*Spoiler Alert: Review film Death on the Nile mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Kamu yang suka dengan kisah detektif pastinya enggak asing dengan penulis novel bernama Agatha Christie. Pada 2017, 20th Century Fox merilis film yang diadaptasi dari salah satu novel Christie yang berjudul Murder on the Orient Express. Nah, kisah Hercule Poirot resmi berlanjut ke sekuelnya yang diberi judul Death on the Nile.
Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama ini kembali disutradarai oleh Kenneth Branagh. Enggak hanya menyutradarai, Branagh juga kembali memerankan sang karakter utama, yaitu Hercule Poirot. Seperti film pertamanya, Death on the Nile juga dibintangi deretan aktor ternama, di antaranya Gal Gadot, Armie Hammer, Tom Bateman, Annette Bening, dan aktor ternama lainnya.
Death on the Nile memperlihatkan Hercule Poirot yang kali ini sedang berlibur ke Mesir. Di tengah liburannya, Poirot bertemu dengan temannya yang juga muncul di film pertama, yaitu Bouc. Lewat Bouc, Poirot berkenalan dengan pengantin baru, Simon dan Linnet Doyle. Pengantin baru tersebut mengajak Poirot untuk menikmati keindahan sungai nil dengan menggunakan kapal mewah. Enggak disangka, kejadian pembunuhan terjadi di atas kapal tersebut.
Review film Death on the Nile
Jauh Lebih Megah dari Film Pertamanya
Sebagian besar kejadian di Murder on the Orient Express berlangsung di dalam kereta. Apalagi, kereta yang ditumpangi Poirot dan para tersangka juga dalam keadaan terjebak oleh badai salju. Enggak heran bahwa Murder on the Orient Express menampilkan latar tempat yang cukup monoton. Berbeda dengan film pertamanya, Death on the Nile menampilkan latar tempat yang lebih beragam dan begitu megah.
Seperti judulnya, Death on the Nile menampilkan kasus kematian di atas kapal yang mengarungi sungai Nil. Namun, latar tempat film ini enggak melulu hanya berlangsung di kapal. Lewat film ini, kamu seakan diajak berjalan-jalan ke Mesir. Selain menampilkan keindahan sungai Nil, Death on the Nile juga menampilkan keindahan beberapa bangunan keajaiban dunia yang ada di Mesir.
Rasanya enggak mengherankan jika Death on the Nile terlihat lebih megah dari film pertamanya karena film ini mendapatkan bujet yang lebih besar. Murder on the Orient Express dibuat dengan bujet 55 juta dolar (sekitar Rp788 miliar), sedangkan Death on the Nile dibuat dengan bujet 90 juta dolar (sekitar Rp1,2 triliun). Untuk urusan visual, film ini jelas jauh lebih baik dari film pertamanya.
Penambahan elemen drama yang mendukung pembangunan misterinya
Murder on the Orient Express terbukti lebih didominasi dengan elemen misteri di hampir sepanjang filmnya, bahkan penonton sudah bisa merasakan kekelaman film ini sejak awal. Menariknya, sutradara Kenneth Branagh dan penulis naskah membuat treatment cerita yang berbeda di Death on the Nile dengan menambahkan unsur drama percintaan.
Drama percintaan bahkan dibuat sebagai fokus utama pada awal filmnya. Kita bisa melihat bagaimana kisah cinta segitiga akhirnya membimbing penonton ke sebuah kasus pembunuhan yang begitu misterius. Begitu cerita mulai masuk ke misterinya, penonton dibuat menerka-nerka apakah pembunuhan memang berawal dari kisah cinta atau dendam lain yang baru terungkap.
Buat sebagian orang, bagian awal Death on the Nile, yang lebih fokus pada drama percintaan, mungkin fasenya terasa lambat. Namun begitu cerita sudah masuk ke misteri, kamu langsung bisa merasakan intensitas dan ketegangan dari misteri yang dihadapi Poirot. Pembukaan film yang terasa lambat malah menyempurnakan pertengahan hingga akhir film yang ketegangannya semakin intens.
Plot twist yang agak gampang tertebak tetapi tetap mengejutkan
Jika ngomongin kisah tentang detektif tentunya enggak akan lengkap tanpa plot twist. Kamu yang telah menonton Murder on the Orient Express pastinya ingat bagaimana mengejutkannya plot twist di film tersebut. Seperti halnya film sebelumnya, Death on the Nile tentu saja menghadirkan plot twist tentang pelaku kasus pembunuhan.
Seperti Murder on the Orient Express, kamu bakal dibuat curiga dengan semua karakter yang ada di film ini. Rasanya, hampir semua karakter, bahkan karakter yang enggak terduga, punya potensi melakukan pembunuhan. Namun jika dibandingkan dengan film pertama, plot twist yang ditampilkan Death on the Nile bisa dibilang agak gampang tertebak.
Walau tersangkanya cukup mudah terprediksi, jalan ceritanya tetap menampilkan beberapa kejutan yang cukup bikin kaget. Apalagi, banyak adegan yang cukup bikin kita yakin bahwa tersangkanya tidak mungkin melakukan pembunuhan. Secara plot twist, film ini mungkin tidak sespesial Murder on the Orient Express. Namun secara keseluruhan, Death on the Nile menyajikan cerita yang sayang untuk dilewatkan.
***
Death on the Nile sekali lagi membuktikan bahwa sutradara Kenneth Branagh berhasil mengadaptasi salah satu karyanya Agatha Christie. Perpaduan drama percintaan dan misteri yang ditampilkan benar-benar terpadu dengan sempurna dan menciptakan jalan cerita yang bikin kamu terus penasaran hingga tersangkanya terungkap.
Setelah baca review film Death on the Nile, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar, ya!