Sebagai negara yang menjunjung asas beragama dalam setiap sendi kehidupan, bahkan tercantum di dalam dasar negara, hal-hal yang berkaitan sama agama memang kerap enggak bisa dilepaskan di berbagai aspek, termasuk di dalam karya seni seperti film horor. Maka dari itu, kita sering melihat sentuhan agama dalam film horor.
Di Indonesia, sudah ada banyak film horor yang mengusung atribut agama, misalnya seperti Makmum (2019), Khanzab (2023), dan juga Kiblat yang bakal tayang tahun 2024 ini.
Namun, walaupun konsepnya fiktif, sentuhan agama dalam film-film horor ini enggak bisa lepas dari berbagai macam kritik. Apalagi, agama merupakan sesuatu yang sakral, mengakar di setiap budaya, dan diatur dalam hukum di Indonesia. Film-film horor ini kerap dianggap ngawur dalam menerjemahkan hal-hal yang ada di dalam agama, terutama agama Islam yang menjadi agama mayoritas di Indonesia.
Apa saja kritik-kritik yang kerap muncul dalam rilisnya film horor dengan nuansa keagamaan? Ini dia.
Kritik Tentang Film Horor Berbau Agama di Indonesia
Menjadi Eksploitasi Akan Ajaran Agama
Penulis skenario Gina S. Noer sempat mengkritik keras soal banyaknya film horor yang mengeksploitasi agama.
Menurut Gina, sekarang ini banyak film horor Indonesia yang memakai tema agama secara berlebihan dan nggak tepat, sampai-sampai masuk kategori eksploitasi. Kritik ini dia sampaikan lewat Instagram Stories-nya.
Sebenarnya Gina enggak merasa terganggu sama film yang mengangkat tema kepercayaan atau keyakinan dalam beragama. Tapi, dia merasa sayang banget kalau film-film itu cuma pakai ritual agama yang sakral buat bikin takut dan adegan seram. Buat dia, hal ini menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap nilai-nilai agama yang seharusnya dijaga.
Mendegradasi Makna Iman
Bukan cuma tentang eksploitasi yang salah tempat, Gina juga menegaskan soal bagaimana aspek keimanan dikemas secara kurang etis dalam kebanyakan film horor yang menggunakan sentuhan agama.
Gina merasa kalau film horor lokal sering banget nunjukin iman sebagai sesuatu yang lemah, padahal seharusnya iman bisa jadi kekuatan buat ngelawan hal-hal gaib. Dengan fokus pada kelemahan iman, film-film ini malah merendahkan nilai-nilai agama dan enggak menyampaikan pesan positif yang sebenarnya bisa mereka sampaikan.
Menistakan Aturan Ibadah
Bukan cuma dari Gina S. Noer saja, ketua MUI pun sempat buka suara ketika Kiblat sedang akan dirilis. Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof. Asrorun Niam Sholeh, menekankan pentingnya penggunaan istilah dan simbol agama pada tempat yang tepat. Hal ini dia katakan menanggapi heboh poster Kiblat yang dianggap menistakan agama.
Lebih lanjut lagi, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Muhammad Cholil Nafis, juga pernah menyorot dan cukup mengkritik poster film Kiblat di akun Instagram pribadinya. Poster film dianggap kurang layak karena menampilkan orang yang sedang ruku dalam salat, tapi wajahnya menghadap ke atas, bukan ke bawah.
Bahkan, karena kritik yang keras akan poster ini dari berbagai elemen masyarakat, para pihak pembuat film horor dan MUI pun mengadakan pertemuan dan kabarnya, judul dan posternya bakal diganti.
Fokus yang “Salah”
Ustadz Adi Hidayat juga pernah angkat suara terkait film horor yang pakai simbol-simbol agama, utamanya poster film Kiblat yang memang paling menjadi kontroversi. Menurutnya, sebetulnya sah-sah saja menggunakan unsur keagamaan pada film. Bahkan, kalau memang anak-anak bangsa mau niat berkarya, mereka harus didukung. Namun, Adi Hidayat memang menyarankan kalau fokusnya bisa lebih berbobot, misalnya tema sejarah atau tafsir.
Kembali ke judul Kiblat, Ustadz Adi Hidayat juga menekankan pentingnya promosi yang baik. Karena, percuma jika bikin promosi dengan suatu istilah yang sudah enggak asing di telinga masyarakat, tetapi sajiannya justru bertabrakan dengan hal itu.
Membuat Orang Takut Beribadah
Kritik yang lebih keras diberikan oleh warganet kepada film-film horor yang memakai atribut agama di Indonesia, terutama di platform X. Menanggapi ulasan yang diberikan oleh Narasi terkait hal tersebut, banyak orang yang merasa penggunaan atribut keagamaan ini bikin orang jadi takut beribadah.
Hal itu ditakutkan bikin orang-orang yang mau memperbaiki agamanya menjadi gamang dan sulit berkonsentrasi. Apalagi, ada beberapa ibadah yang memang dilakukan pada waktu malam. Penggunaan atribut keagamaan dengan sentuhan horor, yang biasanya terjadi pada malam hari ketika langit sudah gelap, malah bikin orang jadi parno sendiri buat menjalankan ibadahnya.
Terlepas dari berbagai kritik yang ada, film horor dengan atribut agama memang nampaknya masih bakal sering dirilis di Indonesia. Buktinya, tahun ini bakal ada Munkar dengan poster salat yang cukup mengerikan dan Pemandi Jenazah.
Bagaimana pendapatmu terkait film-film horor dengan nuansa agama di Indonesia ini?