7 Film tentang Konflik Ras yang Sarat Pelajaran Berharga

– Belajar soal konflik ras dari nonton film pemenang penghargaan di bawah ini.
– Konflik ras bukan hanya soal kulit hitam vs. kulit putih.

Tagar #blacklivesmatter mengingatkan kita bahwa politik identitas enggak ada habisnya buat dibahas. Setiap konflik yang berkaitan dengan ras selalu memunculkan masalah yang besar. Apalagi, kalau ada keterlibatan penegak hukum atau negara di dalamnya.

Saking lekatnya masalah ini sama masyarakat, ada banyak film yang mencatat tema tentang konflik ras. Beragam banget masalahnya, mulai dari perang, politik, sampai dengan cinta. Nah, sebelum kalian ikutan berkomentar tentang #blacklivesmatter dan konflik terkait ras lainnya, nonton film di bawah ini, yuk, tentang hal-hal semacam itu dan apa yang bisa kalian pelajari dari sana:

1. La Haine (1995)

Via istimewa

Membicarakan konflik ras, sulit banget memang kalau enggak memasukkan sinema Prancis ke dalamnya. Prancis, meskipun kecil, adalah negara multikultural. Di masa lalu, Prancis secara masif membuka keran imigrasi yang membuat banyak imigran datang ke sana, terutama imigran Spanyol, Arab Afrika, dan masyarakat Afrika berkulit hitam.

La Haine menceritakan persahabatan tiga pemuda di banlieue, istilah ghetto untuk Prancis yang terbilang kumuh dan banyak dihuni imigran serta keturunannya. Tiga imigran tersebut antara lain, Vinz yang berdarah Yahudi, Said berdarah Arab, dan Hubert berdarah Afrika.

Ketika salah satu dari mereka koma saat bentrok dengan polisi, keinginan Vinz buat membalas dendam semakin kuat. Hal tersebut bikin Hubert, sang pemuda berkulit hitam, takut bahwa temannya akan terlibat masalah karena dendam kesumat tersebut.

La Haine hadirkan kisah yang kompleks dari multikulturalisme. Masalah ras itu bukan sekadar opresi penegak hukum, tetapi masalah ketakutan mereka yang merasa sebagai penduduk asli, kemiskinan struktural, dan sistem pemerintahan yang punya banyak celah kekurangan. Para imigran merasa enggak diterima, para penduduk yang merasa sebagai tuan rumah menganggap imigran sebagai ancaman, dan polisi kehabisan cara buat menanggulangi konflik.

Film ini mendapat sambutan yang positif, bahkan ditampilkan di Festival Film Cannes 1995 dan mendapat standing ovation. Mathieu Kassovitz juga dianugerahi piala “Sutradara Terbaik” di festival tersebut. Penasaran dengan kisah dramatisnya? Kalian bisa sewa dan nonton film ini di Amazon Prime.

2. 12 Years a Slave (2013)

Via istimewa

Kalau kalian mau tahu kenapa masalah ras selalu menjadi isu besar di Amerika Serikat, tonton dulu film yang satu ini. 12 Years a Slave bercerita tentang seorang pria merdeka berkulit hitam, Solomon Northup, yang dicekoki minuman dan dijual sebagai budak pada 1841.

Pada masa itu, perbudakan kulit hitam adalah hal yang lumrah. Bahkan, ada banyak orang berkulit putih yang membawa-bawa agama sebagai tameng untuk melakukan perbudakan, atau menyalahkan para budak atas berbagai wabah.

Setelah 12 tahun, Solomon Northup kembali kepada keluarganya dan kemudian menuntut pihak-pihak yang menculik serta mengintimidasinya. Namun, semua hal yang dilakukan Northup gagal, orang-orang tersebut sulit dituntut. Nonton film ini di Netflix atau Amazon Prime bikin kita empati sekaligus geram.

