– Berdirinya McDonald’s disajikan lengkap lewat film The Founder.
– Ada pula referensi tontonan untuk mendukung fakta di balik lezatnya perusahaan fast food tersebut.
Setelah 30 tahun, McDonald’s Sarinah yang legendaris bakal tutup. Keputusan ini diambil lantaran pihak manajemen Sarinah yang kabarnya udah enggak memperpanjang kontrak lagi dan berniat menjadikan tempat itu sebagai sentra UMKM.
Apa yang bikin McDonald’s Sarinah memorable? Ia adalah restoran McDonald’s pertama di Indonesia dan selalu laris karena letaknya yang strategis dan tempatnya yang cozy. Banyak cerita yang dirangkai pelanggan di sana, mulai dari cerita nge-date pertama, kumpul bareng temen sepulang kerja, sampai antre pagi-pagi buat sarapan sebelum memulai hari di kantor.
McDonald’s memang merupakan salah satu waralaba fast food paling terkenal dan laris di Indonesia. Pelayanannya pun cepat dan menu-menunya sangat mengenyangkan. Sulit menandingi kelezatan burgernya. Rasanya sederhana tetapi enggak membosankan.
Bicara soal McDonald’s, ada kisah unik dan kontroversial, lho, di balik sejarah berdirinya restoran cepat saji ini. Berbeda dengan Kolonel Sanders yang notabene memang membangun KFC dari awal dengan ide uniknya sendiri, McDonald’s pada akhirnya justru enggak memberikan keuntungan pada penggagasnya. Bahkan, nasib founder-nya pun enggak semanis nasib Glen Bell, pendiri Taco Bell yang mampu menjaring manisnya keuntungan bisnis Taco –meskipun dia bukan orang Meksiko asli dan Taco-nya enggak orisinil–. Hmm, tragis juga ya?’
Berbagai kisah dari berdirinya McDonald’s ditampilkan dengan lengkap dan katanya, sih, sama dengan apa yang bener-bener terjadi lewat film biopik The Founder (2016). Coba makan Double Cheeseburger kalian sambil menontonnya. Ada rasa puas sekaligus sedih saat kalian menggigit burger yang juicy itu sambil menonton film The Founder. KINCIR bakal sajikan fakta-fakta tersebut di bawah ini!
McDonald's, Restoran Amerika yang Digagas oleh Kakak Beradik
Nama McDonald’s menjual banget. Namun, dari mana, sih, nama itu berasal? Rupanya, nama ini merupakan nama belakang dari Maurice ‘Mac’ dan Richard ‘Dick’ McDonald. Mereka membangun restoran bernama McDonald’s di San Bernardino, Amerika Serikat.
Restoran ini laris banget di sana. Baik orang tua, anak muda, sampai anak kecil selalu sabar mengantre setiap hari. Makanan dan minuman di sana memang enggak mahal, bukan makanan mewah, dan penampilannya jauh dari makanan bintang lima. Namun, di situlah menariknya McDonald’s! Ia menawarkan kesan bersahabat, membumi, dan seolah merepresentasikan kehangatan keluarga.
Bukan cuma itu aja. Dari awal berdiri, kedua kakak beradik ini sudah menerapkan sistem fast food. Orang-orang dilayani dengan cepat sehingga McDonald’s menjadi solusi bagi rasa lapar kapan aja.
Pemesanan Mesin Milkshake dan Kedatangan Ray
Kalau duo McDonald’s bisa ngomong dari hati ke hati, mungkin satu hal yang bakal mereka sesali adalah memesan mesin milkshake ke Ray Kroc.
Ray Kroc merupakan sales mesin milkshake yang udah jengah banget sama lambannya pelayanan restoran-restoran tempat dia menawarkan mesin. Dia enggak melihat masa depan di sana, termasuk masa depannya sebagai penyuplai mesin. Namun, suatu hari Kroc menemukan pesanan-pesanan besar dari restoran McDonald’s di San Bernardino dan dia tertarik buat pergi ke sana.
Dia pun disambut dengan hangat oleh kakak-adik tersebut dan diajak tur ke dapur mereka. Selain konsep yang bersahabat dan makanan yang simpel, McDonald’s jadi laris berkat kerja keras para pekerjanya. Ray pun semakin tertarik buat menyelami bisnis makanan dan minuman ini, membangunnya, dan kakak beradik tersebut menyambut idenya dengan sangat baik. Mereka bahkan bercerita bahwa awalnya, mereka mau bikin bioskop, tetapi pada akhirnya ide itu berubah menjadi restoran fast food yang harganya murah dan gampang dimakan.
Ray merekomendasikan sistem waralaba alias franchise untuk mengembangkan McDonald’s, tetapi sayangnya, kakak-adik ini menolak ide tersebut. Alasannya simpel, mereka sudah mencoba, tetapi gagal karena pembeli hak waralaba sulit buat mengikuti standar mereka.
