Review Film Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar (2022)

Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar
Genre
  • Action
  • fantasi
  • petualangan
Actors
  • Dean Fujioka
  • Ryôsuke Yamada
  • Tsubasa Honda
Director
  • Fumihiko Sori
Release Date
  • 20 May 2022
Rating
5 / 5

*Spoiler Alert: Review film Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.

Setelah film adaptasi pertamanya rilis pada 2017, memang cukup lama bagi sutradara Fumihiko Sori untuk merilis sekuelnya. Menyoroti kelanjutan perjalanan Edward Elric dan Alphonse Elric dalam menemukan jawaban untuk mengembalikan tubuh mereka yang hilang akibat kegagalan Transmutasi manusia, Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar menghadirkan musuh baru. Penggemar anime-nya tentu sudah tahu soal musuh baru ini karena memang enggak dibedain dari anime (dan manga-nya). 

Selain musuh baru, Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar juga mulai masuk ke permasalahan besar yang jadi inti ceritanya, yaitu Philosopher’s Stone. Nah, gimana film kedua dari trilogi live-action Fullmetal Alchemist ini dibawakan? Simak ulasannya di sini!

Review film Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar:

Live-action buat untuk memanjakan penggemar anime-nya

Bisa dibilang, Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar ini cukup sesuai sama anime-nya. Nonton live-action ini bikin KINCIR berasa balik lagi nonton anime-nya. Sayangnya, hal ini enggak bisa dibilang bagus juga karena live-action ini beneran mengambil scene yang sama persis dengan anime-nya. Jadi, KINCIR sendiri merasa cukup bosan dan enggak ada semangat buat nontonnya karena live-action ini kayak fotokopi dari anime yang tayang dari 2009 silam.

Tapi, buat penggemar anime-nya, tentu live-action ini serasa oase di tengah padang gurun yang menghapus rasa haus kamu akan kemunculan karakter Edward Elric. Karakter ini diperankan dengan sangat baik oleh Ryosuke Yamada.

Sayangnya, buat yang enggak ngikutin anime-nya dan mau coba ngikutin dari filmnya, kamu mungkin bakal super bingung dan enggak paham film ini maunya apa. Soalnya, ada banyak banget plot hole dan lompatan yang enggak perlu yang bikin film ini udah bikin bingung sejak awal.

Dibuka dengan aksi memikat

Meski KINCIR bilang live-action ini hampir sama persis sama anime-nya, ada juga banyak background story yang dihilangkan. Ya, soalnya, live-action ini meringkas sekitar 10 episode anime-nya jadi dua jam film.

Meski begitu, cara Fumihiko Sori membuka live-action ini cukup menjanjikan. Menjadikan pertemuan Edward dan Al dengan Lin di kereta adalah pilihan yang cerdas. Film ini jadi punya daya tarik di awal ketika Edward harus bertarung di lahan yang sempit melawan dua “musuh” sekaligus.

Soalnya, anime-nya memberikan pertarungan di kota sebagai pembuka arc ini yang mungkin dinilai kurang “wah” untuk sebuah film. KINCIR setuju, sih, karena adegan pertarungan di kereta beneran menarik perhatian sejak awal.

Sayangnya, langkah ini berhenti sampai di situ Saja. Tentu KINCIR berharap ada hal lain yang ditampilkan dalam live-action ini, misalnya di adegan pertarungan yang bisa dibikin lebih dramatis. Memang, sih, untuk adegan pertarungan tangan kosong, KINCIR akui berhasil dengan baik. Sayangnya, ketika menggambarkan kekuatan para alchemist dengan berbagai efek spesialnya, ini yang enggak berhasil bikin geregetan.

Fokus sama visual, bukan cerita

Menurut KINCIR, Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar ini kayak terlalu berusaha menghadirkan visual yang indah, tapi melupakan kekuatan utamanya, yaitu ide cerita. Kamu memang terus-terusan dikasih adegan pertarungan yang “wah”, tapi dengan alur yang cukup terburu-buru dan dipaksakan.

Siapa orang-orang dari Xing dan kenapa mereka mencari Batu Bertuah (bukan punya Harry Potter, ya!)? Kenapa Edward jadi bekerja sama Lin Yao, padahal tadinya mereka musuhan? Ini pun latar belakangnya enggak terangkat dengan jelas.

Jadi, KINCIR merasa film ini emang cuma mau pamer efek visual yang sebenernya enggak sebagus itu juga. Adegan di kereta emang terbaik, tapi setelah itu kualitasnya menurun, apalagi saat menggambarkan peperangan dan adegan-adegan genting yang harusnya bisa bikin kamu fokus menahan napas karena merasa takut atau tegang.

Namun, ini sama sekali enggak berhasil dan selalu jadi PR dari live-action anime-anime populer. Mengesampingkan Hughes dari cerita aja rasanya sudah salah banget, apalagi menempatkan konflik Roy Mustang dan King Bradley cuma di permukaan saja. Jadinya, banyak banget kisah yang enggak tereksplorasi di film ini.

Terlalu receh untuk konflik yang besar

Hasilnya, film ini jadi terlalu receh buat konflik besar yang harusnya disajikan di film kedua ini. Film kedua ini merupakan awal konflik King Bradley dan para Homunculus yang mau menghancurkan Amestris. Namun, posisi Homunculus kayak Ency dan Gluttony saja terasa kayak tempelan yang seakan enggak terlibat dalam konflik ini. Scar, yang seharusnya jadi “penjahat” utama dalam film ini, juga enggak terasa mengerikan dan menyedihkannya. 

Mackenyu Arata bisa dibilang cukup baik memerankan Scar. Namun, berhubung film ini beneran cuma meletakkan satu masalah di atas masalah yang lain, hasilnya latar belakang kisah Scar yang seharusnya membuat semua tindakannya masuk akal malah jadi enggak berkesan.

Rasanya, sudah terlalu banyak live-action anime yang terlalu fokus buat menghidupkan esensi anime dalam film, bukannya menghidupkan kisahnya menjadi sebuah film. Sebagai penonton anime-nya, kamu pasti merasa kurang puas.

Biar bagaimana juga, Ryosuke Yamada (Edward Elric), Mackenyu (Scar), Yuki Yamada (Lin Yao), Dean Fujioka (Roy Mustang), dan Kanata Hongo (Envy) berperan besar dalam film ini. Menurut KINCIR, mereka berhasil menghidupkan karakter yang mereka perankan dengan enggak berlebihan dan natural. Sayang, perpindahan alurnya yang patah-patah dan enggak mengalir bikin film ini jadi enggak bisa dinikmati sebagaimana seharusnya. 

***

Film ini masih punya banyak lubang yang perlu ditambal. Namun, kalau kamu adalah penggemar berat anime-nya, mungkin kamu masih bisa menikmati film ini dan berharap mendapatkan penyelesaian yang sepadan di film ketiganya nanti. Ini juga yang KINCIR harapkan, semoga film selanjutnya bisa lebih baik dari ini.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.