*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 7 | Penokohan: 7 | Visual: 7 | Sound Effect/Scoring: 7 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 7/10
Bisa dibilang bulan Oktober adalah bulannya film horor soalnya ada perayaan Halloween. Enggak heran jika film rilisan Oktober sebagian didominasi oleh film bergenre horor. Meski begitu, masih ada juga muncul beberapa film komedi dan drama.
Nah, di tengah film rilisan Oktober yang beredar, Screenplay Films dengan film terbarunya berjudul Dancing in the Rain enggak mau kalah untuk ikut meramaikan bioskop. Filmnya mengangkat kisah kehidupan anak berkebutuhan khusus atau yang biasa disebut autis.
Dancing in the Rain akan menambah daftar film Indonesia yang bertemakan autisme. Sebelumnya, sempat ada film bertema sama seperti My Idiot Brother (2014) dan Malaikat Kecil (2015). Dancing in the Rain sendiri mengisahkan Banyu (Dimas Anggara) yang ditelantarkan orang tuanya karena mengidap spektrum autis. Banyu akhirnya dirawat dan dibesarkan oleh Eyang Uti (Christine Hakim) dengan penuh kasih sayang.
Enggak hanya mengangkat tema keluarga, film ini juga menyisipkan makna persahabatan di dalam alur ceritanya. Dalam film ini lo akan melihat bagaimana persahabatan antara Banyu dengan kedua sahabatnya, Radin (Deva Mahendra) dan Kinara (Bunga Zainal), yang terjalin sejak mereka masih sekolah di bangku SD hingga kuliah.
Film ini diawali dengan masa kanak-kanak Banyu, Radin, dan Kinara. Mulai dari perkenalan mereka hingga akhirnya mulai bersahabat. Akting Banyu kecil (Gilang Olivier), Radin kecil (Joshua Rundengan), dan Kinara kecil (Greesella Adhalia) di film ini pun bisa dibilang sangat natural. Chemistry yang terjalin antara ketiga bocah ini pun terjalin dengan sangat baik.
Film ini disutradarai oleh Rudy Aryanto dengan naskah yang ditulis oleh Tisa TS. Keduanya udah sering berkolaborasi dalam menggarap film drama, baik drama percintaan maupun keluarga. Formulanya pun enggak jauh beda sebenarnya dari film-film mereka sebelumnya. Hanya aja film ini lebih realistis dan natural, enggak dibuat-buat.
Sebenarnya enggak ada yang spesial juga dari segi plotnya, malah bisa dibilang kualitas ceritanya hampir sama dengan cerita FTV. Hanya saja yang membedakan yakni dari segi production value yang lebih jempolan. Meski begitu, film ini memang bisa disebut sebagai film yang bermakna dan inspiratif.
Jika lo menyaksikan filmnya dari awal hingga akhir, lo akan melihat bagaimana pengorbanan yang tulus dan apa adanya, terutama untuk keluarga dan sahabat. Dancing in the Rain mampu membuat penontonnya merasakan pilu yang menyayat hati. Penulis yakin buat lo yang hatinya sangat sensitif, kemungkinan ada beberapa adegan yang bakal bikin lo menitikkan air mata.
Selain production value yang lebih niat, film ini pun menarik karena didukung para pemeran yang kualitas aktingnya udah enggak perlu diragukan lagi. Pertama, Dimas Anggara yang berperan sebagai Banyu. Meskipun karakter ini merupakan suatu tantangan bagi Dimas, tapi Dimas mampu menyajikannya dengan sangat baik. Aktingnya sebagai Banyu yang menderita autis begitu totalitas dan patut diacungi jempol.
FYI, Dimas menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk bisa memerankan karakter anak autis, loh! Dan itu pun perlu didampingi oleh psikolog agar tetap bisa membedakan karakter Banyu dan dirinya. Meskipun enggak sedikit yang bosen lihat Dimas di layar lebar buatan Screenplay, tetapi aktingnya dalam film ini sangat jauh berbeda dibanding film sebelumnya. Dancing in the Rain jadi sesuatu yang baru untuk para penggemarnya.
Kedua, aktris kawakan Christine Hakim. Kalau yang satu ini udah enggak perlu dijelasin lagi 'kan gimana kualitas aktingnya. Christine selalu bisa menenggalamkan dirinya dengan karakter yang diperankannya. Jadi dia selalu berhasil membuat penonton ikut merasakan emosi yang sedang dirasakannya dalam adegan film. Lalu, ada Deva Mahendra dan Bunga Zainal, keduanya sama-sama menghidupkan perannya dengan baik.
Selain keempat pemeran utama tersebut, film ini juga menghadirkan pemeran pendukung seperti Niniek L Karim (Eyang Widya, tetangga Eyang Uti), Djenar Maesa Ayu (Katrin, Ibu dari Radin), dan ketiga pemeran karakter utama versi anak-anak yaitu Gilang Olivier, Joshua Rundengan, serta Greesella Adhalia. Meski hanya memainkan karakter pendukung, namun para pemeran tetap totalitas dalam menunjukkan kualitas akting mereka.
Untuk segi visual filmnya sendiri, masih dengan ciri khas film-film Screenplay biasanya, enggak ada yang istimewa. Enggak ada latar yang memukau juga. Sementara untuk efek suara, film ini menyisipkan beberapa lagu melow untuk mendukung adegan-adegan sedih. Salah satunya, original soundtrack yang diisi oleh Melly Goeslaw berjudul "Bintang di Hati". Lagu tersebut terinspirasi dari kisah persahabatan para karakter yang ada dalam film Dancing in the Rain.
Film ini cocok disaksikan oleh semua kalangan penonton, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Penonton akan ngerasain bagaimana ketabahan Eyang Uti dalam merawat Banyu, bagaimana Radin dan Kinara bersahabat tanpa membedakan keadaan Banyu, dan bagaimana Banyu hidup tegar serta membalas kasih sayang kepada Eyang Uti serta kedua sahabatnya dengan cara Banyu sendiri. Semua itu bakalan bikin lo terenyuh sendiri saat menonton film ini.
Buat yang udah enggak sabar ingin nonton film Dancing in the Rain, film ini bakal tayang di bioskop mulai 18 Oktober mendatang. Catat tanggalnya dan jangan lupa untuk siapin tisu sebanyak-banyaknya!