*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Mungkin enggak banyak film crime-thriller klasik yang bisa bikin lo betah duduk sampai akhir tanpa ngerasa pusing mikirin potongan misteri yang ada. Namun, pandangan lo mungkin berubah saat lo kalau udah nonton Bad Times at the El Royale. Film yang disutradarai dan naskahnya ditulis oleh Drew Goddard (The Cabin in the Woods, The Martian) ini bukan film crime-thriller biasa. Di dalamnya ada rahasia dan kegilaan para tokohnya yang begitu disatukan berubah jadi potongan kisah klasik yang menjanjikan.
Berdurasi 140 menit, film ini dimulai sebagaimana sebuah film crime-thriller pada umumnya: ada kasus pertama yang terjadi, pembunuhan pertama. Namun, kemunculan para karakter selalu memulai segalanya. Empat tamu tak saling kenal datang ke hotel itu dengan berbagai rahasia. Di sana mereka tak saling terbuka, menyimpan rahasia kelam masing-masing. El Royale pun menjadi saksi kekacauan yang akan terjadi setelahnya. Ditambah lagi, ada dua orang lainnya yang akan muncul belakangan.
Biar lo punya bayangan tentang film ini, lo bisa lihat cuplikannya dulu di sini.
Bukan Film Crime-Thriller Biasa
Seiring kisah film ini berjalan, Bad Times at the El Royale bakal mengobrak-abrik emosi lo. Cerita diawali dengan pembunuhan pertama yang bakal bikin lo menebak-nebak kelanjutannya. Mungkin lo ngerasa film ini bakal seserius film crime-thriller lainnya. Sebaliknya, lo malah bakal diajak tertawa dan santai banget nikmatin film ini.
Yap, perkenalan dengan para tokohnya memang dibuat asyik banget. Ada tokoh pastur tua yang mencari tempat istirahat, cewek kulit hitam yang bersikeras enggak mau kamarnya sebelahan sama pastur, penjual penyedot debu yang banyak bicara, dan cewek cantik yang enggak mau nulis namanya di buku tamu. Tak lupa, resepsionis sekaligus bartender sekaligus room boy yang muncul sekian lama setelah para tamu berkumpul.
Sambil menunggu resepsionis muncul, para tamu berbincang-bincang tentang banyak hal. Namun, enggak ada satu pun informasi yang bisa lo gali dari perbincangan ini. Lo bakal dibikin buta sama arah jalan cerita selanjutnya.
Yap, film ini tetap punya identitas film crime-thriller lainnya, yaitu ngebiarin lo enggak menebak-nebak siapa yang berbohong dan siapa yang beneran punya rahasia penting. Lo juga enggak bakal tahu kejutan apa yang menanti lo sampai film selesai.
Tempo Lambat tapi Penuh Kejutan
Film ini punya tempo yang lambat dalam gaya penceritaannya. Enggak ada perasaan terburu-buru selama lo nonton, tapi lo juga enggak bakal ngantuk. Seiring dengan perkenalan para tokohnya, lo juga diajak menggali lebih dalam misteri yang sebenarnya. Jadi, lo memang bakal dibikin waspada terhadap apa yang terjadi selanjutnya.
Saat tokoh pertama mulai menunjukkan jati dirinya kepada penonton (dibilang kepada penonton karena memang cuma lo yang tahu identitasnya), lo bakal dikejutkan dengan banyak peristiwa lainnya. Meski begitu, tetap aja, gaya penceritaan yang menyoroti tokoh demi tokoh bikin film ini terasa lambat. Namun, lo bakal lupa selambat apa film ini karena sampai akhir lo bakal fokus ngikutin kisah para tamu Hotel El Royale ini.
Karakterisasi Mendalam
Bad Times at the El Royale memang mengangkat kisah para tamunya. Para tamu berkumpul di Hotel El Royale, hotel tua yang kini pamornya udah redup, dengan berbagai rahasia yang mereka bawa. Mereka punya berbagai tujuan dan itulah yang menghasilkan kekacauan di El Royale ini. Mereka bertemu pada waktu yang salah dengan orang yang salah.
Uniknya, gaya penceritaan yang menyoroti karakter demi karakter ini dibuka dengan sebuah frame khusus dengan judul. Lalu, ada flash back yang menjelaskan latar belakang karakter tersebut. Karakterisasi ini enggak bakal bikin lo bingung. Sebaliknya, justru karakterisasi ini adalah bagian dari alur yang bakal ngebuka pemahaman lo soal konflik absurd di film ini. Lo bakal dibikin geregetan dan simpati pada saat yang bersamaan.
