Review Film Ballerina (2023)

*Spoiler Alert: Review film Ballerina mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.

Perkembangan film Korea enggak bisa dipandang sebelah mata. Banyak film Korea yang lebih baik dari film Hollywood, baik dari sisi cerita atau pun visual. Dalam genre aksi misalnya. Film Ballerina (2023) ini bisa dibilang contoh yang memenuhi ekspektasi. 

Film Ballerina adalah sebuah film thriller dan aksi asal Korea yang telah tayang di Netflix sejak 6 Oktober 2023. Film ini disutradarai oleh Lee Chung Hyun dan dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris ternama, termasuk Jeon Jong Seo, Kim Ji Hoon, dan Park Yoo Rim.

Ceritanya berpusat pada persahabatan antara seorang penari balet dan seorang ahli senjata dan bela diri, dengan adegan berdarah-darah yang menghiasi cerita ini. Meski alurnya sederhana, Ballerina berhasil mendapatkan beragam komentar dan penilaian dari para penonton. Mulai dari yang membahas akting para pemain, jalan cerita, dan teknik-teknik yang digunakan dalam film ini.

Bagaimana filmnya? Simak review film Ballerina versi KINCIR di bawah ini.

Review film Ballerina (2023)

Film balas dendam yang realistis

Ballerina merupakan film aksi tentang seorang perempuan bernama Ok Ju (Jeon Jong Seo) yang punya skill adu hantam, tapi dia enggan menunjukkannya. Dia terpaksa menggunakannya untuk membalas dendam atas kematian sahabatnya, sang penari balet bernama Min Hee, yang diperankan oleh Park Yoo Rim.

Meski premisnya tentang balas dendam, film ini menggunakan isu perdagangan seks dan pornografi paksa. Kedua isu tersebut sebagai latar belakang serius untuk menjadikan dasar bagi aksi sang protagonis dalam cerita ini.

KINCIR sarankan kamu untuk jangan berharap akan ada aksi sekelas My Name, Kill Bok Soon, atau John Wick dalam film Ballerina. Tidak ada pertarungan berlebihan dan rumit di sini. Sang protagonis, Ok Ju, membawa senjata terbatas, peluru mudah habis, dan dia rentan terluka, sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain. Pendekatan ini memberikan nuansa realistis yang segar dalam genre film balas dendam.

Sutradara Lee Chung-hyun tahu bagaimana membawa kita langsung ke inti cerita tanpa memanjangkan durasi. Dengan film berjalan selama 90 menit, pacing ceritanya begitu cepat, melebihi ekspektasi, sehingga kamu mungkin akan terkejut betapa cepatnya film ini berakhir. Selain itu, alurnya simpel, namun naskah cerita memainkan peran penting dalam menjaga daya tarik hingga klimaksnya.

Akting pemain Ballerina yang solid

Para pemain tampil mengesankan, meskipun terkadang sedikit terlalu ekspresif. Tepuk tangan untuk akting Jeon Jong Seo yang sebelumnya brilian dalam The Call dan Money Heist Korea. Meskipun karakternya memiliki sedikit dialog, penampilan Jeon Jong Seo yang mengandalkan bahasa tubuh dan ekspresi wajahnya berhasil menyampaikan emosi, pemikiran, dan elemen cerita tanpa harus banyak bicara.

Jeon Jong-seo tampil luar biasa sebagai sosok perempuan tangguh yang memikat dengan sikapnya yang penuh percaya diri dalam situasi-situasi berbahaya. Sementara Kim Ji-hoon memerankan peran antagonis dengan penuh dedikasi.

Film yang dapat skor 6.2/10 di IMDb ini juga menjadi momen reuni bagi Jeon Jong Seo dan Kim Ji Hoon. Mereka sebelumnya bermain dalam drama Money Heist: Korea – Joint Economic Area (2022).

Kritik sosial dan kisah nyata

Sutradara Lee Chung Hyun menjelaskan bahwa dia ingin menciptakan film balas dendam yang sederhana, tetapi memiliki sentuhan yang indah. Film ini juga terinspirasi dari kisah nyata, yang menjadikannya semakin menarik. Tak heran jika mengundang beragam reaksi dari penonton. 

Pada dasarnya, kisah sosok balerina (Min Hee) di film ini mengalami lebih dari sekadar bocornya video “sextape.” Min Hee sebenarnya diberi obat bius, kemudian diperkosa, dan mengalami trauma yang sangat dalam. Akibatnya, ia tak bisa lagi tampil di panggung balet dan karirnya hancur, bahkan mengalami patah kaki. 

Kematian akibat bunuh diri setelah mengalami pelecehan seksual seperti ini tidaklah jarang terjadi, terutama di Korea Selatan, di mana angka bunuh diri sudah sangat tinggi. Bahkan, para idol di Korea bisa bunuh diri akibat pelecehan atau bullying online, jadi bayangkan betapa beratnya jika itu menimpa orang biasa.

Penting diingat bahwa di Korea Selatan, pornografi adalah tindakan ilegal, dan semua hal yang berhubungan dengan seks masih sangat tabu. Jika seperti ini terungkap, hidup seseorang bisa hancur, baik dalam lingkup sosial maupun profesional, bahkan jika mereka adalah korban.

Seperti yang kita tahu, pemerkosaan pada dasarnya merupakan pameran kekuasaan, dan aksi BDSM (seperti dalam film ini) satu sisi yang terus direkam adalah perpanjangan dari pameran tersebut. Pelakunya merasa bisa dengan aman melakukannya karena dilindungi oleh geng dan oleh rasa malu global yang menempel pada pengalaman para korban.

Selain itu, adegan ketika kematian Min Hee dan tidak ada investigasi lebih lanjut, seakan hukum kurang berpihak pada korban. Maka dari itu, ketika Ok ju mengambil tindakan sendiri, itu cukup memuaskan. Tidak ada negosiasi, tidak mendengarkan alasan-alasan pelaku, hanya balas dendam.

***

Film ini mungkin seperti “dongeng,” bukan film balas dendam aksi yang realistis. Tetapi menurut KINCIR, eksekusi langsung pada intinya. Memang, sih, alurnya terasa agak terlalu cepat dan klimaksnya kurang memorable.

Selain itu, alur balas dendam dalam cerita dinilai terlalu mulus dan kurang memunculkan perasaan emosi penonton. Kisah penderitaan korban utama, Min Hee, nampaknya kurang mampu menggugah empati penonton terhadap kesengsaraannya. Pasalnya, kisah Min Hee malah lebih banyak tampil pada adegan flashback.

Secara keseluruhan, Ballerina 2023 adalah film aksi yang layak untuk ditonton. Ia menggabungkan elemen-elemen aksi dengan cerita yang sederhana dan menjadikannya pilihan yang solid bagi para pencinta aksi.