Ray pun meyakinkan mereka buat menjadikanya sebagai 'marketing' dari McDonald's. Dia pun melebarkan sayap dengan membuka gerai-gerai waralaba, mengganti es krim dan milkshake konvensional menjadi bentuk bubuk yang enggak membutuhkan pendingin, menggandeng investor-investor middle class, bahkan membeli hak atas nama “McDonald's” dari kakak beradik tersebut hanya dengan 2,7 juta dolar (sekitar Rp2,7 miliar).
Setelah menonton The Founder, kebanyakan penonton pasti akan berpikir bahwa Ray Kroc jahat banget. Namun, jatuhnya McDonald's ke tangan Ray Kroc juga terjadi karena kesalahan Dick dan Mac sendiri.
Apakah The Founder Benar-Benar Menceritakan Kenyataan?
Meskipun sangat mirip dengan kejadian nyata, harus diakui bahwa The Founder tetep aja film fiktif dengan tambahan sedikit bumbu agar film menjadi menarik. Untuk memilah mana kejadian fiktif dan mana yang nyata, kalian bisa melakukan riset terkait kehidupan nyata para founder McDonald’s serta menonton beberapa film dokumenter terkait restoran itu.
Dokumenter pertama adalah Ray Kroc Documentary. Film ini mengisahkan perjuangan hidup Ray Kroc yang notabene enggak mudah. Dia bahkan baru memulai karier sebagai sales mesin milkshake di usia 35 tahun.
Dokumenter tersebut menampilkan Ray sebagai sosok manusia yang lebih abu-abu. Dia enggak terlihat “sesadis” di The Founder dan hal tersebut bisa menetralkan pandangan kalian soal Ray Kroc semata sebagai pebisnis yang punya pandangan berbeda dengan owner asli McDonald’s.
Ada tambahan lagi. Dilansir situs khusus perbandingan film biopik dan kenyataan di Hollywood, History vs Hollywood, disebutkan bahwa Ray Kroc enggak semata-mata mencampakkan sang istri, Ellen, dengan kejam untuk kemudian menikah dengan Joan. Sedari awal, Ellen dikabarkan enggak cocok sama Ray, terutama dalam pandangan soal karier. Padahal, Ray adalah pekerja keras dengan ambisi tinggi.
Bagaimana dengan sifat buruk Ray Kroc baik sebagai pebisnis maupun pasangan? Lisa Napoli, penulis buku memoar Ray and Joan, melakukan sedikit verifikasi terkait hal tersebut, baik di dalam karyanya maupun di Quora. Napoli mengatakan bahwa film The Founder melakukan kesalahan pada adegan perjanjian kontrak.
Dalam film itu, digambarkan kalau Mac dan Dick meminta royalti 1% setiap tahunnya, sesuatu yang kemudian disambut dengan jabat tangan oleh Kroc. Di akhir film, ada sebuah kalimat bahwa duo McDonald enggak pernah menerima royalti sampai mereka meninggal dunia. Padahal, kata Napoli, enggak pernah ada perjanjian bahwa Ray Kroc harus membayar royalti kepada Mac dan Dick.
Napoli bilang, “Ray Kroc memang pasangan abusif dan bukan orang yang menyenangkan. Namun (dalam hal kontrak) dia enggak bisa dituntut, karena dia enggak melakukan kesalahan. Film itu memuat kesalahan besar soal adegan pembelian lisensi.
Sebagai perbandingan, dalam film, Ray Kroc membeli McDonald’s dengan harga murah banget. Secara sadis dia memanipulasi pikiran keduanya, membuat mereka merasa bahwa keputusan buat menjual lisensi tersebut adalah keputusan paling realistis untuk keuangan mereka. Padahal, Ray Kroc melakukannya untuk memperbesar korporasi yang dia dirikan, kemudian mengubahnya menjadi McDonald’s Corporation.
Selain itu, Ray Kroc meninggalkan istrinya, Ethel, dan menikah dengan Joan, istri dari salah satu pemilik waralaba McDonald’s, penggagas ide “milkshake bubuk”. Keduanya terlihat cocok dengan ambisi mereka berdua terkait karier dan juga bagaimana mereka memandang bisnis.
Mungkin, Ray Kroc memang enggak bisa dituntut secara hukum. Dia enggak melakukan kesalahan dalam hukum. Namun, dalam etika, apa yang dia lakukan enggak bisa diterima banyak orang, bahkan oleh McDonald’s sendiri. Dia meninggal pada 1984, dan McDonald’s mengakui bahwa Ray Kroc adalah founder McDonald’s Corporation pada 1991 dan konsepnya ditemukan oleh Mac dan Dick.
“Mereka (Mac dan Dick), adalah founder, mereka menemukan konsepnya. Namun, Ray Kroc yang menemukan konsep food service terbesar di dunia,” ujar salah satu pemimpin di McDonald’s Corporation.
Selain film dokumenter soal Ray Kroc, kalian juga bisa melihat dokumenter McDonald’s untuk mengetahui lebih dalam sejarah restoran ini.
Apakah Kakak Beradik McDonald's Innocent?
