*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 8,5 | Penokohan: 8 | Efek Suara/Scoring: 8,5 | Visual: 9 | Nilai Akhir: 8,5/10
“Speed. Faster than fast, quicker than quick. I’m Lightning.”
Penggemar film Disney pasti tahu, dong, film Cars? Yap, karakter mobil lucu yang udah ngehibur penggemar selama 10 tahun ini kembali hadir di layar lebar. Cerita Cars yang mengisahkan kejuaraan balap legendaris, Piston Cup, yang telah menyentuh hati para penonton.
Sebelumnya, McQueen dan kawan-kawan bercerita sebagai mata-mata dan kejahatan di dunia otomotif. Memang, sih, ini agak konyol karena justru porsinya lebih banyak mengenai petualangan, bukan arena balap. Biar bagaimanapun, film ini menghasilkan pendapatan sebesar 562 juta dolar atau sebesar Rp7 triliun.
Tampaknya, Brian Fee nampilin kisah yang berbeda dari sebelumnya. Kisah kali ini lebih menyentuh dari sekadar kejuaraan Piston Cup dalam film-film sebelumnya. Film ketiga McQueen kali ini bercerita tentang perjalanannya yang terancam oleh kehadiran pembalap generasi baru.
Kalau lo lihat cuplikan filmnya dan baca sinopsisnya, mungkin lo bakal berpikir inilah waktunya McQueen pensiun. Namun, nyatanya, enggak juga. McQueen masih siap menggeber mesinnya lebih keras. Sayangnya, dia mengalami kecelakaan parah dan membuatnya merefleksikan diri. Hal ini merupakan langkah mobil bernomor 95 ini buat tetap berjaya di arena balap yang akhirnya mempertemukan dia dengan pelatih Cruz Ramirez.
Sebagai pelatih di Pusat Pelatihan Rust-eze, Ramirez yang paham teknologi mobil balap berusaha buat membantu McQueen kembali jadi juara dengan menyediakan beragam teknologi yang bikin dia bisa bersaing. Sayangnya, ketika hampir ngerebut kursi juara, McQueen dikalahin di saat-saat terakhir oleh mobil mewah, canggih, dan merupakan generasi terbaru bernama Jackson Storm (Armie Hammer).
Selain itu, McQueen mendapat satu kesempatan terakhir dari sponsor barunya, yaitu konglomerat bernama Sterling (Nathan Fillion). Sterling adalah penggemar berat McQueen. Dia juga seorang pebisnis. McQueen dihadapkan pada satu kenyataan bahwa dirinya bakal pensiun dan hanya jadi model beberapa produk. Mereka membuat kesepakatan: jika kalah, McQueen harus pensiun dan siap jadi duta endorsement dari produk mobil milik Sterling.
McQueen menegaskan bahwa dirinya ingin pensiun dengan keputusannya sendiri, bukan diberhentikan karena dianggap udah tua. Dia pun membanding-bandingkan hal ini dengan nasib Doc yang dipensiunkan setelah mengalami kecelakaan hebat.
Hal ini jadi refleksi McQueen. Dia ngerasain apa yang pembalap-pembalap lain yang satu generasi dengannya. Satu per satu ‘veteran’ pembalap yang merupakan teman-teman seangkatan McQueen mulai pensiun dan dipecat dari Piston Cup. Mereka dianggap terlalu tua buat balapan.
Kini, giliran McQueen yang selalu diejek karena dia merupakan produk lama yang sudah ketinggalan zaman. Pembalap di generasi Storm bisa berlari di kecepatan 333 km/jam tanpa kesulitan. Sedangkan, McQueen hanyalah mantan jawara bermesin tua.
Di tengah latihan yang panjang antara Cruz dan McQueen, sempat terjadi selisih paham yang bikin Cruz sebagai pelatih marah besar. Perdebatan antara sang pembalap dan pelatih ini enggak berlangsung lama. Mereka kembali mengatur strategi guna mencapai kejuaraan yang akan diselenggarakan di Florida.
Banyak kejutan yang bikin lo bakal ketawa dan geleng-geleng kepala lewat animasi yang ditampilin. Imajinasi sang illustrator dan penulis naskah benar-benar berhasil ngegambarin kehidupan mobil layaknya kehidupan manusia. Bahkan, lo bisa ngebayangin, bagaimana para karakter mobil di Cars 3 ini jadi manusia. Walaupun ceritanya bukan kehidupan anak-anak, animasi yang lucu dan imajinatif masih menarik buat anak-anak.
Menurut Viki, Cars merupakan film yang ringan tapi berisi, dan enggak membatasi siapa aja yang boleh nonton. Durasi yang singkat, plot yang sederhana, dan pengemasan yang tetap kece bikin film ini enggak ditinggalin penggemarnya dan bisa dinikmatin semua kalangan. Film yang asyik ini tetap bikin para penonton fokus dan menikmati.
Walaupun dalam karakter mobil, lo bisa mendengarkan suara khas McQueen yang diisi suara oleh Owen Wilson. Lalu, Cristela Alonzo sebagai Cruz Ramirez yang populer dalam film The Angry Bird Movie. Ada juga Armie Hammer sebagai pengisi suara Jackson Storm. Dan, pastinya, suara Matter yang ikonis dan ceria diisi oleh komedian Amerika Larry the Cable Guy.
Lo tenang aja. Semua karakter mobil dalam Cars 3 ini tetap ada, kok, walaupun porsi ceritanya enggak merata. Bisa jadi, sang sutradara, Brian Fee, ingin mengulas beberapa karakter lain yang sebelumnya belum pernah diceritakan.
Menariknya, penulis naskah Kiel Murray membuat alur cerita dan pesan moral di Cars 3 ini relevan buat orang dewasa. Walaupun klimaksnya enggak emosional banget, tetap memuaskan, kok.
Film ini menggambarkan bagaimana kita mencari arti hidup seiring bertambahnya usia, mencari jalan buat jadi seorang yang berguna di setiap fase hidup kita, dan yang terpenting, memikirkan bagaimana cara berkontribusi buat generasi muda.
Dari film-film sebelumnya, Cars 3 seakan enggak kehilangan selera humor. Ditambah, ceritanya penuh dengan makna kehidupan sang juara. Bisa dibilang, film ini ngajarin kita semua bahwa harta dan tahta itu enggak selamanya bakal terus melingkupi kita. Enggak peduli berapa pun usia kita, kita tetap bisa ngeraih mimpi dan berkontribusi di bidang yang kita cintai.
Udah enggak sabar nonton keseruan kisah McQueen yang berbeda dari dua film sebelumnya? Cars 3 diputar di bioskop seluruh Indonesia mulai 16 Agustus 2017. Sebelum angkat kaki ke bioskop, tonton dulu cuplikan filmnya!