Manic Pixie Dream Girl, Tipe Tokoh Cewek yang Bikin Cowok Mimpi Indah

Kalau lo adalah penikmat, bahkan penelaah, film sejati, pasti hafal, dong, klasifikasi karakter-karakter film. Enggak cuma bisa ngebedain label “superhero” dan “antihero”, tapi lo juga tahu istilah-istilah stereotipe karakter lain. Misalnya aja “wise old man”, “bad boy”, “mad scientist”, atau “khight-errant”. Nah, pas dengar istilah-istilah ini, lo langsung kebayang, ‘kan, kayak apa aja sosok yang dimaksud? Bahkan, mungkin lo langsung punya referensi sendiri siapa aja karakter-karakter yang diwakilin sama sederet istilah itu.

Via Istimewa

Buat karakter cewek, ada banyak lagi, loh, istilahnya. Pasti lo pernah dengar, ‘kan, “damsel in distress”, “femme fatale”, “final girl”,  “girl next door”, atau “cat lady”? Yah, mendefinisikannya masih gampang. Namun, ada karakter lain yang lumayan sulit buat dijelasin. Mungkin kalau lo gemar ngikutin berita Hollywood atau doyan sama teori film modern, lo enggak asing lagi sama istilah ini: manic pixie dream girl.

Istilah ini memang bukan istilah lama. Makanya, enggak mengherankan kalau masih terdengar asing, buat pengamat film sekalipun. Nah, biar wawasan lo soal film makin bervariasi, Viki mau ngebahas lebih lanjut. Simak baik-baik, deh!

 

Superheronya tokoh cowok yang menyedihkan.

Via Istimewa

Setelah nonton film Elizabethtown (2005), seorang kritikus film bernama Nathan Rabin nyebutin bahwa Claire, tokoh yang diperanin Kirsten Dunst, adalah sejenis manic pixie dream girl (MPDG). Sesuai dengan namanya yang terkesan manis, Rabin mendefinisikan MPDG sebagai sosok yang ceria dalam sinema yang bubbly—seolah penuh dengan hal-hal menyenangkan layaknya dunia unicorn, tapi cenderung dangkal (bikin plot cerita terkesan dipaksain). Gambarannya, karakter MPDG adalah cewek-cewek yang punya keunikan tersendiri, tampil menarik, bikin si tokoh cowok kesengsem, tapi enggak ketahuan latar belakangnya dari mana dan kayak apa perkembangan karakternya.

Via Istimewa

Dilansir A.V. Club, Rabin ngejelasin lebih jauh lagi soal MPDG. Karakter ini sebenarnya cuma hadir dalam imajinasi penulis cerita yang sensitif buat dijadiin sosok “superhero” bagi tokoh cowok yang hidupnya menyedihkan atau datar tanpa tujuan. Dengan keberadaan karakter cewek yang jadi MPDG, si cowok ngalamin proses perenungan dan petualangan yang ngubah hidup mereka jadi lebih tertata dan segar. Yah, ibaratnya, kalau tadinya cowok-cowok ini udah kayak zombie di The Walking Dead, hidup tapi mati, mereka bakal nemuin titik cerah tanpa perlu ngunjungin psikolog.

 

MPDG ngerendahin citra cewek?

Via Istimewa

Udah dapat bayangan, ‘kan, soal MPDG? Nah, enggak semua orang setuju sama istilah yang dikemukakan sama Rabin, loh. Di antaranya adalah aktris sekaligus penulis skenario, Zoe Kazan, yang terkenal salah satunya lewat Ruby Sparks (2012).

Kalau ngerunut penjabarannya Rabin, tokoh Ruby Sparks yang diperanin sama Kazan itu juga dianggap MPDG. Apalagi Ruby punya dandanan manis-manis “bubbly” yang memikat. Menurut Kazan, istilah dan definisi MPDG itu cenderung ngerendahin cewek. Dalam wawancara dengan Vulture, Kazan ngungkapin bahwa istilah itu mengklaim seolah cewek individual dan unik, layaknya para tokoh yang digolongin sebagai MPDG, itu salah dan dangkal.

Via Istimewa

Kritik  juga dilayangin dari Kat Stoeffel, Editor Senior Condé Nast yang udah berpengalaman banget di media. Bedanya, kritik yang dia tulis cenderung berfokus sama tokoh MPDG itu sendiri. Dalam artikel yang dia tulis buat The Cut, tokoh MPDG itu cenderung seksis dan ngerendahin cewek. Bukan kesalahan si MPDG, tentunya, melainkan salah penulis skenario dan sutradaranya.

Menurutnya, tokoh MPDG enggak seharusnya dibikin dangkal dengan hadir dalam narasi kehidupan si cowok. Seolah, kegunaan si cewek MPDG cuma berguna buat ngelurusin hidup si cowok dan tentunya jadi cara instan buat ngelurusin jalan cerita. Cewek semestinya harus unik seperti apa adanya dirinya dan keunikan itu berguna buat dirinya sendiri, bukan cuma buat ngelurusin jalan hidup cowok.

