*Spoiler Alert: Review film Marry Me mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Jennifer Lopez memang lebih dikenal sebagai penyanyi. Faktanya, Lopez terlebih dulu memulai kariernya di industri hiburan sebagai aktris. Enggak heran banyak judul film yang telah dibintanginya sejak 1986 dan Lopez masih aktif sebagai aktris hingga saat ini. Penampilan terakhirnya di film Hustlers (2019) sampai membuat Lopez panen nominasi dan penghargaan.
Tiga tahun setelah tampil di Hustlers, Lopez comeback ke layar lebar lewat film komedi romantis terbaru yang berjudul Marry Me. Film yang disutradarai oleh Kat Coiro ini juga dibintangi oleh Owen Wilson, Maluma, John Bradley, dan deretan aktor ternama lainnya. Fakta lainnya, Marry Me ternyata diadaptasi dari novel grafis berjudul sama.
Marry Me berkisah tentang penyanyi Kat Valdez yang awalnya berencana menikah dengan penyanyi Bastian dalam sebuah konser besar. Sebelum mereka mengikat janji pernikahan, Bastian tertangkap basah melakukan perselingkuhan. Kat yang sakit hati tiba-tiba melakukan hal spontan dengan menikahi salah satu penonton di konser pernikahannya.
Review film Marry Me
Kisah cinta si populer dan si orang biasa yang klise tetapi dibumbui sedikit twist
Kamu yang suka nonton film romantis pastinya sudah hapal dengan salah satu formula andalan genre ini, yaitu kisah cinta si kaya dan si miskin atau si populer dan si orang biasa. Walau klise, formula ini masih tetap menarik minat penggemar film romantis sampai saat ini. Enggak heran bahwa masih banyak film yang menggunakan formula kisah cinta si populer dan si orang biasa, termasuk di Marry Me.
Formula boleh klise, tetapi konsep cerita yang dihadirkan tetap dibuat relevan dengan masa kini dan diberi sedikit twist. Perlu ditegaskan, ya, twist yang dimaksud ini bukanlah plot twist yang bikin kalian terkejut dengan ceritanya. Namun, twist yang dimaksud di sini adalah peran laki-laki dan perempuan yang diputarbalikkan.
Kebanyakan film tentang kisah cinta si populer dan si orang biasa membuat perempuan berada di pihak yang tertindas dan laki-lakinya yang punya kekuatan. Namun, hal tersebut dibalik di Marry Me. Di film ini, pihak perempuan, yaitu Kat, dibuat sebagai sosok yang memilki pengaruh dan kekuatan. Lalu, pihak laki-laki, yaitu Charlie Gilbert, dibuat sebagai yang “tertindas”.
Bahkan, ada satu adegan yang memperlihatkan Kat berkata bahwa cewek enggak harus selalu menunggu lamaran cowok untuk menikah. Cewek bisa memulai langkah duluan dan enggak menutup kemungkinan jika cowok yang mengambil nama belakang ceweknya. Kat bisa dibilang sebagai “pangeran berkuda putih” untuk Charlie.
Nonton film rasa nonton konser
Awal film dibuka dengan kisah cinta dua penyanyi ternama di dunia, yaitu Kat Valdez dan Bastian. Sudah bukan rahasia lagi bahwa pemeran Kat, yaitu Jennifer Lopez, adalah penyanyi di dunia nyata. Menariknya lagi, pemeran Bastian, yaitu Maluma, juga merupakan penyanyi di dunia nyata yang berasal dari Kolombia.
Bisa dibayangkan, kan, dua penyanyi di dunia nyata berperan sebagai penyanyi di film jelas membuat Marry Me dipenuhi dengan unsur musikal. Unsur musikal di film ini bukan yang setiap dialog dinyanyikan, ya, guys. Namun, unsur musikal di Marry Me adalah kita bisa melihat banyak adegan pertunjukan menyanyi Kat dan Bastian.
Nah, inilah yang menjadi daya tarik terbesar dari Marry Me. Soalnya pada beberapa momen, nonton film ini rasanya seperti sedang menonton konser. Pertunjukkan nyanyi Kat dan Bastian bahkan diperlihatkan secara penuh, dari awal hingga akhir lagu. Jadi, adegan menyanyi di film ini enggak hanya sekadar potongan singkat saja.
Konflik yang terasa dibuat-buat dan dipaksakan
Secara jalan cerita, sebenarnya enggak ada yang spesial dari Marry Me. Si populer dan si orang biasa yang enggak saling mengenal tiba-tiba terikat dalam pernikahan. Awalnya canggung, keduanya akhirnya saling jatuh cinta. Klise banget, ‘kan? Nah, di saat Kat dan Charlie sedang berbunga-bunga, muncullah konflik yang memperkeruh hubungan mereka.
Sayangnya, konflik yang ditampilkan di Marry Me terasa agak berlebihan dan terlalu dipaksakan. Di saat rasa cinta Kat dan Charlie semakin kuat, Charlie tiba-tiba tidak percaya diri dengan hubungan mereka dan memutuskan hubungannya dengan Kat. Nah, alasan Charlie memutuskan Kat sebenarnya bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.
Pembangunan hubungan Kat dan Charlie padahal sudah ditampilkan dengan sangat baik. Namun, kenapa sutradara dan penulis naskah memilih konflik yang “kentang” untuk memanaskan hubungan mereka. Awal hingga pertengahan film yang sudah terbangun dengan baik akhirnya sedikit rusak dengan konflik yang terlalu dipaksakan untuk ada di film.
***
Kamu yang suka film komedi romantis tentunya wajib memasukkan Marry Me sebagai daftar tontonan di Valentine tahun ini. Ceritanya memang enggak spesial, namun kamu bakal dibuat terhanyut dengan chemistry Jennifer Lopez dan Owen Wilson serta penampilan menyanyinya Lopez dan Maluma yang begitu spesial.
Setelah baca review film Marry Me, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar, ya!