*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 8 | Penokohan: 8 | Visual: 8 | Sound Effect/Scoring: 8 | Penyutradaraan: 8 | Nilai Akhir: 8/10
Setelah Avengers: Infinity War (2018), film-film Marvel selanjutnya diharapkan punya standar yang lebih tinggi. Begitu pula dengan hadirnya film Ant-Man and the Wasp yang diharapkan punya kualitas yang sebanding atau malah lebih baik. Film Ant-Man and the Wasp ini seakan punya tanggung jawab untuk meninggikan pamor Marvel.
Ternyata, film Ant-Man and the Wasp berhasil tayang dengan kualitas lebih baik dari film pertamanya. Meski enggak bisa melebihi kualitas Avengers: Infinity War (2018), film Ant-Man and the Wasp ngasih kesegaran baru di MCU. Kalau Avengers: Infinity War (2018) memiliki taruhan tertinggi mengenai bahaya bagi semesta, film ini justru sebaliknya.
Berlatar setelah Captain America: Civil War (2016), Scott Lang kembali bergulat dengan konsekuensi pilihannya sebagai superhero sekaligus seorang ayah. Saat Lang berusaha berjuang untuk menyeimbangkannya, dia berhadapan dengan Hope van Dyne dan Dr. Hank Pym. Mereka mendesak Lang untuk sebuah misi baru.
Harus diakui, tanpa suatu misi, film superhero layaknya sayur tanpa garam. Ant-Man and the Wasp ternyata punya misi yang berbeda dengan film MCU lainnya. Kalau biasanya semesta yang dipertaruhkan, film ini justru fokus pada lingkup kecil, yaitu keluarga. Premis ini mirip dengan Black Panther (2018) bahwa enggak ada yang rela kehilangan sebuah keluarga.
Bahkan, film ini enggak ada musuh yang nyata. Melainkan, masalah personal pada setiap karakter dan hanya ada antagonis yang memberikan konflik. Meski premisnya biasa, film Ant-Man and the Wasp menunjukkan bahwa enggak perlu muluk-muluk untuk menarik perhatian penggemar.
Pas Avengers: Infinity War (2018) yang katanya ensemble para superhero Marvel, kita bertanya-tanya soal posisi Ant-Man alias Scott Lang saat itu. Makanya, sebelum film ini rilis, banyak rumor yang beredar mengenai keberadaan Lang selama Infinity War.
Cerita film ini enggak menyinggung sama sekali soal Infinity War. Namun, belakangan lo bakal tahu hubungan kedua film tersebut dengan film MCU yang akan datang. Lo bakal diberi jawaban atas rumor-rumor yang beredar.
Film Ant-Man and the Wasp bisa dibilang punya cerita yang indah dan sederhana, tentang keluarga dan kerja tim. Menariknya, film ini ngasih kesegaran dan kesenangan dengan urutan aksi yang mendebarkan. Apalagi, banyaknya lelucon yang bikin film ini terasa menyenangkan.
FYI, film Ant-Man and the Wasp merupakan film ke-20 tepat di usia 10 tahunnya Marvel. Hal itu pula menandakan bahwa akan dimulainya fase 4 di tahun depan. Film ini hanya berdurasi 118 menit dan jadi film berdurasi singkat Marvel.
Meski jadi superhero yang menyusut menjadi seukuran semut, sekuel Ant-Man menampilkan karakter yang punya kekuatan gila, konyol, dan enggak diragukan. Lo bakal melihat hal-hal yang enggak masuk akal dalam film ini.
Film Ant-Man and the Wasp secara cerdik mendasarkan ceritanya pada hubungan pribadi, terutama antara seorang ayah dan anak ceweknya. Pilihan Peyton Reed selaku sutradara untuk fokus pada hal kecil ternyata punya resonansi emosional yang lebih kuat. Yap, enggak kalah dengan film MCU lainnya yang berfokus pada pemusnah massal!
Film ini enggak mempersembahkan pengorbanan individu atau sejenisnya. Justru, memberikan hubungan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari yang biasa kita dihadapi. Bukan tentang pengorbanan diri, melainkan tentang kerja sama untuk menyelamatkan segalanya. Bisa dibilang, inilah film superhero yang membumi. Enggak bikin kita berimajinasi tinggi mengenai kekuatan super.
Paul Rudd yang berperan sebagai Scott Lang kembali bikin suasana lebih fresh. Namun, Lang enggak jadi karakter dominan. Justru lebih fokus pada teknologi baru Hank Pym, kostum Hope, dan kekuatan Janet. Begitu pula dengan Evangeline Lily sebagai Hope yang jadi garang dan berbahaya. Duet Rudd dan Lily bakal bikin lo gemas karena chemistry keduanya.
Karakter Hank Pym masih apik diperankan oleh Michael Douglas. Sosok Michael Pena sebagai Luis juga berhasil bikin ngakak para penonton karena ceriwisnya. Lalu, ada Hannah John-Kamen sebagai Ghost yang nyebelin sekaligus bikin iba. Juga, Laurence Fishburne sebagai Bill Foster yang jadi salah satu twist film. Enggak lupa, ada Abby Ryder Fortson sebagai Cassie yang menggemaskan. Aksinya pun selalu menarik perhatian.
Soal visual, film ini lebih baik dari film pertamanya. Namun, buat lo yang jijik dengan kerumunan semut, film ini bikin lo merinding sekaligus kagum dengan kemampuan mereka. Hal itu karena visual yang nyata dan natural. Begitu pula dengan scoring-nya yang masih punya kualitas dibandingkan film-film lainnya.
Kesuksesan Reed dalam menggarap sekuel ini merupakan keberhasilan yang jarang dicapai sutradara lainnya. Mengingat, film-film sekuel seakan punya “kutukan” bahwa enggak akan lebih bagus dari film pertamanya. Namun, film ini justru mematahkannya.
Pemilihan karakter, penggarapan cerita, pengarahan visual, dan efek suara dibikin rapi dan cerdik. Reed menunjukkan bahwa dia mampu bikin waralaba Ant-Man di masa depan atau minimal bikin triloginya. Yap, kita tunggu aja kabarnya nanti!
Film ini udah bisa lo nikmati mulai 4 Juli 2018 di bioskop-bioskop Indonesia. Oh, iya, film ini punya rating PG-13. Jadi, lo harus ajak anggota keluarga yang usianya di atas 13 tahun. Jangan buru-buru keluar dari bioskop, ya! Soalnya, ada dua adegan post-credit yang bisa menjawab pertanyaan lo. Nah, sambil nunggu credit-nya selesai, jangan lupa beresin sampah-sampah yang lo hasilkan.
Mainan gawai pas filmnya mulai bukan hal yang keren, loh! Apalagi kalau lo sampai update stories salah satu adegan filmnya. Bisa-bisa, tindakan lo dianggap pembajakan dan lo dikenai sanksi oleh petugas. Pokoknya, duduk manis aja dan nikmatin filmnya. Mulai sekarang, jadi penonton cerdas, yuk!