*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat lo, ya.
Film DreadOut berhasil jadi film Indonesia pertama yang diadaptasi dari game berjudul sama. Jadi film horor pertama di 2019, DreadOut seakan menyatukan pencinta film dengan gamer di awal tahun. Digarap oleh sutradara Rumah Dara (2009), Kimo Stamboel, film produksi Sky Media, CJ Entertainment, dan Lyto Game ini menjanjikan jump scare yang sama dengan gamenya.
Berkisah tentang sekelompok siswa SMA yang pengen populer lewat media sosial. Mereka pergi ke sebuah apartemen kosong yang dianggap legend dan merekam pertunjukan langsung di sana. Secara enggak sengaja, salah satu dari mereka, Linda (Caitlin Halderman) membuka portal misterius dan membangunkan dunia astral yang berbahaya.
Apakah Linda bisa menyelamatkan teman-temannya dalam bahaya? Sanggupkah mereka keluar dari portal tersebut dan hidup dengan aman? Terlepas dari itu, kita juga bisa buktikan, bagaimana kisah ini nyambung dengan storyline gamenya?
Unsur Horor Survival yang Nanggung
Film DreadOut mengambil latar cerita sebelum kejadian dalam gamenya alias prekuel. Enggak terlepas dari genre horor survival gamenya, film ini nyajiin ketegangan. Sayangnya, kurang maksimal dan terasa nangung. Padahal, sejak filmnya dimulai, udah nampilin situasi yang mengguncang adrenalin.
Karena prekuel, film ini enggak menampilkan cerita seperti yang ada di gamenya. Jadi, lo enggak akan nemuin Linda bersama teman-teman dan ibu gurunya tersesat di sebuah kota tak berpenghuni dan nemuin sekolah misterius. Lo justru nemuin Linda bersama teman-temannya pergi ke sebuah apartemen kosong dan masuk ke gerbang dunia lain.
Banyak rintangan yang dihadapi para karakter cukup bikin lo ngos-ngosan. Sayangnya, enggak ada rintangan klimaks yang jadi “puncak ngos-ngosan” itu. Padahal, teknik pengambilan gambar pakai sudut pandang karakter seperti di game, jadi suatu kelebihan karena bisa nampilin efek survival-nya.
Keunikan lainnya, film DreadOut enggak hanya nampilin sajian horor baru di Indonesia, tapi juga punya plot yang related dengan zaman sekarang. Tentang problematika remaja soal popularitas di media sosial dan melakukan apa pun tanpa pikir panjang. Film ini bisa jadi inspirasi buat lo untuk berpikir sebelum bertindak. Nakal boleh, bodoh jangan!
Aktor-Aktris Muda yang Solid
Ketika proyek film ini diumumkan, banyak yang skeptis terhadap para pemain. Soalnya, mereka termasuk pendatang baru di industri film Indonesia. Namun, mereka bersama Kimo Stamboel bisa membuktikan bahwa mereka enggak boleh diremehkan. Mengingat, sebagian besar dari mereka kerap hadir di film drama romantis. Mereka juga berhasil menggambarkan potret anak-anak SMA zaman sekarang.
Seperti Caitlin Halderman yang bisa mendalami karakter Linda. Terlebih, ini jadi film horor pertamanya. Lalu, Jefri Nichol sebagai Erik yang secara mengejutkan bisa keluar dari karakter bad boy seperti dalam film-filmnya. Ciccio Manassero sebagai Alex yang nyebelin sekaligus bikin ngakak. Kemudian, ada Marsha Aruan sebagai Jessica yang antagonis tapi penakut.
Visual dan Scoring yang Bikin Jenuh
Lihat postingan ini di Instagram
Sebuah kiriman dibagikan oleh DreadOut The Movie (@dreadoutmovie) pada
Sinematografi yang ditampilkan berhasil menampilkan kepanikan para karakter. Soal efek komputer, memang masih kasar, tapi enggak terlalu berpengaruh buat lo yang lebih mentingin cerita dibanding CGI. Namun, karena latarnya hanya disitu-situ aja, lo bakal ngerasa jenuh. Padahal, lo udah naroh ekspektasi dan kejutan lain yang bakal hadir.
Efek suara yang ditampilkan mirip dengan treatment yang ada di film Sebelum Iblis Menjemput (2018) karya Timo Tjahjanto. Suara hantu yang bikin frustasi, teriakan para karakter yang memekakkan telinga, dan nada-nada yang bikin merinding.
Film yang Menegangkan, Bukan Menyeramkan
Twist yang disajikan terkesan maksa, begitu juga ada beberapa adegan yang enggak masuk akal. Memang fantasi, tapi kalau sejak awal udah digambarkan mirip dengan kehidupan nyata, masuknya adegan enggak masuk akal, bisa mengganggu. Salah satunya, ponsel yang udah berkali-kali dibawa berenang, masih berfungsi.
Secara keseluruhan, film ini hanya menampilkan ketegangan, bukan keseraman. Padahal, dua hal itu terasa dalam gamenya. Bisa jadi, hal itu dilakukan sang sutradara agar film ini bisa ditonton oleh kalangan 17 tahun ke atas.
Terlepas dari itu, film ini merupakan awalan yang cukup untuk film adaptasi game pertama di Indonesia. Film ini bisa dinilai dari berbagai sisi. Buat lo yang pernah mainin gamenya atau buat lo yang ngaku pencinta film horor, ramai-ramai ke bioskop dan saksikan film horor Indonesia pertama di 2019.
Film ini udah tayang mulai 3 Januari 2019. Nah, buat lo yang udah nonton, lo bisa balik lagi ke artikel ini dan isi pendapat lo tentang film DreadOut di kolom ulasan yang ada di awal artikel.