*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Udah nonton film Avengers: Endgame? Film fenomenal ini memang bener-bener jadi trending topic di dunia maya dan dunia nyata. Selain ngasih konklusi nasib Thanos dan para pahlawan super yang menghilang, Avengers: Endgame juga punya alur yang lebih rumit daripada film Marvel sebelumnya. Salah satu yang membingungkan adalah tentang konsep perjalanan waktu yang dipakai.
Nah, bagi banyak orang, konsep perjalanan waktu yang ditampilkan dengan balik ke masa lalu itu mudah dilakukan dan bisa menyelesaikan semua hal. Nyatanya, premis yang dipakai enggak semudah itu. Meski para Avengers bisa balik ke masa lalu lewat teknologi Hank Pym dan Tony Stark, mereka cuma bisa menggunakannya buat mengambil batu-batu Infinity.
Jadi, bagaimana sebenarnya konsep perjalanan waktu dalam film Avengers: Endgame? Simak aja, yuk, biar enggak bingung!
Konsep Grandfather Paradox
Apa itu grandfather paradox? Kalau kalian mengenal konsep mesin waktu dari serial Doraemon, niscaya kalian enggak asing sama konsep ini. Soalnya, meskipun Nobita selalu ketemu “dia di masa lalu” setiap kali naik mesin waktu, apa yang Nobita ubah di masa tersebut akan berpengaruh sama masa depannya, termasuk kalau Nobita membunuh kakeknya.
Nah, dalam paradoks kakek, apapun yang kalian lakukan untuk mengubah masa depan lewat masa lalu, hal itu akan sia-sia belaka. Soalnya, masa lalu yang kalian datengin adalah masa lalu yang sebenernya berbeda dengan masa lalu kalian sendiri. Ya, seperti film Avengers: Endgame, masa lalu kalian itu justru menjadi masa depan kalian.
Begini kira-kira premisnya: kalian pergi ke masa lalu, buat membunuh kakek kalian supaya kalian bisa menghilang dari dunia yang memuakkan ini. Karena ada paradoks kakek, meskipun kalian membunuh kakek, kalian tetap ada.
Karena apa? Karena itu bukan kakek kalian, melainkan seseorang dari masa lalu yang mirip kakek kalian. Dunia yang kalian datangi juga bukan dunia yang sama dengan dunia kalian. Itu adalah semesta yang lain, tapi sama kayak semesta kalian.
Ada lagi, nih, pendapat lain terkait paradoks kakek. Pendapat itu dikemukakan oleh Carl Sagan, seorang astronom Amerika Serikat. Meskipun menurut Sagan konteks itu baru bisa dijalankan dalam dunia fiksi, tetapi bagi dia, ada satu konsep lebih tepat yang bisa menggambarkan paradoks kakek.
Kalian mungkin bisa pergi ke masa lalu dan membunuh kakek kalian, tetapi, alam semesta akan berkonspirasi untuk menggagalkan rencana itu. Misalnya, peluru kalian habis, kalian ketiban lemari, kakek kalian enggak mati, dan sebagainya. Segala usaha kalian akan sia-sia belaka dan kalian pun akan tetap tercipta di dunia.
Kenapa Thanos Enggak Dibunuh Waktu Lahir?
Kalau kalian udah nonton film Avengers: Endgame, kalian mungkin ingat ketika War Machine pernah berpendapat: kenapa, kok, kita enggak balik ke masa waktu Thanos bayi lalu mencekiknya?
Nah, kalau premis paradoks waktu di Avengers: Endgame mirip kayak Doraemon, hal itu bisa dilakukan. Masalahnya, paradoks waktu dalam film ini sama kayak film mata-mata superribet, seperti Predestination (2014).
Kalau kalian mau tahu lebih banyak tentang paradoks kakek, bisa menyaksikan video dari MinutePhysics ini:
Wajar kalau para Avengers tersisa harus pergi ke mana-mana sampai kehilangan anggota demi mendapatkan semua batu. Soalnya, apa pun yang mereka lakukan, enggak akan bisa mengembalikan separuh umat manusia yang jadi debu, kecuali kalau mereka menjentikkan jari kembali pakai semua batu tadi dengan Infinity Gauntlet.
