Rilis di Netflix sejak 17 Agustus kemarin, To All the Boys I’ve Loved Before langsung jadi perhatian. Khususnya, ada Noah Centineo yang bermain di situ. Selain itu, ternyata film ini juga secara mengejutkan bisa jadi “tamparan” buat para single (kalau lo enggak mau nyebut jomblo) di luar sana. Tentunya, film ini juga bisa jadi bahan renungan buat lo yang udah punya pasangan.
Film garapan Susan Johnson ini mengisahkan Lara Jean Song Covey (Lana Condor), seorang remaja canggung berusia 16 tahun yang senang berfantasi tentang kehidupan percintaannya. Meski begitu, dia enggak pernah benar-benar serius menyatakan perasaannya kepada orang-orang yang disukainya. Malahan, dia cuma berani nulis soal perasaannya itu dalam sebuah surat yang—meski dialamatkan kepada cowok-cowok yang disukainya—enggak pernah dikirim. Saat semua surat itu beneran dikirim, kehidupan percintaan Lara Jean mulai berwarna.
Ya, lo bayangin aja. Orang yang lo sukai saat masih SD tiba-tiba tahu soal perasaan lo ke dia dulu. Biarpun sekarang mungkin lo enggak ada perasaan apa-apa sama dia, pasti lo ngerasa malu tujuh turunan. Apalagi, lo nulis suratnya buat lima orang! Udah begitu, di antara lima cowok yang dikirimi surat, ada mantan pacar kakaknya, Josh Sanderson (Israel Broussard) dan cowok yang dia sukai saat masih kelas 7, Peter Kavinsky (Noah Centineo). Peter malah memanfaatkan kesempatan itu buat ngejadiin Lara Jean sebagai pacar bohongan demi bikin mantannya cemburu.
Dengan segala intrik percintaan SMA yang mungkin klise, To All the Boys I’ve Loved Before justru bisa ngasih sudut pandang yang beda selama 99 menit berjalan. Diadaptasi dari novel karya Jenny Han berjudul sama yang rilis pada 2014 silam, lo—khususnya yang masih single—bisa ngejadiin film ini sebagai bahan renungan. Buat lo yang udah punya pasangan, film ini mungkin bisa ngebuka pandangan lo soal sebuah hubungan sehat yang enggak cuma berdasarkan ketertarikan fisik.
Nah, berikut pelajaran-pelajaran penting yang bisa lo ambil dari film To All the Boys I’ve Loved Before!
1. Jangan Menilai Rendah Diri Sendiri
Hal pertama yang bisa lo pelajari dari karakter Lara Jean adalah dia cewek canggung yang enggak percaya bahwa dirinya cukup spesial buat ngejalanin hubungan beneran, yang bukan dalam fantasinya. Dia enggak ngerasa pede dengan sepatu boots-nya yang sebetulnya keren. Dia juga ngaku takut ngejalanin komitmen karena dia juga takut kehilangan. Kehilangan ibu jadi salah satu faktor kuat yang bikin dia juga enggak percaya diri ngejalanin sebuah hubungan.
Setelah dia pacaran bohongan sama Peter Kavinsky pun, dia masih enggak pede dan selalu ngeyakinin dirinya bahwa dia cuma “the second best”. Padahal, Peter sendiri enggak pernah mikir begitu. Jadi, seburuk apa pun lo menilai diri lo, pasti bakal ada orang yang ngelihat sisi terbaik lo dan ngejadiin itu sebagai dasar buat mencintai lo apa adanya. Jadi, cobalah jangan ngeremehin diri sendiri!
2. Jujurlah pada Diri Sendiri
Karena takut buat ngakuin perasaannya, Lara Jean jadi tersiksa dan dilingkupi hal-hal negatif. Dia takut bahwa pacaran bohongan yang akhirnya jadi terasa nyata itu cuma dia aja yang rasain. Dia takut yang ada di pikiran Peter masih seputar membuat mantannya, Gen, cemburu supaya mereka bisa balikan lagi.
Setelah Lara Jean jujur soal perasaannya sendiri, dia jadi bisa memperbaiki hubungannya dengan Josh yang sempat kusut karena perkara surat cinta Lara Jean itu. Tentu bisa lo tebak, dia juga jadi bisa meluruskan kesalahpahaman yang ada dalam hubungannya dengan Peter.