Dari film terbaik Oscar 2014 ini, penonton bisa belajar mengenai politik apartheid di Amerika Serikat, kejamnya white supremacy, dan betapa mirisnya sistem hukum di masa itu. Konflik-konflik semacam ini masih tersisa di era modern, sehingga enggak mengherankan kalau isu rasisme selalu menjadi isu seksi saat pemilu atau dalam berbagai kasus besar.

3. Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015)

Via istimewa

Bisa dibilang bahwa film besutan Garin Nugroho ini merupakan film dengan sinematografi apik. Pengambilan gambarnya cantik, latar-latarnya juga terlihat nyata. Sesuai dengan judulnya, film ini bercerita tentang perjalanan hidup H.O.S Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam dan guru bagi tokoh-tokoh besar.

Dalam film ini, rasisme kolonial terlihat nyata. Rakyat pribumi diperlakukan seenaknya, dihina, dan juga dianggap kotor serta membawa penyakit. Meskipun merupakan penduduk asli, tetapi para pribumi selalu dianggap sebagai warga kelas tiga. Itulah yang melatarbelakangi perjuangan dari banyak pihak, termasuk Tjokroaminoto yang notabene berpendidikan.

Meskipun ada beberapa adegan yang enggak dijelaskan latar belakangnya (sehingga membuat perjalanan tokoh terasa rumpang), Tjokroaminoto menampilkan konflik penjajahan, rasisme, dan perjuangan kemerdekaan dengan apik dan enggak lebay.

Film ini dibuat berdasarkan riset mendalam dengan detail yang apik. Hasilnya, dari 8 nominasi yang didapatkannya pada Festival Film Indonesia 2015, film ini berhasil memenangkan tiga di antaranya, yaitu “Sinematografi Terbaik”, “Tata Artistik Terbaik”, dan “Tata Busana Terbaik”. Kalian bisa belajar sejarah dengan nonton film ini di Netflix.

4. Get Out (2017)

Via istimewa

Alih-alih dalam bingkai konflik sosial, Get Out menampilkan rasisme lewat teror horor psikologis. Get Out berkisah tentang Chris, seorang pria berkulit hitam yang diajak ke rumah kekasihnya, Rose. Siapa yang tahu kalau ternyata dia adalah korban kesekian berkulit hitam yang dijebak untuk proses pemindahan arwah orang-orang tua berkulit putih?

Ceritanya memang imajinatif, tetapi seperti metafora tentang orang berkulit hitam yang dijadikan “media” bagi orang putih untuk bertahan hidup. Tubuh mereka hanya dianggap alat, pikiran mereka dikuasai, seperti konsep politik apartheid di masa lalu.

Terlepas dari unsur rasialnya, Get Out jadi film horor paling untung pada 2017 dengan laba bersihnya 124,8 juta dolar (Rp1,7 triliun) dari anggaran produksi hanya 4,5 juta dolar (Rp63 miliar). Film ini beda dibanding film horor yang lain karena unsur humornya. Get Out sukses membuat kita merasa takut sekaligus tertawa lepas. Pantas, jika diganjar piala Oscar kategori “Skenario Asli terbaik”. Kalian bisa nonton film ini di Google Play Movies atau Amazon Prime.

5. Trilogi The Hobbit

Via istimewa

Dalam dunia fantasi, Tolkien berhasil menggambarkan bagaimana makhluk hidup berakal menghadapi perbedaan ras. Dikisahkan bahwa kaum kurcaci dan peri (elf), saling membenci satu sama lain. Hal tersebut terjadi karena dalam serangan orc di masa lalu, Raja Gunung Erebor Thrór, rajanya kurcaci, enggak dibantuin sama Thranduil sang elf. Para elf memutuskan enggak membantu karena enggan membahayakan keselamatan diri mereka saat harus melawan orc yang kejam.

Sejak itu, para kurcaci selalu menganggap para peri sebagai makhluk sombong, dan para peri menganggap kurcaci sebagai makhluk pemarah yang tak dapat diajak bekerja sama serta hanya memikirkan soal harta di dalam tanah. Kebencian itu enggak berlangsung secara personal, mereka membenci semua individu yang tergabung dalam ras lawannya.

