kalian tertawa. Kira-kira siapa, ya?
Musik Khas Sunda dan Visual yang Terasa Personal
Sama seperti sinetronnya, film Preman Pensiun kembali memilih Bandung sebagai latar tempat. Nah, di film ini, nuansa khas Sunda benar-benar bisa dirasakan berkat musik yang sesuai. Lewat alunan angklung dan seruling, penonton akan merasa seolah-olah sedang berada di tanah Sunda.
Selain itu, film Preman Pensiun lebih banyak menggunakan angle kamera close up. Penggunaan angle tersebut bisa dibilang cukup cerdas karena akan memberi kesan lebih personal terhadap penonton. Penonton seakan-akan menjadi lawan bicara ketika sang karakter sedang berbicara dalam film lewat angle close up tersebut sehingga bisa lebih merasakan emosi yang ada.
Komedi Mengocok Perut, namun Sarat Moral
Dengan genre drama komedi, tentunya candaan menjadi unsur yang penting dalam Preman Pensiun. Hal tersebut pun sukses dilakukan oleh film ini. Candaan-candaan dalam film ini sangat mengocok perut berkat akting kocak dari para pemain. Terutama, duet maut tampang sekuriti tapi hati Hello Kitty, yaitu Murad dan Firmansyah Pitra alias Pipit, yang dinilai sukses mencuri perhatian penonton lewat aksi konyol mereka. Candaan yang ada di Preman Pensiun juga masih pada batas wajar dan enggak bersifat vulgar. Soalnya, film ini ditujukan untuk usia 13 tahun ke atas.
Enggak cuma komedi. Film ini juga sarat akan nilai moral, loh! Banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari film Preman Pensiun. Salah satunya adalah bahwa memimpin itu enggak cuma ngasih perintah, tapi juga menanggung semua masalah dari orang yang kita pimpin. Ketika yang dipimpin mendapat masalah, sang pemimpin juga turut merasakan dampaknya.
***
Nah, itulah ulasan film Preman Pensiun yang mulai tayang di bioskop Indonesia pada 17 Januari 2019. Film ini cocok banget buat ditonton bareng keluarga atau teman-teman di akhir pekan. Oh, iya, kalau sudah nonton, jangan lupa kasih penilaian di kolom ulasan pada bagian atas artikel ini!