*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Space Jam: A New Legacy yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Penulis masih ingat dulu saat pertama kali menonton Space Jam (1996). Kombinasi kekonyolan karakter-karakter Looney Tunes dan gemerlap liga bola basket NBA yang diwakili megabintang Michael Jordan bikin film ini jadi tontonan yang bikin anak kecil berusia 5 tahun terpikat.
Secara komersil, film arahan Joe Pytka ini terbilang sukses. Pesona karakter-karakter kocak dari Looney Tunes dan tentunya Michael Jordan sebagai ikon NBA saat itu jadi faktor penentu. Memang, secara sinematik Space Jam tidak bisa dikatakan sebagai film berkualitas. Namun, penggemar menyukainya hingga film ini jadi salah satu cult classic.
Lompat 25 tahun ke depan, Warner Bros. mencoba mengulangi kesuksesan tersebut dengan sebuah “sekuel”, yakni Space Jam: A New Legacy. Michael Jordan yang jadi bintang utama di film pertama kini “pensiun” dan digantikan penerusnya yang sama-sama megabintang NBA masa kini, LeBron James.
Pertanyaannya, apakah LeBron mampu menggendong Toon Squad dan Space Jam: A New Legacy seperti yang pernah dilakukan Jordan pada seperempat abad lalu? Dapatkan jawabannya di ulasan khas KINCIR di bawah ini buat acuan kalian sebelum nonton film Space Jam: A New Legacy!
Review Space Jam: A New Legacy
Film Basket yang Lebih Humanis
Sebagai sesama waralaba film bertema bola basket, kedua film Space Jam membawa unsur keluarga yang membuat film ini cocok ditonton semua umur. Namun, harus diakui, A New Legacy terbilang lebih humanis ketimbang pendahulunya.
Jika konflik utama Space Jam (1996) seakan terjadi tiba-tiba dan begitu saja, A New Legacy memulainya dengan intrik hubungan ayah dan anak. LeBron diceritakan sebagai ayah yang sangat kolot karena ingin anak-anaknya (tentu bukan anaknya beneran) menjadi pebasket andal sepertinya.
Anak keduanya, Dominic (Cedric Joe) diceritakan punya takdir bukan sebagai anak basket. Dia justru punya talenta sebagai developer game dan berhasil menciptakan sebuah game basket yang ingin dibawanya ke E3.
Di sinilah konflik utamanya bermula. LeBron dengan egonya yang tinggi tentu gusar karena anaknya lebih memilih game ketimbang basket. Konflik ini pun dimanfaatkan Al G Rhythm (Don Cheadle), algoritma super Warner Bros. yang “menculik” Dominic karena kesal setelah merasa direndahkan oleh LeBron.
Intrik keluarga yang disajikan di Space Jam: A New Legacy memang tidak terasa sepenuhnya mengingat pertandingan basket dan aksi gila ala Looney Tunes adalah pertunjukan utama di film ini. Namun, setidaknya ada “bumbu” yang bikin film ini terasa lebih menarik dari pendahulunya.
Don Cheadle Steal the Show!
LeBron James memang menjadi “poster boy” film Space Jam: A New Legacy. Namun, ada satu sosok yang sebenarnya menjadi pusat pertunjukan. No, bukan Bugs Bunny atau karakter Tunes lain. Bintang utama dari pertunjukan ini adalah Al G Rhythm yang diperankan oleh Don Cheadle.
Penampilannya di film ini benar-benar segar dan menghibur. Dia benar-benar berhasil memerankan sosok antagonis yang eksentrik sehingga membuat karakternya jadi sangat menarik.
Peran Cheadle di A New Legacy sebenarnya kurang lebih mirip dengan Bill Murray di Space Jam pertama. Keduanya sama-sama diplot sebagai sidekick dari megabintang NBA. Dan harus diakui, formula ini lagi-lagi efektif karena Cheadle berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.
Bicara akting LeBron, penulis harus akui dia lebih baik dari segi ini ketimbang Jordan. Dia nampaknya memang lebih siap dengan spotlight Hollywood. Masih terlihat kaku, memang. Namun, jelas LeBron nampak berakting lebih lepas ketimbang Jordan di film pertama.