Hal Ini sama seperti manusia yang cenderung membenci semua orang dengan ras sama saat mereka benci pada satu sosok yang merepresentasikan ras tersebut. Sentimen antara satu ras dengan ras lain juga bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.

Terlepas dari hal itu, trilogi ini juga meraih berbagai penghargaan pada 2013, terutama untuk The Hobbit: An Unexpected Journey (2012) di MTV Movie Awards, Empire Awards, NME Awards, dan juga Festival Film Bandung kategori “Film Impor Petualangan Terpuji”.

6. Green Book (2018)

Via istimewa

Dalam banyak film, masyarakat berkulit hitam hampir selalu digambarkan setara atau di bawah masyarakat berkulit putih. Namun, hal tersebut enggak akan kalian temukan dalam Green Book. Film ini bahkan bercerita tentang Tony Lip, pria berkulit putih yang enggak suka sama masyarakat Afro-Amerika. Namun, dia justru mendapatkan pekerjaan sebagai supir dari pianis Don Shirley, pria Afro-Amerika.

Berlatar tahun ‘60-an, saat rasisme atas Afro-Amerika masih merajalela, ada banyak konflik yang ditemui. Meskipun Don Shirley adalah pria dari kalangan atas, kulit hitamnya membuat dia sering dipandang sebelah mata. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Tony Lip pun mulai menyadari kesalahan persepsinya.

Nonton film ini membuat kita paham bagaimana seseorang bisa menjadi rasis karena dia enggak mengenal suatu ras lebih dalam. Diaa hanya mengikuti pengaruh lingkungan, tetapi tentu saja hal semacam ini enggak sebaiknya dibenarkan.

Green Book telah menerima banyak nominasi penghargaan. Selain memenangkan People’s Choice Award di Toronto International Film Festival, film ini dinominasikan untuk lima penghargaan di Oscar dan memenangkan tiga penghargaan kategori “Film Terbaik”, “Skenario Asli Terbaik”, dan “Aktor Pendukung Terbaik” untuk Mahershala Ali. Kalian bisa nonton film ini di HBO Go atau Amazon Prime.

7. The Good Postman (2016)

Via istimewa

Film dokumenter ini berkisah tentang konflik ras di Eropa. Ivan, seorang tukang pos, mencalonkan diri sebagai walikota di sebuah kota kecil Bulgaria yang berbatasan sama Turki. Ivan berniat buat menambah populasi penduduk dengan membuka keran imigrasi para pengungsi Suriah, tetapi banyak yang menentang idenya. Termasuk sang lawan, yang malah mau menutup keran imigrasi.

Banyak adegan dan pemikiran karakter tertentu yang bikin geregetan. Manusia, kadang enggak memedulikan kesejahteraan orang lain, walaupun mereka korban perang sekali pun. Kemanusiaan mengalahkan rasa takut karena perbedaan ras, agama, dan budaya.

Karena film ini diambil dari kisah nyata, tentu saja kalian bisa beneran kesel sama banyak orang di dalamnya sepanjang nonton film ini. Apalagi, alur ceritanya cukup dramatis, agak berbeda dengan dokumenter pada umumnya. Pantas saja film ini dapat bersinar di Festival Film Sundance kategori “World Cinema-Documentary”.

***

Konflik ras enggak akan pernah hilang dari muka Bumi. Manusia selalu punya insting buat menghindari hal yang berbeda dan lebih nyaman kalau berada dalam lingkungan yang familiar sama mereka. Namun, manusia tentu beda sama hewan.

Jadi, enggak selamanya kita harus mengikuti insting kita, apalagi kalau hubungannya sama sentimen ras. Dunia yang damai dan penuh dengan kemanusiaan jauh lebih baik, ‘kan?

Oh ya, agar enggak tertular penyakit di tengah pandemi Corona, jangan lupa untuk selalu menggunakan masker, ya! Jika kalian bosan dengan desain masker yang biasa, kalian bisa membeli masker trendi di bawah ini. Langsung saja beli di sini!

Via iespl
Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.