Dalam film The Founder, Mac dan Dick digambarkan sebagai sosok yang idealis, pekerja keras, dan jujur. Mereka dengan senang hati menyambut Ray, memasukkannya ke dalam “tur dapur”, membuka rahasia perusahaan, dan bersikeras enggak menggunakan milkshake bubuk karena ingin menyajikan yang terbaik. Penonton sangat suka kalau di akhir film, kebaikan menang melawan kejahatan. Namun, film biopik seringkali enggak menawarkan hal itu. Ia menawarkan kenyataan, dan dalam dunia nyata, si innocent enggak 100% benar.
Secara moral, Mac dan Dick adalah tokoh yang baik hati, patut dicontoh. Dalam film-film fiksi feel good, mereka bakal keluar sebagai pemenang dan si licik akan kena batunya. Kenyataannya? Di akhir film, Ray Kroc menjadi pebisnis sukses, istrinya yang meninggalkan sang suami demi Ray menjadi sosialita tajir, dan bisnis duo McDonald’s yang berganti nama menjadi The Big M malah bangkrut. Tokoh baik mendapatkan malapetaka.
Kakak beradik tersebut melakukan kesalahan besar sebagai seorang pebisnis. Pertama-tama, mereka terlalu terbuka terhadap orang baru. Kedua, mereka enggak merangkul perubahan. Mereka enggan menggunakan cara yang lebih ekonomis, padahal menguntungkan dan enggak serta-merta membohongi pelanggan. Mereka berniat menjaga kualitas, tetapi enggak memikirkan sisi bisnis.
Ray Kroc memutuskan untuk membeli lisensi restoran tersebut, salah satunya dipicu oleh kerasnya kakak beradik ini dalam mempertahankan idealisme mereka. Mereka enggak paham bahwa bisnis mereka, jika dijalankan dengan baik, akan membawa keuntungan.
Tentu mereka tidak memahami konsep “if you can not beat them, then join them”. Mau enggak mau, harus diakui Ray Kroc jago dalam bidang sales dan marketing, serta membuat McDonald’s jadi menggurita lewat menu-menu yang disederhanakan, Hamburger University, dan program-program bersahabat untuk investor kelas menengah.
Dilansir laman resmi McDonald’s, perusahaan ini menyatakan bahwa mereka berasal dari “restoran kecil tetapi laris” dari Mac dan Dick, tetapi Ray mengembangkannya dengan etos kerja yang begitu kuat, dengan prinsip kerja terstruktur, dan dengan inovasi-inovasi menarik. McDonald’s enggak meniadakan peran Mac dan Dick, tetapi nyatanya, itu enggak cukup untuk membuat keduanya mendapatkan hasil yang besar.
Lebih tragis lagi, mereka berdua memang menikah, tetapi mereka enggak memiliki keturunan langsung. Mereka “hanya” menjadi ayah tiri dari anak-anak pasangan mereka, sehingga tuntutan hukum pun semakin sulit dilakukan oleh mereka yang berelasi dengan Mac dan Dick. Legacy McDonald’s pun hanya berhenti di mereka, melanggengkan “kekuasaan” Ray Kroc.
Lalu, Kenapa Ray Kroc Enggak Mencuri Idenya dari Awal?
Kesuksesan enggak dirasakan Ray Kroc di usia muda. Dia bahkan baru sukses memiliki McDonald’s Corporation di usia 52 tahun, alias overnight success.
Dalam film, Mac dan Dick pun bertanya-tanya mengapa sedari awal, Ray Kroc enggak mencuri ide mereka, kemudian membuka restoran baru. Kenapa Ray Kroc harus menghabiskan waktu buat mengurus waralaba, buat meyakinkan mereka soal konsep, buat beradu pendapat, dan hal-hal lain yang di mata orang awam, ribet banget.
“Apakah saya satu-satunya orang yang ikut kitchen tour (di McDonald’s)? Apakah mereka yang membuka restoran setelah ikut kitchen tour jadi sukses? Sebesar kesuksesan McDonald’s? Bahkan kamu (Dick) sendiri enggak tahu alasannya (kenapa enggak ada restoran serupa yang sukses). Itu bukan cuma masalah sistem, Dick. Itu tentang nama. McDonald’s adalah nama yang luhur. Ia bisa menjadi apa aja. Ia bisa menembus batas, ia terbuka terhadap siapa aja…dan ia benar-benar terdengar Amerika banget. Bandingkan sama nama Kroc. Mau enggak kamu makan di tempat yang namanya Kroc’s? Nama Slavia. Namun, McDonald’s? Nama yang indah. Nama yang enggak bakal kuhapus dari hidupku.”
***
Sudah jelas bahwa The Founder adalah salah satu film biopik paling fair yang mengajarkan penonton satu hal: selamat datang di dunia nyata, di mana keteguhan, kecerdikan, dan kemampuan memanfaatkan peluang jauh lebih menghasilkan daripada ide hebat dan orang yang jenius.
The Founder memang enggak memberikan pelajaran yang baik terkait moral, tetapi tentu saja ia adalah film bisnis yang paling realistis dan harus ditonton oleh semua calon entrepreneur. Nah, menyoal McD Sarinah tutup, selain bernostalgia, kalian bisa nonton film The Founder di Catchplay atau Amazon Prime.