Para tokoh ini diperankan dengan cukup apik oleh para pemerannya. Pastur Deniel Flynn (Jeff Bridges), Darlene Sweet (Cynthia Erivo), Laramie Seymour Sullivan (Jon Hamm), Emily Summerspring (Dakota Johnson) dan adiknya (Cailee Spaeny), Miles Miller (Lewis Pullman), serta Billy Lee (Chris Hemsworth). Semua berkumpul untuk sebuah kegilaan yang tak pernah ada sebelumnya.
Yang paling menarik adalah Goddard juga menjadikan El Royale sebagai salah satu karakternya. Hotel ini sendiri menyimpan rahasia. Sempat terkenal bahkan di kalangan selebritas, El Royale memiliki dua sisi yang berada di dua negara bagian, yaitu Nevada dan California.
Lokasinya pun dipersiapkan bukan tanpa sebab. Para tamu hanya bisa minum alkohol dan bermain kasino di sisi hotel yang berada di California. Sementara itu, kamar di sisi hotel yang berada di Nevada tersedia dengan harga lebih murah 1 dolar Amerika. Semua disiapkan dengan sangat matang, membuat segala kekacauan yang terjadi di sana terlihat artistik, namun juga gila.
Detail yang Keren
Mengingat film ini berlatar 1968 di Amerika Serikat, lo enggak bakal kaget kalau lihat mobil dari tahun tersebut diparkir di halaman El Royale. Bukan cuma itu, pakaian sampai detail hotelnya juga bakal bikin lo terkagum-kagum. Lo enggak bakal nyangka bahwa hotel dan outdoor-nya merupakan set dan properti di studio! Yap, Goddard dan tim mendekorasi hotel seluas 10.000 meter persegi demi memperlancar proses pengambilan gambar.
Kostum para tokohnya pun enggak bisa dilewatkan begitu aja. Lo bisa lihat Darlene datang dengan dress kuning cerah yang dipilih karena karakter itu mencerminkan dirinya. Darlene, sebagaimana tokoh lainnya, datang ke hotel itu demi satu tujuan yang masih dirahasiakan sampai mungkin seperempat kedua film. Dress kuningnya menunjukkan pribadinya yang kuat, cerdas, dan punya mimpi. Sementara itu, Pastur Flynn memakai pakaian pastur biasa, namun dia sendiri berlindung di balik pakaian itu.
Puncak Kekacauan di Luar Dugaan
Setelah seluruh tokoh berkumpul, rahasia demi rahasia pun terungkap. Bisa dibilang, film ini punya konflik yang kacau sekacau-kacaunya, tapi dalam artian positif. Lo enggak bakal nemuin kekacauan yang lebih baik daripada yang ada di film ini.
Setelah Billy Lee datang, nasib para tokoh semakin enggak bisa ditebak. Billy Lee ini semacam kepala sekte sesat dan di El Royale dia berubah jadi eksekutor yang enggak segan-segan membunuh siapa aja yang menurut dia pantas. Mungkin lo menduga Billy Lee bakal mengakhiri film ini?
Enggak. Goddard memang jago banget mainin alur dan munculin klimaks di atas klimaks. Saat lo pikir udah enggak ada lagi rahasia yang melingkupi para tokohnya, lo enggak bakal dibikin puas begitu aja.
Masih ada rahasia lain dan ketegangan lo enggak bakal dibiarkan berakhir begitu aja. Mulai dari seperempat kedua film, Goddard memang udah mempersiapkan penontonnya menghadapi ketegangan yang bertubi-tubi. Namun, selalu ada akhir yang enggak terduga karena kekacauan yang lo lihat belum seberapa.
***
Bad Times at the El Royale ini memang bukan crime-thriller biasa. Di dalamnya, Goddard enggak cuma ngasih misteri dan rahasia yang bakal memicu konflik besar dalam film ini. Dia juga berhasil bikin penonton tertawa untuk semenit kemudian bikin lo kesel atau bahkan patah hati. Nonton film ini bakal bikin lo bakal berasa diajak jalan-jalan ke tempat yang sama sekali asing buat lo. Lalu, di luar dugaan, perjalanan itu ternyata asyik banget.
Makanya, kalau lo belum nonton film ini, mending segera nonton di bioskop, deh. Oh ya, ada peringatan cukup keras juga, sih. Buat yang enggak suka film penuh darah, mungkin film ini enggak cocok buat lo.