*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Setelah laris di film pertamanya, Rapi film kembali menghadirkan film drama remaja tentang kisah Nathan dan Salma. Saking larisnya, sutradara Indra Gunawan bikin lanjutan kisah mereka. kira-kira, film Dear Nathan: Hello Salma ini bakal mengulangi kesuksesan yang sama dengan film pertamanya enggak, ya?
Bercerita tentang Salma yang kecewa dengan Nathan yang enggak pernah berubah karena selalu berkelahi, hubungan mereka kandas, dan Nathan harus pindah sekolah. Ditambah, bokap Salma enggak suka dengan Nathan yang suka berkelahi. Kini, mereka menjalani hidup masing-masing. Di sekolah baru, Nathan bertemu dengan Rebecca dan jadi sahabat. Sementara, Salma dipaksa untuk masuk universitas yang diinginkan bokapnya dan dijodohkan dengan Ridho. Apakah Nathan dan Salma akan kembali bersama?
Cerita Klise Asmara Remaja
Kalau dibandingin dengan film pertama, film ini masih terjaga mood-nya. Bisa jadi memang sutradara Indra Gunawan dengan Bagus Bramanti dan Erisca Febriani enggak pengen muluk-muluk bikin cerita sedewasa Ada Apa dengan Cinta? 2 (2018). Cerita klise ala remaja labil masih ditampilkan dengan plot yang lebih matang dan kompleks.
Memang, film yang diadaptasi dari novel ini enggak jauh menyimpang dari karya aslinya. Buat lo yang suka ngebayangin jalan cerita di novelnya, film ini udah memenuhi ekspektasi, kok! Sebegitu sederhananya, sampai bikin lo bisa menebak jalan ceritanya dengan mudah. Bisa jadi karena kisah remaja yang ditampilkan memang secara umum terjadi. Sehingga, enggak ada adegan baru yang membedakan film ini dengan FTV.
Meski gombalan yang diucapkan Nathan enggak seluwes yang diucapkan Dilan, gombalan tersebut masih dianggap ampuh buat anak-anak SMA zaman sekarang. Untungnya, kisah mereka diracik dengan romantis yang kocak. Soal keharuan yang dihadirkan juga masih intens, kalau di film pertama lebih ke masa lalu Nathan, film ini ke masalah yang dirasakan Salma soal masa depannya.
Kehadiran para karakter baru juga mewarnai film ini. Perasaan yang penonton rasakan lebih campur aduk. Ada perasaan sebel, simpati, sekaligus baper pas nonton film ini. Namun, rasa itu hanya ada pas lo nonton. Enggak bisa lo bawa keluar bioskop alias enggak memorable. Perasaan yang sama pas lo nonton FTV.
Karakter yang Belum Maksimal
Harus diakui, kehadiran Jefri Nichol jadi andalan di film Dear Nathan: Hello Salma. Bisa dibilang, jadi daya tarik terbesar dibandingkan dengan kelarisan filmnya. Apalagi kalau bukan karena ketampanannya yang sukses bikin para cewek remaja senyum-senyum nontonnya. Sayangnya, meskipun udah banyak karakter yang dimainkan, Jefri jadi enggak ikonis.
Enggak hanya itu, duet Jefri Nichol dengan Amanda Rawles juga dianggap jadi plot hole. Karakter keduanya sama dengan karakter mereka di film lain. Kalau soal chemistry, Jefri dan Amanda udah klop, deh! Sayangnya, karakter mereka digambarkan sama dengan duet mereka lainnya. Sampai-sampai lo bakal bilang “film yang isinya Jefri dan Amanda, pasti begini”.
Dibintangi pula oleh Susah Sameh sebagai Rebbeca yang bisa ngubah pandangan lo. Lalu, ada Devano Danendra, musisi baru yang menjajal dunia akting. Ada juga, aktor senior seperti Surya Saputra, Karina Suwandi, dan Gito Gilas. Kehadiran mereka juga enggak jauh beda dengan karakter yang biasa ada di dunia nyata.
Visual dan Audio Ala FTV
Visual yang ditampilkan enggak jauh beda dengan film-film drama lainnya. Tampilan yang cerah sesuai dengan gaya anak muda. Latar tempat seperti sekolah yang dibikin ceria dan tempat-tempat nongkrong dibikin sebagaimana mestinya. Ditambah, latar pantai yang sedikit memanjakan mata.
Soal audio, hanya ada satu lagu yang terus diulang-ulang di film Dear Nathan: Hello Salma. Lagu karya Devano Danendra yang juga berperan sebagai Ridho ini memenuhi sepanjang film. Berjudul “Ini Aku”, lagunya bisa bikin lo terngiang di dalam bioskop.
Isu Depresi yang Berani Diungkap
Salah satu hal yang menarik di film ini adalah membawa isu problematika remaja dan depresi. Harus diakui, masalah depresi pada remaja hingga saat ini masih menyelimuti anak-anak Indonesia. Depresi bukan hanya pada anak yang broken home, tapi juga pada anak yang justru dalam keluarga yang lengkap.
Keberanian sutradara bikin film ini dianggap jadi salah satu cara agar para remaja yang depresi, berani mengungkapkan isi hatinya. Juga, buat para orangtua agar memahami bahasa anak-anak zaman sekarang. Enggak memaksakan kehendak dan saling peka terhadap perasaan satu sama lain. Buat para remaja yang depresi, film ini bisa ngasih sedikit motivasi biar mereka enggak salah langkah ketika depresi dan butuh perhatian.
***
Kalau lo bisa nikmatin film Jefri Nichol dan Amanda Rawles yang lain, lo juga bisa menikmati film ini. Meski punya cerita yang klise, film ini relate dengan drama anak SMA zaman sekarang. Entah apakah film ini masih cocok dibikin lanjutannya jadi trilogi Dear Nathan.
Penasaran? Langsung aja nonton di bioskop favorit lo bareng temen-temen lo. Kalau lo udah nonton, silakan kasih penilaian dan pendapat lo sendiri di kolom ulasan pada bagian atas artikel ini!