*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 7 | Penokohan: 7 | Visual: 7 | Sound Effect/Scoring: 7 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 7/10
Film live action Bleach jadi salah satu yang dinanti-nanti penggemar tahun ini. Meski film ini telah dirilis di Jepang sejak 20 Juli 2018, penggemar di belahan dunia lain harus bersabar menunggu sampai 14 September 2018. Yap, akhirnya Bleach baru aja dirilis di Netflix yang memang megang hak distribusi internasional film ini.
Buat lo yang langganan Netflix, tentu lo senang karena enggak perlu susah payah ke bioskop buat lihat aksi Sota Fukushi dan Hana Sugisaki dalam film ini. Diadaptasi dari manga karya Tite Kubo, film live action Bleach disutradarai oleh Shinsuke Sato (I Am Hero, Death Note: Light Up the New World).
Mungkin lo ingat bahwa saat teaser pertamanya rilis, banyak penggemar kecewa melihat betapa “murahannya” baju Shinigami dan pedang Ichigo. Belum lagi rambut Ichigo yang enggak oranye dan rambut Rukia yang malah dikuncir belakang. Yah, memang, sih, kalau dibandingin sama cosplayer di luar sana yang total banget, tim wardrobe dan make up film ini kalah jauh. Namun, bukan itu yang jadi nilai jual utama film ini.
Yap, sebagai live action, Bleach bisa dibilang merupakan film yang nyajiin cerita lengkap tanpa bikin lo ngerasa diburu-buru buat ngikutin jalan ceritanya. Namun, buat yang belum pernah ngikutin kisah Ichigo dan kawan-kawan sama sekali, mungkin lo bakal cukup berusaha buat tetap ngikutin film ini sampai habis. Terutama saat Ichigo ketemu Rukia dan Hollow “pertama kali”. Mungkin lo enggak nangkep alasan Rukia ngasih kekuatannya sebagai Shinigami ke Ichigo. Soalnya, memang di film ini kelihatan banget enggak ada alasan kuat buat bikin Rukia ngasih kekuatannya ke Ichigo.
Pengalaman sinematik yang bukan anime juga bisa lo rasakan dalam live action ini—meski enggak banyak. Soalnya, lo masih bisa lihat Ichigo santai aja ngelihat rumahnya dibobol Hollow di awal film. Ya, coba aja bayangin, ekspresi kagetnya Sota Fukushi kayak anime, tiba-tiba matanya membesar. Sayangnya, enggak berhasil aja di live action. Terlepas dari itu, secara garis besar film ini masih masuk kategori layak tonton. Asyik diikutin, tapi enggak bisa dibilang memuaskan.
Sebuah live action memang bakal terkendala dengan logika naratif yang cuma bisa ada di manga atau anime. Sang sutradara tentu enggak bisa mindahin dunia di manga atau anime ke dalam sebuah film. Enggak bakal berhasil.
Baca juga Film Live Action Gagal Kece Adaptasi Anime/Manga.
Makanya, warna rambut Ichigo dan Orihime, model rambut Rukia, Chad yang tinggi besar dan blasteran, serta ukuran dada Orihime yang jauh di atas rata-rata juga enggak difokuskan di film ini. Namun, justru di situ tantangannya. Lo bakal diajak nikmatin sebuah film sebagaimana film seharusnya. Lebih sinematik, karakter-karakter yang ditampilin juga dibikin sebagaimana orang Jepang biasanya.
Salut juga buat penggambaran Hollow yang dibuat lebih mengerikan daripada versi manga atau animenya. Meski efek CG-nya enggak bisa dibilang oke—khususnya saat Rukia ngirimin hantu di kamar Ichigo ke Soul Society—cukuplah buat bikin lo betah. Selain itu, film ini juga merupakan paket lengkap buat lo yang sebelumnya enggak pernah ngikutin kisah Ichigo dan kawan-kawan memerangi Hollow. Lo bakal ngerti karena enggak ada plot hole. Semuanya disajiin secara runut dengan alur yang pas.