Konsep Semesta Paralel
Ada lagi nih konsep yang mendukung teori grandfather paradox dan tentunya sesuai sama premis Avengers: Endgame. Konsep itu adalah konsep semesta paralel. Nah, salah satu ilmuwan yang memercayai konsep semesta paralel adalah Michio Kaku.
Michio Kaku adalah seorang fisikawan asal Jepang. Dalam bukunya yang berjudul Parallel World: A Journey through Creation, Higher Dimensions, and the Future of the Cosmos, Michio mengatakan bahwa alam semesta yang kita kenal ini bisa aja merupakan satu dari sekian banyak alam semesta yang ada di dunia ini.
Jadi, ketika Captain America, Iron Man, dan kawan-kawan pergi ke masa lalu, mereka enggak pergi ke masa lalu di semesta mereka. Mereka pergi ke masa lalu di semesta lainnya. Makanya, mereka enggak bisa segampang itu membunuh Thanos dari bayi.
Satu hal yang bisa mengubah nasib mereka ya cuma batu yang kemudian dikumpulin, dijadikan media penjentikkan jari, kemudian dikembalikan ke tempatnya masing-masing.
Keenam batu infinity mungkin adalah satu-satunya hal yang berada di atas ruang bahkan waktu. Tentu saja, batu-batu itu, ‘kan, malah jadi pembuat ruang dan waktu sendiri. Kayak Tesseract, tempatnya Space Stone yang mewakili ruang, Time Stone-nya Stephen Strange yang mewakili waktu, dan lain sebagainya.
Jadi, dalam sebuah perbincangan, Ancient One berkata pada Hulk bahwa jika semua batu itu berhasil dikumpulkan di satu semesta, maka batu itu bisa membuat satu semesta yang kokoh. Lain halnya kalau batu-batu itu dipisah, maka semesta-semesta pun bakal bercabang.
Apakah Iron Man, Black Widow, dan Gamora Bisa Kembali?
Inget enggak adegan saat Captain America (Steve Rogers), enggak balik ke masa kini, dan yang muncul dari tempat lain justru Steve Rogers yang udah tua? Kalau begitu, kita bisa, dong, balik ke masa lalu dan mengubah hidup? Kita juga bisa, dong, mengembalikan Iron Man, Black Widow, dan Gamora?
Hmm, Gamora di film itu sebenarnya masih “hidup”, dia bukan Gamora yang mati waktu didorong Thanos demi Soul Stone. Dia adalah Gamora dari masa lalu di semesta lain. Lalu, bagaimana dengan Captain America? Ya, Captain America yang tua itu bukanlah Captain America yang membeku dan baru dihidupkan lagi puluhan tahun kemudian.
Jadi, momen Captain America saat balik ke masa Perang Dunia sebenernya cukup tepat. Soalnya, Captain America yang asli membeku. Coba kalau, enggak, dijamin jadi chaos karena ada dua Captain America.
Tony Stark dan Natasha Romanoff pun sebenernya bisa “dikembalikan”, asal mereka menculik paksa Tony dan Natasha di masa lalu. Namun hal itu akan berisiko besar, karena Tony dan Natasha di masa lalu akan dipaksa untuk menghadapi masa depan yang mereka enggak pahami betul. Bukankah hal tersebut kejadian sama Gamora yang jadi enggak ada rasa sama Peter Quill?
Nah, sekarang kalian udah tahu, ‘kan, kenapa konflik di Avengers: Endgame itu rumit banget? Hal itu terjadi lantaran konsep perjalanan waktu yang mereka pakai juga enggak kalah rumit.
***
Kalau menurut kalian, udah bener belum, sih, keputusan mereka? Atau kalian malah KZL sama jajaran sutradara dan penulis skenario yang bikin salah satu pahlawan kesayangan gugur dan menghancurkan impian masa kecil kalian?