Via Istimewa

Kritikus film bernama Camilla Collar juga menganggap bahwa MPDG adalah karakter satu dimensi yang kayaknya cuma dibuat sebagai penyenang si tokoh cowok. Justru, si cewek ini seakan enggak punya isu nyata dalam hidup mereka yang harus diselesaikan. Intinya, MPDG bikin peran cewek terlihat enggak penting. Selain itu, MPDG juga dianggap sebagai bumbu-bumbu pemanis aja buat mengekspresikan sisi artistik sebuah film.

 

Apa pun definisinya, MPDG adalah cewek yang menyenangkan.

Via Istimewa

Terlepas dari berbagai kontroversi, MPDG adalah tipe cewek yang bisa jadi pilihan, baik buat panduan mencari pacar atau sekadar idola. Jadi, cewek idaman enggak mesti mereka yang seksi banget, pakai baju pesta melulu, selalu bertingkah laku supersopan, atau terkenal. MPDG bisa bikin lo sadar bahwa cewek juga bisa jadi asyik dan menarik dengan cara mereka sendiri.

MPDG juga sebetulnya enggak cuma menjalani hidup demi si tokoh cowok. Sebenarnya, mereka punya tujuan hidup sendiri, layaknya manusia di dunia nyata. Sayangnya, si cowok udah telanjur jatuh cinta sama keunikan mereka. Jadinya, kegunaan mereka seolah cuma buat menyenangkan si cowok. Padahal, mah, enggak juga.

 

Dari pramugari sampai sekretaris antikomitmen.

Via Istimewa

Terlepas dari berbagai kritik, enggak bisa dimungkiri bahwa cewek-cewek MPDG disenangi banyak penonton dan bisa jadi bumbu penting dalam cerita. Kayak dalam film Elizabethtown—yang bikin Rabin mencetuskan istilah MPDG buat pertama kalinya. Claire yang diperanin Dunst adalah pramugari cantik nan unik. Dia bisa bikin Drew Baylor (Orlando Bloom) bangkit dari kesedihan hidupnya. Di luar pekerjaannya sebagai pramugari, Claire identik sama topi kupluk merah, membuat citra MPDG jadi cantik elegan sekaligus santai.

Via Istimewa

Citra yang agak berbeda ditampilin sama karakter Sam (Natalie Portman) dalam film Garden State (2004). Dengan pakaian yang nyantai dan kekurangan sebagai compulsive liar (pembohong kelas berat), Sam meredefinisi MPDG sebagai cewek yang terlepas dari sifat buruk dirinya yang suka menyendiri tapi tetap bisa ngubah hidup cowok.

Oh, ya, dilansir dari The Atlantic, Rabin minta maaf gara-gara memopulerkan istilah MPDG dan bikin tokoh-tokoh cewek di beberapa film romantis jadi terkesan dangkal. Namun, Portman ngaku senang-senang aja jadi salah satu simbol MPDG. Bahkan, meskipun cuma dianggap sebagai “pemanis” baginya, MPDG adalah cara bikin sesuatu jadi artistik dengan cara yang keren.

Via Istimewa

Enggak cuma Hollywood, ada juga MPDG dari dunia film Perancis. Siapa lagi kalau bukan Amelie Poulain? Cewek yang terkenal dengan poni ratanya ini adalah tipikal MPDG lugu yang penuh dengan keingintahuan dan kebaikan hati. Meskipun sering kali kecewa karena kebaikannya sering dimanfaatin, dia akhirnya nemuin cinta. Dibalut dengan latar tempat Kota Paris yang artistik serta gaya bercerita khas sinema Perancis yang dipenuhi metafora, Le Fabuleux Destin d'Amélie Poulain alias Amélie (2001) jadi film yang renyah banget buat ditonton.

Via Istimewa

Di antara banyak karakter MPDG, yang paling terkenal dan jadi ikon sepanjang masa, enggak lain dan enggak bukan, adalah Summer Finn. Yap, siapa yang bisa lupa sama karakter sekretaris baru bos perusahaan undangan dalam film (500) Days of Summer (2009) ini? Film drama romantis favorit sejuta jomblo di seluruh dunia ini punya karakter MPDG dengan ciri khas cantik, dandanan manis, mata cemerlang, tapi suka musik rock yang enggak mainstream, dan antikomitmen. Namun, Summer lebih banyak hidup dalam pikiran Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt), sang tokoh utama yang jatuh hati kepadanya.

Via Istimewa

***

Meski istilah MPDG berlaku buat karakter di dunia film aja, lo jangan terpaku sama citra MPDG fiktif, ya. Jangan sampai lo berpikir bahwa cewek yang layak dipacarin itu yang bisa bikin hidup lo kayak mimpi indah. Soalnya, dalam dunia nyata, banyak, kok, sosok yang bisa ngebawa hidup lo bermakna dengan segala baik dan buruknya. Bisa jadi teman lo, gebetan, tetangga, bahkan orangtua lo sendiri. Yang penting, ‘kan, dari diri lo sendiri, mau nikmatin hidup atau enggak.

Via Istimewa
Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.