Seperti yang udah dibilang di awal, Bleach enggak bisa dibilang memuaskan. Penggambaran Hollow-nya memang ngeri banget, sampai-sampai pertarungan melawan Grand Fisher juga terasa masif. Apalagi, ada reaksi orang-orang yang lihat pertarungan mereka kayak lagi lihat angin topan. Sayangnya, justru setelah itu lo bakal dikasih antiklimaks.
Pertarungan melawan Renji dan Byakuya jadi terkesan enggak berarti. Malahan, bisa dibilang pemeran Byakuya ini salah casting. Bukan berarti Miyavi enggak bisa akting, ya. FYI aja, dia main di Kong: Skull Island, loh, tahun lalu. Namun, untuk meranin Byakuya Kuchiki yang dingin, punya wajah yang tanpa emosi, tapi enggak ada ampun buat menegakkan peraturan di Soul Society, Miyavi masih terlihat kaku banget. Renji Abarai (Taichi Saotome) pun enggak terasa “seliar” karakter aslinya. Di film ini, lo enggak bakal nemuin Renji yang nurut banget sama Byakuya tapi juga enggak mau kehilangan Rukia.
Untungnya, Hana Sugisaki oke banget meranin Rukia. Sejak main di Her Love Boils Bathwater (2016), Sugisaki udah jadi sorotan. Kemampuannya semakin terbukti saat beradu peran sama Takuya Kimura di filmnya Takashi Miike, Blade of Immortal (2017). Di film ini pun, Rukia banyak melontarkan celetukan yang bikin kita senyum-senyum sendiri, tapi dia terasa natural aja ngucapinnya. Kayak Rukia biasanya: seenaknya sama Ichigo, tapi sebetulnya peduli. Terlepas dari model rambutnya yang memang jauh dari mirip sama manganya, Sugisaki sukses banget meranin Rukia.
Sebenarnya, Fukushi juga cukup bagus kalau dia enggak datar di beberapa bagian penting. Jadinya, di film ini, kemarahan Ichigo, rasa tanggung jawab Ichigo, dan rasa kepeduliannya enggak tersampaikan dengan baik.
Sebelumnya, Shinsuke Sato udah bisa dibilang berhasil ngegarap Death Note: Light Up the New World (2016) dengan apik. Makanya, penggarapan film ini bisa dibilang “rapi”. Artinya, bagian penting yang perlu ditunjukin memang ada. Dan, lo tahu bakal ada kelanjutan dari film ini karena Ichigo bakal nyusul Rukia ke Soul Society, persis kayak dalam manganya.
Enggak bisa dimungkiri juga bahwa ada perbedaan ngegarap live action yang memang sengaja fokus di arc tertentu kayak Bleach ini dengan bikin versi spin off yang ceritanya bisa lebih banyak dimodifikasi kayak Death Note: Light Up the New World. Buat menghadirkan arc tertentu secara lengkap dalam live action, mau enggak mau pasti ada modifikasi tertentu buat ngakalin bagian yang “sulit”. Misalnya aja, Ishida Uryu (Ryo Yoshizawa) dan sejarah Quincy-nya cukup diceritain lewat dialog singkat.
Simak juga 5 Drama Live Action Manga yang Cocok buat Para Jomblo.
Buat lo penggemar Bleach yang udah nungguin live action ini sejak lama, mungkin lo enggak bakal kecewa. Lo bisa nikmatin pengalaman sinematik live action ini dan nyaman ngikutin ceritanya. Namun, buat sebuah film utuh, tetap aja Bleach masih cukup jauh dari kata memuaskan.
Kalau lo udah nonton Bleach di Netflix, coba bagikan pendapat lo dengan ngasih ulasan lo di kolom review pada bagian atas artikel ini, ya!