Jadi, enggak ada salahnya, ‘kan, jujur sama perasaan sendiri? Hasilnya memang mungkin bisa nyakitin. Namun, seenggaknya lo udah coba, ‘kan?
3. Apa Pun yang Mengganggu Pikiran Lo, Omongin Aja!
Lara Jean juga bikin masalahnya jadi pelik karena dia cuma menyimpan segala hal yang mengganggu pikirannya buat dirinya sendiri. Dia enggak berani, tuh, nyamperin Peter di kolam air panas kalau Lucas—cowok yang dulu pernah dia taksir tapi sekarang jadi gay—enggak mendorong dia pergi.
Dia juga enggak berani ngomong ke Margot (Janel Parrish) yang lagi kuliah di Skotlandia bahwa dia lagi pacaran bohongan dan bahwa surat cintanya yang akhirnya dibaca cowok-cowok yang ditaksirnya itu udah bikin banyak banget masalah. Namun, sekali dia ngomongin semua itu, satu per satu masalahnya yang tadinya kayak benang kusut mulai ketemu jalan keluarnya.
Baca juga Film-film Coming-of-Age yang Bisa Bantu Lo Menghadapi Kegalauan Masa Muda.
4. Jangan Cuma Berkhayal
Ini penting banget, nih, buat lo yang masih single (dan merasa terbebani dengan status). Mungkin lo punya kriteria sendiri soal bagaimana pasangan impian lo seharusnya. Atau, lo juga mungkin punya ide-ide “liar” soal bagaimana caranya menjalani hubungan lo nanti. Namun, percayalah, enggak ada yang lebih baik dari learning by doing dan semua itu mesti dimulai sekarang juga.
Kitty, adiknya Lara Jean, tahu banget bahwa Lara Jean udah ngerasa nyaman banget di zonanya sekarang dan enggak berusaha sama sekali buat cari pasangan. Karena gerah sama Lara Jean yang hidupnya cuma di novel-novel romansa yang dibacanya, akhirnya Kitty inisiatif nyebarin surat cinta yang Lara Jean buat lima cowok yang pernah dia taksir.
Hal itu memang jadi trigger buat Lara Jean untuk keluar dari zona nyamannya yang hanya hidup dalam fantasi dan menghadapi hubungan percintaan yang sebenarnya. Hasilnya enggak buruk juga, kok. Lo pun mungkin cuma butuh pemicu yang tepat aja kayak Lara Jean.
5. Pentingnya Pendengar yang Baik
Sebuah hubungan yang baik dimulai dengan komunikasi yang baik. Hubungan apa pun itu—pertemanan, percintaan, dan sebagainya—pasti enggak bakal terjalin dengan baik kalau komunikasinya juga enggak jalan. Kadang, buat menjalin komunikasi yang baik itu, kita punya perasaan ingin didengar juga, ‘kan? Nah, cara paling mudah supaya hubungan lo berjalan dengan baik adalah dengan mencari pendengar yang baik atau jadilah pendengar yang baik.
Lara Jean dan Peter sadar mereka punya kesamaan dalam hal kehilangan orang tua. Ibu Lara Jean meninggal saat dia masih kecil, sedangkan ayah Peter ninggalin mereka buat nikah sama orang lain. Akibatnya, mereka jadi sering bertukar cerita dan berbagi perasaan.
Keduanya jadi saling memahami karena ngerasain bagaimana beratnya ditinggal orangtua. Mereka pun sadar bahwa hal-hal kayak begitu cuma bisa dibagi di antara mereka. Mereka juga paham, mereka adalah pendengar yang baik buat masalah masing-masing.
Baca juga 5 Film Remaja Era ‘80-an yang Jadi Pengagas Film Masa Kini.
***
Ada kalanya pelajaran terbaik bisa diambil dari tempat yang enggak terduga, kayak film coming-of-age ini, nih. Karakter-karakter dalam film ini mungkin kelihatannya punya masalah yang cenderung sepele. Namun, justru masalah sepele yang kelihatannya klise itulah yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau lo bisa belajar dari film semacam ini, lo tentu bisa lebih bijak memandang masalah lo dan orang-orang sekitar lo.
Nah, udah siap menjalani kehidupan percintaan yang lo mau?