*Spoiler Alert: Review film Minions: The Rise of Gru mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Sejak kemunculan Despicable Me pada tahun 2010, Illumination bertransformasi menjadi pembangkit tenaga animasi yang enggak perlu pamer berlebih dalam film-filmnya. Humor hit and miss tanpa melibatkan emosi yang didukung sekumpulan Minions lucu tentu bisa dengan mudah mengundang tawa siapa saja.
Setelah sempat tertunda akibat pandemi COVID-19, Minions: The Rise of Gru yang rencananya meluncur pada tahun 2020, sudah bisa kamu tonton di bioskop kesayanganmu sekarang. Sesuai dengan judul prequel ini, fokus cerita adalah soal pengembangan karakter Gru dari awal hingga menjadi yang kita kenal saat ini.
Berlatar di tahun 70an, Gru kecil mencoba menjadi jahat dalam setiap aspek kehidupannya; mulai dari menyelak antrean hingga makan es krim di depan orang yang sedang diet. Ia terus melatih dirinya agar bisa masuk ke dalam Vicious 6, kelompok super-villain bikinan Wild Knuckles (Alan Arkin).
Dalam sebuah misi mencuri batu keramat berkekuatan besar, Belle Bottom (Taraji P. Henson), Jean Clawed si lobster (Jean-Claude Van Damme), Svengeance si skater (Dolph Lundgren), Stronghold si tangan baja (Danny Trejo, dan Nunchuck (Lucy Lawless) si biarawati; berkhianat dan berusaha membunuh Wild Knuckles. Dengan alasan regenerasi, Vicious 6 membuka audisi tertutup untuk mencari anggota keenamnya.
Gru mendapatkan sebuah undangan, namun Belle CS enggak menyangka bahwa ia masih kecil. Supaya percaya kalau Gru jahat banget, Gru mencuri batu keramat dari Vicious 6. Mereka pun kejar-kejaran hingga Otto, seorang Minions menghilangkan batu keramat tersebut. Di luar dugaan Wild Knuckles masih hidup. Akhirnya Gru berada di posisi tengah antara mencari batu keramat serta keributan Wild Knuckles dan Vicious 6.
Review film Minions: The Rise of Gru
Fokus pada Gru, Minions hanya jadi bayangan
Bukan menjadi hal baru kalau Minions jadi lumbung penghasilan bagi Illumination. Rasanya pulang menonton tanpa membeli merchandise Minions terasa sangat kurang berkesan. Namun ketika berfokus pada Gru, porsi Minions pun harus disesuaikan kembali. Tentu saja, Kyle Balda paham betul karena dia juga yang menggarap Minions sebelumnya.
Gru diceritakan sedari kecil sudah menjadi bos Minions. Pada akhirnya, kita akan menyadari kenapa pada Despicable Me, Gru memperlakukan Minions bak anaknya sendiri.
Kendati demikian, kisah pertemuan Gru dan Minions dibuat tidak berkesan. Alih-alih berfokus pada pembangunan hubungan, adegan Gru dan Minions hanya dibuat untuk celah berkomedi ala film ini; termasuk menyematkan kata Nasi Goreng dan bahasa-bahasa lainnya. Entah mungkin para penonton dibuat untuk melihat perjalanan from zero to hero Gru, tapi sering kali kita dialihkan ke cerita ringan lain yang justru menghibur.
Villain yang enggak sekuat jajaran cast-nya
Kalau kamu mengikuti waralaba ini, tentu kamu tahu ketika Scarlett Overkill muncul dengan badass-nya! Enggak heran, soalnya Sanda Bullock melahap karakter tersebut dengan baik. Sayang, tidak ada seorang pun di The Rise of Gru yang mampu bersaing dengan Overkill yang sebenarnya adalah co-lead!
Padahal Vicious 6 punya potensi menonjol, apalagi dengan jajaran pengisi suara yang luar biasa. Henson hanya terkesan bersenang-senang sebagai bos, sementara Arkin dibuat enggak sengaja jadi mentor Gru. Bisa jadi, kita yang harus menurunkan ekspektasi karena sebenarnya ini adalah kisah tentang Gru.
Agak membosankan di tengah, tapi tertolong klimaks
Bila kamu menonton Minions: The Rise of Gru pasti kamu akan merasa sedikit tersesat. Ada banyak momen ketika kita terdistraksi dengan penampilan kocak Minions. Tentu menyenangkan, tapi kita jadi mempertanyakan: ‘kok jadi enggak fokus ke Gru-nya?
Penampilan Michelle Yeoh misalnya. Perjalanan Minions menyelamatkan Gru mempertemukan mereka dengan ahli akupunktur dan kung fu, Master Chow. Adegan ini bikin suasana tahun 70-an jadi lebih terasa. Sekali lagi, perhatian penonton teralihkan dari Gru ke suasana kocak latihan kung fu Minions bersama Master Chow. Imbas lainnya, ini juga berarti lebih sedikit waktu untuk Vicious 6 yang terasa ditentukan hanya dari nama dan atribut mereka.
Untungnya, ketersesatan ini tertolong klimaks yang tentunya mempertemukan semua karakter dalam sebuah pertarungan hebat. Vicious 6 juga makin dibuat berkesan walau pada akhirnya Gru yang jadi fokus utama justru jadi yang disandera.
***
Jadi, apakah Minions: The Rise of Gru ini seru untuk ditonton? Mungkin kata menyenangkan lebih tepat. Pada akhirnya, kita dibuat hanya menikmati filmnya tentu dengan candaan khas Minions yang cocok untuk segala usia.
Setelah baca review film Minions: The Rise of Gru, apakah kamu tertarik untuk menontonnya? Share pendapat kamu di kolom komentar ya!