*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 8 | Penokohan: 8 | Efek Suara/Scoring: 8 | Visual: 8 | Nilai Akhir: 8/10
Film Hollywood bergenre biopik yang berlatar ketegangan dan atmosfer perang kayak Darkest Hour ada banyak. Namun, film yang benar-benar berkualitas bisa dibilang sedikit. Yap, Darkest Hour sekali lagi nunjukin kelebihannya lewat cerita dan penokohannya yang bikin Gary Oldman sebagai Winston Churchill menang di Golden Globes 2018.
FYI, film biopik mengenai Winston Churchill juga enggak hanya Darkest Hour. Ada sekitar 26 film biopik tentang Perdana Menteri Inggris tersebut dari berbagai latar dan perspektif. Kali ini, sutradara Joe Wright mencoba peruntungan dengan ikut menambahkan daftar film biopik salah satu orang paling berpengaruh di Inggris tersebut.
Pada awal Perang Dunia 2, seiring jatuhnya Prancis, Inggris menghadapi masa paling gelap karena bombardir kekuatan Nazi yang memojokkan tentara Sekutu di pantai Dunkirk. Nasib Eropa Barat bergantung pada kepemimpinan Perdana Menteri Inggris yang baru ditunjuk yaitu Winston Churchill. Dia dihadapkan dua pilihan, bernegosiasi dengan Hitler atau tetap melawan.
Sesuai dengan judulnya, film ini menceritakan masa tergelap Inggris pada masa Perang Dunia 2. Kisah dramatis dan inspiratif pada empat minggu pada 1940 ini menguji keberanian Churchill untuk memimpin dan mengubah sejarah dunia.
Cerita Darkest Hour memang enggak main-main. Yap, sudah begitu seharusnya, mengingat sejarah yang divisualisasikan enggak boleh salah. Bisa jadi Joe Wright juga butuh ratusan referensi demi kebenaran sejarah. Begitu pun dengan Anthony McCarten sebagai penulis naskah.
Karena film sejarah, Wright pun ngasih petunjuk tanggal-tanggal penting peristiwa tersebut. Hal itu bisa ngebantu lo untuk kembali belajar sejarah dunia. Dialog-dialog yang diucapkan para pemain juga ngasih petunjuk sejarah. Meski begitu, tetap saja hasilnya enggak sesederhana itu. Kalau lo mau tahu kisah selanjutnya, lo pun harus baca buku sejarahnya.
Sejarahnya, film ini berhubungan dengan Operasi Dinamo yang diceritakan dalam film Dunkirk (2017) besutan Christopher Nolan. Menariknya, kedua film tersebut memiliki latar waktu yang sama, tapi dari sudut pandang yang berbeda. Darkest Hour bercerita tentang perjuangan politik Winston Churchill di tanah Britania dalam menyelamatkan tentara sekutu yang tengah berjuang hidup dari serangan Hitler. Lo bisa nonton Darkest Hour sebagai salah satu kepingan yang sama dengan Dunkirk.
Alur film ini sifatnya maju dan sederhana. Lo enggak perlu mikir keras kayak nonton Dunkirk. Cerita yang ditampilkan juga enggak terlalu serius dan bahkan disertai komedi satir ala zaman 1940-an. Uniknya, lo bakal menjumpai mobil-mobil antik dan gaya busana yang retro. Sayangnya, ada beberapa mobil terlihat lebih modern dari zamannya. Hal ini tentu enggak bakal mengganggu kalau lo memang ingin menikmati jalan ceritanya.
Sejak awal, film ini diberi nada-nada menegangkan yang seakan lo berada ditengah perang. Bukan suara mesin, bom, atau tembakan, tapi suara yang bikin nasib lo, keluarga, dan bangsa diambang kehancuran. Dario Marianelli sebagai penata musik sukses bikin nada-nadanya jadi atmosfer ketakutan.
Winston Churchill diperankan dengan sangat apik oleh Gary Oldman. Aktor senior ini berhasil menangkap segala persona yang dimiliki oleh sang perdana menteri. Pada awalnya, Oldman kesulitan memahami peran Churchill. Untungnya, dengan bantuan ahli sejarah dan baca banyak referensi buku, Oldman sukses mengadaptasi sikap Churchill dengan apik.
Memang kita enggak akan pernah menyaksikan Churchill secara langsung. Sosok Churchill hanya bisa disaksikan lewat video atau ilustrasi film. Hebatnya, Oldman bisa membawakan karakter Churchill dengan sangat piawai. Makanya, enggak heran kalau Oldman pantas mendapat penghargaan sebagai aktor terbaik Golden Globes 2018 lewat perannya di film ini.
Keputusan Wright memilih Oldman terbukti tepat. Semua dialog, umpatan, lelucon, gumaman, dan pidato legendarisnya mendekati sempurna dengan Winston Churchill. Kalau lo udah pernah nonton pidato Churchill di internet, menonton Oldman berperan sebagai Churchill serasa lo tengah menyaksikan potongan film dokumenter yang dikemas kekinian.
Selain Oldman, Wright ngegaet beberapa aktor dan aktris pendukung yang juga berkualitas. Misalnya, Ben Mendelsohn sebagai Raja George VI, Kristin Scott Thomas sebagai istri Churchill, Clementine, Lily James sebagai sekretaris muda, Ronald Pickup sebagai Neville Chamberlain, Stephen Dilane sebagai Halifax, dan sebagainya.
Darkest Hour enggak hanya menceritakan ketegangan politik yang berlangsung selama Perang Dunia 2 di tanah Inggris. Film ini juga mampu menjadi potret sejarah Winston Churchill yang humanis meski dibenci semua orang karena keputusannya kerap enggak masuk akal dan beresiko tinggi. Walaupun dianggap pahlawan Inggris, dia masih sebagai manusia yang memiliki berbagai kelemahan.
Lo bakal nemuin karakter unik Churchill yang bikin lo kagum. Gary Oldman dengan apik memerankan Churchill sebagai perdana menteri, suami, dan ayah. Dia berhasil memvisualisasikan sosoknya yang enggak sempurna namun kuat dan idealis. Apalagi, tiap kata-kata yang diucapkan kerap menginspirasi banyak orang hingga saat ini.
Sayangnya, enggak semua film bagus bisa cocok dan diterima semua kalangan. Lagi-lagi, “penyakit” yang menjangkiti film biopik belum bisa lepas. Enggak semua orang bisa nikmatin film biopik yang tema besarnya adalah sejarah. Darkest Hour minim banget dalam urusan adegan aksi. Sekalipun enggak ada adegan kekerasan, film ini tetap aja bakal ngebosenin kalau ditonton sama anak-anak ataupun lo yang bukan pecinta film sejarah.
Darkest Hour direncanakan rilis di Indonesia pada 19 Januari 2018. Lo bisa ajak temen-temen atau gebetan lo yang suka film sejarah. Kasih tahu juga pendapat lo di kolom komentar setelah nonton, ya!