Kincir kembali memberikan ulasan dari web series berjudul Halusinada. Memasuki episode ketiga, tayangan yang penuh dengan kejutan ini mengusung judul Cangkul yang Dalam. Yup, Halusinada masih terinspirasi dari judul lagu anak yang berkembang menjadi sebuah ide cerita. Enggak usah berlama-lama, langsung aja lo cek ulasannya di bawah!
Eps. 3: Cangkul yang Dalam
Pada adegan awal, saat tengah malam terlihat dua orang anggota keamanan mengejar maling yang sedang melarikan diri. Tiba-tiba si maling terjatuh dan langsung dihantam oleh Amron (Gary Iskak) dan Fajar (Arie Dwi Andhika). Kalap dan dilanda rasa kesal, pukulan brutal mereka mengakibatkan si maling nahas kehilangan nyawa. Dalam kondisi bingung, Fajar berniat untuk melaporkan kejadian ini ke polisi, namun niat ini langsung dilarang oleh Amron, karena dia tidak ingin mendekam di penjara. Akhirnya mayat yang sudah terbujur kaku itu dikubur di sebuah lapangan kosong.
Dihantui perasaan bersalah, Fajar akhirnya berubah pikiran dan memutuskan untuk menyerahkan dari, tapi sebelum itu, pemuda ini ingin memberitahukan niatnya kepada sang atasan. Ketika sedang berdebat, tiba-tiba muncul Yani, yang memeras mereka berdua. Dia mengaku melihat mereka berdua sedang mengubur manusia tadi malam. Yani mengancam akan melaporkan ke polisi kalau mereka enggak membayar uang tutup mulut.
Berkali-kali meminta uang, Amron dan Fajar sampai tidak tahu lagi harus mencari kemana lagi. Dalam kondisi putus asa, Yani masih saja mengganggu. Karena tidak bisa mendapatkan uang, Yani mengatakan kalau Fajar mengizinkan istrinya “dicicip”, dia akan menganggap masalah ini selesai. Mendengar ini, Fajar yang tadinya adalah sosok penyabar dan kalem, langsung naik pitam dan menghantam Yani dengan batu bata. Sebelum tewas, Yani sempat mengancam kalau rahasia mereka akan dibocorkan oleh temannya yang juga mengetahui hal ini.
Sampai saat ini, mungkin lo udah bisa menebak jalan cerita yang akan terjadi. Kalau melihat dari judul episode kali ini, solusi yang diambil oleh dua sosok ini enggak bisa menyelesaikan masalah, karena selalu saja ada kemungkinan kalau kejahatan mereka akan terkuak.
Singkat cerita, di babak akhir. Amron dan Fajar sudah menghabisi dua teman Yani yang diduga mengetahui rahasia mereka. Dalam kondisi sepi, mereka bertekad untuk melakukan apapun agar kebrutalan mereka enggak terkuak. Fajar menoleh perlahan ke arah Amron, seketika terlihat kondisi Amron yang sudah terbaring kaku dengan cangkul menancap di leher.
Di episode kali ini, Halusinada menceritakan aksi dua orang kawan yang sedang dalam kondisi panik. Bukannya mengambil keputusan yang tepat, mereka lebih memilih untuk menutupi kejahatan mereka dengan kejahatan. Dan kejadian ini terus berulang sampai akhirnya salah satu dari mereka harus kehilangan nyawa. Enggak ada twist berarti di episode ketiga ini, mungkin lo juga udah bisa menebak ending yang akan terjadi.
Eps. 4: Satu-Satu
Di adegan opening, terlihat Emma (Poppy Sofia) memasuki kamar apartemen. Di dalam, dia memerhatikan sebuah foto yang terpampang di sebuah sudut dinding. Saat malam tiba, dalam kesendirian, tiba-tiba dia merasakan hadirnya sosok enggak dikenal di belakang. Keesokan hari, terlihat Emma sedang berkonsultasi dengan seorang dokter (Tyo Pakusadewo). Sang dokter menganjurkan agar Sofia rutin meminum obat agar halusinasinya bisa terkontrol.
Di rumah, Emma melihat sosok anak kecil yang sedang berenang. Tiba-tiba anak kecil tadi melakukan geliat aneh seakan sedang tenggelam. Panik melihat hal ini, Emma melapor ke pihak keamanan. Ketika dicek, ternyata dia kembali sedang berhalusinasi.
Dalam kondisi putus asa, Emma bercerita kepada sahabatnya yaitu Fiona. Dia mengaku sudah tidak bisa lagi memisahkan antara kenyataan dan imajinasi. Fiona kemudian menenangkan Emma dan berjanji untuk terus menemani. Adegan berganti ke malam hari, terbangun dari tidur, Emma dikejutkan dengan dirinya yang sudah berlumuran darah. Dia kemudian menyusuri jejak darah yang mengarah ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Emma menemukan sosok Fiona yang sudah bermandikan darah dan tak bernyawa. Dalam kondisi panik, Emma memotong seluruh badan sahabatnya dan dimasukkan ke dalam sebuah tas. Dia kemudian membawa tas berisi potongan tubuh tersebut dan dibuang di kawasan hutan terpencil.
Dilanda kebingungan, Emma akhirnya menceritakan kejadian tersebut kepada sang dokter. Betapa terkejutnya Emma ketika sang dokter mengatakan bahwa Fiona sudah meninggal tujuh tahun lalu dalam sebuah kecelakaan mobil.
Ketika dilanda kebimbangan, Emma kembali diganggu sosok anak kecil. Adegan berganti ke sebuah ruangan kecil. Tampak sang anak kecil misterius dan disampingnya ada dua orang paruh baya dalam kondisi terikat. Mengerang-erang berusaha membebaskan diri, sang anak kecil tadi mengambil sebilah pisau dan menyayat leher dua orang nahas ini.
Tiba-tiba Emma terbangun dari tidur. Dia kemudian membuka sebuah buku gambar dan membuka tiap lembarnya. Di lembar terakhir, terdapat gambar anak kecil dengan tulisan Emma.
Untuk episode kali ini, cukup memberikan twist yang mengejutkan. Awalnya, lo akan diajak untuk bersimpati terhadap sosok Emma. Tapi begitu bagian ending, ternyata Emma adalah seorang psikopat dengan gangguan jiwa. Dia juga tega membunuh ayah dan ibu kandungnya sendiri saat masih belia.
Episode Satu-Satu diisi oleh nama yang enggak asing dan performa akting yang prima. Lo akan dibuat terhibur dan dibawa masuk ke atmosfer yang penuh dengan misteri.
***
Itu tadi ulasan dari episode tiga dan empat dari Halusinada, terus nantikan ulasan episode berikutnya cuma di Kincir.com, ya!