*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Korea, Collectors, yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Korea seakan tak terpengaruh produktivitasnya bikin film atau drakor di masa pandemi. Buktinya, sudah ada deretan film Korea yang mengantre untuk tayang di bioskop. Sebut saja Seobok yang dibintangi Gong Yoo dan Park Bo-gum, lalu ada Josée yang dibintangi Nam Joo-hyuk, dan yang akan KINCIR bahas, yakni Collectors yang dibintangi Lee Je-hoon.
Sinopsis film Collectors berfokus pada Kang Dong-goo (Lee Je-hoon), pencuri makam elit dengan mengumpulkan benda-benda antik. Dia bekerja dengan ahli mural makam kuno, Dr. Johns (Jo Woo-jin) dan penyekop legendaris, Sabdari (Lim Won-hee). Sementara itu, kurator Yoon (Shin Hye-sun) adalah ahli seni kuno. Dia menawarkan kesepakatan yang menarik, tapi berbahaya untuk Kang Dong-Goo.
Menyimak sinopsisnya, film Korea ini enggak ada unsur romansa layaknya drama Korea. Sebaliknya, film Collectors akan hadirkan keseruan petualangan mereka dalam mencari barang-barang antik. KINCIR nonton film ini di bioskop CGV dan kembali merasakan pengalaman sinematik setelah absen hampir delapan bulan.
Bagaimana keseruan film Korea terbaru ini? Langsung saja simak review film Collectors khas KINCIR di bawah ini.
Belajar Profesi yang Tak Biasa
Seperti premisnya, film Collectors bercerita tentang para perampok makam dan pengoleksi barang-barang antik. Jadinya, kita bakal diperlihatkan barang-barang curian yang bernilai tinggi secara budaya dan materi. Bahkan, saking tingginya, rasanya enggak cukup dibayar dengan uang.
Dalam mencari barang-barang tersebut lah, penonton ditampilkan serentetan fakta sejarahnya. Mulai dari benda budaya Korea yang dicuri Jepang, sampai pedang Excalibur versi Dinasti Joseon.
Selain itu, profesi pencuri makam ternyata enggak main-main. Mereka harus hilangkan rasa empati pada pemilik makam yang dicuri dan bertaruh nyawa di atasnya, karena keuntungan yang diperoleh tak main-main. Seperti yang dilakukan Kang Dong-goo dan keluarganya, Dr. Johns, dan Sabdari.
Saking keuntungannya tak main-main, sampai ada mafia benda antik yang mengoleksinya. Bahkan, menempuh cara-cara kotor demi memperoleh benda-benda peninggalan sejarah.
Apa Adanya, Tegang, dan Kocak
Kisah kriminal ini ditampilkan apa adanya dari segi alur dan karakternya. Bahkan, premis ini sebenarnya sudah familier dengan film-film mafia pada umumnya. Menariknya, justru ditampilkan lebih kompleks, terutama twist-nya, alih-alih adegan tersebut menampilkan kecerdikan dari para karakter.
Ketegangan yang dibangun bisa memainkan emosi penonton, terutama pada bagian menuju klimaks. Dialog apa adanya yang sering kocak pun mencairkan suasana, seperti adegan keluarga angkat Kang Dong-goo berkumpul dengan Dr. Johns atau Sabdari.
Sinematografi yang Bikin Salah Fokus
Dari awal, sinematografinya digarap enggak main-main. Mulai dari one shot saat Kang Dong-goo menawarkan benda pusaka ke para kolektor di pasar, memburu keramik lukisan yang terpendam di bawah tanah, sampai ruang besi si mafia kolektor.
Benda-benda antik yang dikumpulkan bikin salah fokus. Apalagi, saat adegan Kang Dong-goo dan gengnya membeli sederet toko demi menggali tanah sampai ke makam raja yang ada di pusat Gangnam. Kemudian, perpindahan scene saat twist ditampilkan cepat pun bikin penonton terpukau.
Oh ya, ada adegan bahkan ruangan yang familier, yakni ketika Sabdari dan Dr. Johns membeli petak kontrakan untuk tinggal para penggali tanah. Ruangan tersebut mengingatkan kita pada rumah keluarga Kim Ki-taek di Parasite (2019). Rumah bawah tanah dengan jendela ikonis tempat Ki-jung, Ki-woo, Ki-taek, dan Choong-sook melihat tetangganya yang kencing sembarangan.
Villain yang Kurang Greget
Sayangnya, film Korea ini tak seseram genrenya, yaitu kriminal. Pasalnya, sosok penjahat yang ditampilkan enggak seseram mafia dalam film kriminal sesungguhnya. Namun, barangkali hal itu jadi pertimbangan sang kreator soal klasifikasi penonton untuk 13 tahun ke atas.
Mafia di film Collectors tak ditampilkan intimidatif, padahal potensinya besar, terlebih dia punya kekuasaan. Kemudian, muncul formula film kriminal lain dengan menampilkan orang-orang yang berkhianat yang sebenarnya bisa kalian tebak di awal-awal film.
Film ini enggak menampilkan si antagonis yang jahat atau si protagonis yang baik. Nilai buruk dan baik enggak benar-benar seperti hitam dan putih, sebagaimana manusia pada umumnya. Begitu pula mengacu pada makna Collectors pada judul. Semua karakter merupakan kolektor yang bisa memilih sikap terpuji atau tercela.
***
Film Collectors jadi salah satu film Box Office di Korea saat ini. Pada pekan ini, Collectors berhasil meraup 275.398 tiket pada 1.079 layar yang setara dengan 2,2 juta dolar (sekitar Rp31 miliar). Penjualan itu menambah total tiket film Collectors yang terjual sebanyak 1.276.613 dan meraup 10,5 juta dolar (sekitar Rp148 miliar) sejak tayang pada 4 November 2020 di Korea Selatan. Dengan pencapaian tersebut, film Collectors menjadi salah satu film Korea yang berhasil menjual lebih dari 1 juta tiket saat pandemi.
Film Collectors tayang mulai 27 November 2020 di CGV seluruh Indonesia. Film ini mungkin saja akan tayang di OTT, tapi akan lebih bagus jika ditonton di bioskop. Buat yang sudah nonton, bagikan pendapat kalian di kolom review di atas, ya.