*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat lo, ya.
Film Aquaman berhasil bikin DC keluar dari zona nyamannya. Enggak heran kalau respons positif mewarnai film garapan James Wan ini. Bahkan, jadi salah satu film superhero yang diantisipasi tahun ini.
Menceritakan Arthur Curry, anak dari darah campuran makhluk darat dan laut yang berusaha menghentikan penyerangan penghuni laut ke daratan. Penyerangan tersebut atas niat jahat Raja Orm yang merupakan adik Arthur, hasil pernikahan nyokapnya dengan Raja Atlantis. Satu-satunya cara menghentikan penyerangan tersebut, Arthur harus mengambil tahta adiknya. Berhasilkan Arthur menggagalkan rencana jahat Orm dan menjadi penghubung antara dunia Atlantis dengan manusia?
Berani dan Lebih Humanis
Sejak sinopsis dan cuplikan perdananya rilis, lo udah bisa nebak kalau film Aquaman bakal lebih humanis. Soalnya, isi cuplikan sebagian besar gambarin tentang kisah hidup Aquaman dari bayi hingga dewasa. Ditambah, premis cerita tentang perebutan tahta antara kakak-adik kerajaan Atlantis. Kalau di Marvel, mirip dengan sisi humanis di Black Panther (2018).
Sisi humanisnya terletak pada kisah keluarga masing-masing karakter, baik protagonis maupun antagonis. Sosok pahlawan ini dibikin lebih manusiawi meski enggak semanusiawi studio tetangga. Sementara, Wan bikin film ini dengan threatment fiksi ilmiah yang serius dan murni untuk menunjukkan bahwa ini adalah kisah asli Aquaman.
Film ini enggak berusaha melucu pada tiap dialognya karena memang bukan film komedi. Lelucon dalam beberapa adegan dan dialog malah terasa cringy. Masuknya yang kurang smooth bikin lo bingung “ini becanda atau serius”.
Hebatnya, James Wan tahu bagaimana bersenang-senang dengan materi yang kurang masuk akal tanpa mengolok-oloknya. Sehingga lo hanya bisa tepuk tangan melihat keberanian Wan dalam film ini. Bukan karya yang buruk, kok! Hanya aja, Aquaman benar-benar enggak perlu durasi dua setengah jam untuk melihat ledakan dan dialog serius di bawah laut.
Karakter Dibangun “Terlalu Tinggi”
Kalau bukan Jason Momoa, rasanya enggak ada lagi yang pantas memerankan Aquaman. Namun, sosoknya terlalu dicitrakan superior. Begitu juga dengan kehadiran villain yang terasa saingan. Ada Orm yang diperankan oleh Patrick Wilson dan Black Manta yang diperankan oleh Yahya Abdul-Mateen II. Keduanya punya porsi yang dianggap enggak seimbang.
Hadirnya Amber Heard sebagai Mera dan Nicole Kidman sebagai Atlanna bikin film ini makin terasa segar. Mereka berhasil menggambarkan ketegangan, kesedihan, dan kebahagiaan dengan apik melalui ekspresinya. Juga, hadirnya Willem Dafoe sebagai Vulko bisa dibilang membalikan citra jahatnya setelah berperan antagonis di film Spider-Man (2002).
Visual yang Menghipnotis
Sejak cuplikannya dirilis, film ini udah menawarkan visual yang memukau. Film Aquaman sangat kreatif secara visual, penuh dengan perkelahian panjang dan pemandangan laut yang mewah. Dunia bawah laut Atlantis jadi alam fantasi yang direalisasikan secara lengkap dengan tempat dan budaya yang berbeda. Kalau soal CGI memang enggak sempurna, tapi enggak terlalu buruk karena latar bawah laut yang remang-remang.
Dubbing Aquaman juga salah satu pencapaian visual yang sukses, termasuk efek suara lainnya. Bukan hiperbolis, tapi Wan bisa bikin semua orang tahu bagaimana suara pertarungan di dasar laut. Apalagi kalau lo nonton di studio yang punya teknologi suara canggih, seperti IMAX, bakal lebih berasa.
Berani Keluar dari Zona Nyaman
Sebelum lo nonton film ini, lo jangan bandingkan cara bercerita film Marvel dengan DC. Dua studio yang berbeda, pasti punya pakem yang berbeda. Enggak perlu juga lo bandingkan film Aquaman dengan film DC lainnya, karena udah pasti beda. Kali ini, DC berani berubah, tapi enggak kehilangan identitasnya.
Berani keluar dari zona nyaman dan dapat respons positif merupakan suatu keberhasilan. Enggak menutup kemungkinan, DC kedepannya bakal bernuansa menyenangkan, dan keluar dari pakem film-film sebelumnya. Aquaman dianggap sebagai superhero konyol, tapi filmnya sukses melampaui hampir semua superhero DC, kecuali Wonder Woman.
Secara keseluruhan, film ini bukanlah film buruk, tapi juga bukan film yang paling sempurna karya DC. Film ini wajib ditonton karena ngasih warna baru bagi studio tersebut. Disaranin, sih, lo nonton di bioskop versi 3D. Dijamin, lo berasa lagi diving dan melayang-layang di bawah laut. Buat yang mau lihat ulasan lebih lengkap tentang Aquaman, lo bisa simak Breakdown dari Gian di bawah.
Enggak perlu buru-buru keluar dari bioskop, ada adegan mid-credit yang nentuin kisah di sekuelnya. Sambil nunggu credit selesai, jangan lupa bersihkan sampah lo, ya! Filmnya udah rilis mulai 12 Desember 2018. Kalau udah nonton, balik lagi ke sini untuk ngasih ulasan versi lo di kolom review, ya!