*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Don’t Breathe 2 yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Film Don’t Breathe 2 akhirnya tayang di bioskop mulai 15 Oktober 2021. Sekuel film thriller yang ditunggu-tunggu ini jadi salah satu rekomendasi film Hollywood terbaru yang bisa bikin kamu kembali ke bioskop.
Sinopsis Don’t Breathe 2 bercerita tentang The “Blind Man” alias Norman Nordstrom yang membesarkan seorang gadis bernama Phoenix. Norman mengajarkan Phoenix bertahan hidup dari situasi yang berbahaya. Hingga suatu hari, Phoenix pergi ke kota bersama dengan Hernandez, teman Norman. Sekembalinya ke rumah, ternyata mereka diikuti sekomplot orang yang ingin menculik Phoenix.
Sosok Norman Nordstrom (Stephen Lang) yang di film pertama jadi antihero, kini kembali hadir menjadi sosok berbeda yang sama-sama mematikan. Bagaimana keseruannya? Simak review khas KINCIR di bawah ini.
Sinopsis dan Review Film Don’t Breathe 2
Norman Nordstrom yang Lebih Manusiawi
Ketika berbicara film sekuel, rasanya tak lepas dari film pertama. Bahkan, respons penonton setelah nonton film ini mungkin akan membanding-bandingkannya.
Sejak film pertama, Stephen Lang sebagai Norman Nordstrom alias The Blind Man, berhasil jadi sosok yang menyeramkan. Bahkan, mencekamnya hampir sama ketika nonton A Quiet Place (2018). Cukup bikin tahan napas, bikin mata terpaku pada layar, dan enggak bisa duduk tenang.
Sementara di film sekuelnya, kita justru ditampilkan sosok Norman yang lebih manusiawi, Norman yang bisa bersosialisasi, Norman yang bisa berkomunikasi, dan Norman yang punya hati. Memang, vibe-nya cukup berbeda, dan mungkin sebagian dari kamu lebih memilih film pertama. Namun, soal perkembangan karakter Norman, kita bisa tahu lebih banyak dari film ini.
Sayangnya, film ini berlaku sebagai standalone. Enggak ada hubungannya dengan film pertama. Kita enggak dikasih tahu kehidupan Norman selama delapan tahun kemudian. Yang kita tahu, Norman membesarkan seorang anak bernama Phoenix, yang dalam film ini ingin tahu soal keluarga aslinya.
Jadi, kamu enggak perlu nonton film pertama untuk mengikuti film ini. Ikuti saja perjalanan karakter Norman sebagai antihero yang bikin simpati.
Adegan yang Lebih Sadis
Meski tak lebih mencekam dari film pertama, Don’t Breathe 2 masih jadi film thriller edge-of-your-seat dengan jump scare khasnya: suara tembakan tiba-tiba, bom, hingga derit kayu dan pintu.
Dengan rating 17 tahun ke atas, film ini menyajikan adegan yang lebih sadis. Bukan hanya adu tembak atau adu tusuk, tapi juga ada adegan menghajar dan menghantam dengan brutal.
Sayangnya, adegan-adegan ikonis film pertama, seperti kejar-kejaran dalam rumah atau ruang bawah tanah yang gelap, tak bisa kita nikmati lagi dalam sekuel ini. Sebagai gantinya, kamu akan menonton aksi Norman di “luar kandang” yang juga sama-sama meneror siapa saja yang berani “menyenggolnya”.
Nuansa “Don’t Breathe”-nya Tak Lebih Mencekam
Film ini masih menampilkan desain produksi yang tak lepas dari film pertama, seperti perumahan sepi, ruang bawah tanah, cahaya redup, dan suara-suara derit kayu. Dikombinasikan dengan scoring khas film-film aksi Jason Statham atau Liam Neeson, menjadikan film ini mirip horor-slasher ala Michael Myers.
Pada paruh pertama, kita memang disajikan adegan survive karakter dalam rumah Norman dengan permainan suara dan cahaya. Sayangnya, itu hanya berlaku sebentar.
Namun, ada beberapa adegan serupa yang bikin kamu ingat kelakuan bengisnya Norman di film pertama. Adegan pengulangan itulah yang rasanya menghubungkan sekuel ini dengan pendahulunya.
Secara garis besar, Norman berhasil jadi sosok antihero ikonis dalam film Hollywood. Perkembangan karakternya makin kuat meski cukup menurunkan ekspektasi penonton tentang cara dia mengelabui penyusup di rumahnya sendiri untuk bertahan hidup. Hal itulah yang bikin pengalaman nonton Don’t Breathe terasa berbeda dan tak lebih spesial dari sebelumnya.
***
Lalu, apakah Don’t Breathe 2 ini worth watching? Buat kamu yang suka film aksi dengan satu karakter bernyawa sembilan, layaknya Jason Statham atau Liam Neeson, film ini bisa jadi rekomendasi yang asyik.
Namun, buat kamu yang punya ekspektasi tinggi bahkan setelah nonton trailernya, mungkin bisa turunkan sedikit antusiasmenya, karena film ini berikan experience berbeda dari film pertama. Buat yang udah nonton? Bagaimana pendapatmu? Bagikan di kolom komentar, ya.