*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran cerita film Cross the Line yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton.
Film Cross the Line beberapa waktu lalu jadi bahan perbincangan karena mendapat sambutan baik saat tayang di Jakarta World Cinema Week. Sang sutradara, yaitu Roby Ertanto berhasil mengangkat tema yang jarang “disentil” oleh para sineas lainnya. Secara pemilihan bintang, Shenina Chinamon dan Chicco Kuriniawan juga terbilang sangat cocok dengan peran yang dimainkan.
Cross the Line berbicara tentang TKI dan orang-orang yang dibohongi dengan janji manis agen penyalur tenaga kerja. Film ini sudah tayang di Klik Film sejak 9 Desember lalu. Buat kamu yang penasaran dengan filmnya bisa langsung tonton di platfom digital tersebut.
Kalau masih pikir-pikir, ada baiknya kamu simak review filmnya di artikel berikut ini.
Review film Cross the Line
Kerasnya Hidup di Pelabuhan
Maya dan Haris adalah sepasang kekasih yang punya mimpi besar. Untuk mencapai mimpi tersebut mereka rela bekerja di Singapura. Mereka yang lahir dari keluarga enggak kurang mampu tentu menaruh harapan supaya hidupnya berubah ketika bekerja di luar negeri.
Film dibuka ketika Haris dan Maya daftar bekerja. Alih-alih berangkat ke luar negeri, mereka berdua justru dibohongi oleh agen penyalur TKI ilegal!
Dengan dalih training, Haris dan Maya diminta untuk bekerja di kapal. Haris sebagai ABK, sementara maya bekerja sebagai celaning service sekaligus pelayan kafe. Masalah datang ketika ibu Maya sakit dan membuthkan uang yang enggak sedikit. Hutang Maya yang banyak dengan gajinya yang begitu kecil bikin Maya enggak bisa berkutik jika hanya bekerja sebagai pelayan dan cleaning service.
Maya mulai berpikir bekerja sebagai pelacur demi menyambung hidup dan bisa pulang kampung. Sementara Haris yang merasa punya tanggung jawab terhadap Maya melakukan berbagai cara supaya bisa dapat uang dengan cara cepat. Sampai ia harus bekerjasama dengan pelaku human traficking.
Chemistry Chicco dan Shenina Mengawali dan Menutup 2022
Dua aktor dan aktris muda Chicco dan Shenina sepertinya bakal bernafas panjang dalam dunia film Indonesia. Pada film Cross the Line, chemistry keduanya benar-benar terbangun dengan baik. Mereka dapat meyakinkan penonton jika keduanya adalah sepasang kekasih yang sedang kesusahan. Akting natural dari Shenina dan Chicco buat cerita film ini makin terasa nyata.
Ini bukan pertama kali Shenina dan Chicco main dalam satu film. Sebelumnya pada film Penyalin Cahaya, keduanya juga beradu akting. Apa yang mereka pertontonkan dalam film tersebut juga sangat penuh totalitas. Chicco bahkan mendapat piala citra sebagai aktor terbaik karena aktingnya dalam film Penyalin Cahaya.
Uniknya, Penyalin Cahaya tayang di platform digital pada minggu pertama tahun 2022. Sementara Cross the Line tayang pada minggu-minggu terakhir tahun 2022. Chemistry pasangan ini dalam dua film tadi seoalah seperti sedang membuka dan menutup tahun yang baik bagi perfilman Indonesia.
Angkat Cerita Penting
Selain kuatnya akting Shenina dan Chicco, film ini juga punya premis yang bagus. Sebuah premis yang nyaris belum pernah disentuh oleh fiilm-film Indonesia sebelumya. Tentang perdagangan manusia. Meski sebetulnya hal itu enggak terlalu dijabarkan dalam film. Tapi keberanian sutradara Roby Ertanto untuk mengangkat kasus jual beli manusia ini patut diapresiasi.
Perdagangan manusia dalam film ini memang membuat penonton tersadar jika jual beli manusia ternyata bisa dilakukan dengan cara mudah. Lengkap dengan para oknum yang bermain di belakangnya. Meski enggak terlalu dikupas secara dalam, setidaknya inti cerita dalam film ini bisa menyentil banyak orang yang terlibat dalam jual beli yang keji ini.
Film ini hanya berdurasi 70 menit, cukup singkat untuk sebuah film panjang dengan muatan premis yang cukup berat.
Ditampilkan dengan Apa Adanya
Sementara itu di balik layar kita bisa menemukan Roby Ertanto sebagai orang yang duduk di bangku sutradara. Roby mencoba menceritakan kisah Haris dan Maya dari sudut pandang yang realis. Semua ditampilkan dengan apa adanya. Penonton akan diajak melihat seperti apa dunia pelabuhan yang gelap. Dengan sistem yang begitu korup. Roby menggambarkan itu dengan tidak melebih-lebihkan, semua terlihat apa adanya.
Beberapa kali sudut pandang kamera juga membuat kesan putus asa dalam film jadi lebih terasa. Pemilihan warna film yang dipakai Roby juga membuat film ini terasa nelangsa bagi kedua karakter utama. Kesedihan dan kegelisahan dalam Cross the Line jadi semakin terasa lewat tone warna yang dipakai.
Akting Pemeran Pendukung yang Jomplang
Sayangnya akting pemeran pendukung dalam film ini masih jomplang dengan dua karakter utama. Beberapa pemeran pendukung masih terlihat kaku dalam berperan. Memang porsi para pemern pedukung ini enggak terlalu kuat dalam penuturan cerita, namun jika saja akting para pendukung ini lebih luwes, mungkin kisahnya jadi lebih greget.
Selain itu masih ada selipan adegan-adegan kurang penting di puncak film ini. Seperti ketika Haris dan Maya yang tengah dikejar oleh pelaku human traficking, namun masih sempat-sempatnya berhenti dan berdebat. Kerapihan yang sudah dibangun sejak awal agak sedikit berkurang di menit-menit terakhir.
***
Film Cross the Line bakal membuka cakrawala kamu soal dunia gelap pelabuhan. Film ini ada baiknya ditonton bareng beberapa teman supaya setelah selesai menyaksikannya, kamu bisa saling berdiskusi tentang apa yang baru saja ditonton. Jadi berminatkah kamu nonton film ini?