Namun, satu hal yang harus jadi catatan, kita tidak bisa berekspektasi lebih terhadap seorang pemain basket NBA untuk bisa berakting dengan luwes di sebuah film. Rasanya sangat subjektif jika kita menilai buruknya sebuah film karena akting kikuk dari bintang utamanya yang merupakan seorang pebasket.
Iklan Berdurasi Dua Jam
Saat tahu durasi Space Jam: A New Legacy yang hampir menyentuh angka 2 jam, mungkin kalian berekspketasi film ini penuh dengan aksi basket dan banyolan konyol khas Looney Tunes.
Sayang sekali, harapan kalian tak akan benar-benar terwujud. Sebab, film ini diisi dengan adegan-adegan promosi waralaba Warner Bros. dan beberapa placement dari brand ternama dunia.
Vibes film ini mungkin enggak jauh beda dengan sesama film Warner Bros., Ready Player One (2018). Sebab, ada banyak adegan referensi film dan serial populer naungan Warner Bros. seperti superhero DC, Game of Thrones, Harry Potter, Mad Max, The Mask, Rick and Morty, hingga film-film jadul seperti Casablanca.
Rasanya memang fun untuk bisa melihat karakter dari franchise populer tersebut. Makanya, enggak heran kalau kalian nanti jadi tebak-tebakan dengan siapa atau film/serial apa yang akan ditampilkan.
Namun, harus diakui langkah ini terasa seperti promosi kasar. Bahkan, penulis pun merasa referensi-referensi tersebut ditampilkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang ada di film, khususnya pada plot dan alur cerita.
Lebih parahnya, film ini jadi terkesan tidak punya fokus. Padahal, Space Jam: A New Legacy sebenarnya sudah punya Looney Tunes yang seharusnya bisa diberi porsi lebih banyak daripada harus menampilkan referensi-referensi tersebut. Beda cerita dengan Ready Player One yang temanya memang cocok dengan hal seperti itu.
Space Jam: A New Legacy, Film buat Siapa?
Kembali ke masalah fokus, Space Jam: A New Legacy juga seperti tidak punya identitas. Pasalnya, film ini terasa seperti sebuah hasil dari banyak ide yang dikumpulkan, tapi tidak bisa disaring dengan baik.
Bisa dimengerti bahwa film ini tentu mengincar segmen keluarga dengan premis, kehadiran karakter Looney Tunes, serta penggemar NBA dengan ditunjuknya LeBron James sebagai tokoh utama. Namun, seiring berjalannya waktu dan lama menontonnya, kalian pasti akan berpikir keras dengan siapa sebenarnya segmen yangtediincar film ini.
Kalau mengincar segmen keluarga, lalu kenapa film ini menampilkan referensi film-film yang jelas bukan untuk anak-anak seperti Austin Powers atau Game of Thrones? Anak-anak yang menonton pasti bakal celetuk dan menanyakan siapa karakter-karakter tersebut kepada orangtua. Pasti jadi awkward moment banget.
Selain itu, A New Legacy juga punya banyak referensi dan jokes yang sejujurnya hanya bisa dimengerti oleh penggemar berat NBA atau LeBron James. Penulis yang ikutin perkemabangan NBA dari zaman Jordan sampai masa senja LeBron seperti sekarang tentu paham dengan referensi atau jokes tersebut.
Namun, bagaimana dengan orang awam yang nonton film ini karena memang untuk have fun? Referensi tersebut pasti terasa garing dan cringe banget.
Melihat krisis identitas di film ini, penulis merasa Warner Bros. beserta tim sutradara (termasuk lima (!!) penulis naskah) tidak begitu memedulikan isu tersebut. Lagipula, dengan banyaknya segmen yang masuk, jelas hal tersebut mendatangkan keuntungan yang lebih lagi untuk kepentingan promosi dan box office.
***
Secara keseluruhan, Space Jam: A New Legacy merupakan film yang fun, terlebih buat penggemar bola basket, NBA, dan LeBron James. Film ini juga cocok banget buat ditonton bareng keluarga dengan premisnya yang humanis. Kalian juga bakal terhibur dengan penampilan eksentrik dan karismatik seorang Don Cheadle.
Namun, sama seperti film pertama, A New Legacy jelas punya banyak isu dari sisi sinematik. Lagipula, film ini jelas menderita kekurangan nyata dari sebuah sekuel, yaitu orisinalitas, yang membuat pesona pada film pertama kali ini jadi sirna.