Hari terakhir Tokyo International Film Festival (TIFF) 2019 enggak menyurutkan antusias publik di Jepang. Enggak ketinggalan, Indonesia mengirim tiga karya sineas kebanggaan Tanah Air untuk tayang di TIFF, salah satunya serial horor Folklore: A Mother’s Love (2018) karya Joko Anwar yang telah tayang di HBO Asia.
Dalam ajang tersebut, Joko Anwar bersama dengan Takumi Saitoh dan Kazuki Kitamura membagikan inspirasi di balik pembuatan Folklore mereka. Joko Anwar mengungkapkan bahwa Mother’s Love terinspirasi cerita rakyat dan pengalaman masa kecilnya.
“Ketika saya masih kecil, ibu saya berkata jika keluar larut malam, hantu Wewe ini akan menculik saya. Karakter ibu didasarkan pada ibu saya sendiri yang sangat keras dan keras tetapi sangat mencintai saya. Sedangkan karakter anak kecil itu didasarkan pada saya sebagai seorang anak,” cerita Joko Anwar.
A Mother’s Love ternyata bukan karya pertama Joko Anwar yang berhasil tayang di TIFF. Film pertama garapannya, Janji Joni (2005), juga melakukan pemutaran di TIFF 2005. Sehingga Joko merasa memiliki koneksi dengan festival film asal Negeri Sakura ini.
“TIFF merupakan festival film pertama saya saat memulai karier karena Janji Joni (2005) berhasil tayang di festival ini. Jadi, saya sangat senang bisa kembali ke TIFF,” ucap Joko Anwar (31/10).
Enggak hanya menceritakan inspirasi di balik Mother’s Love dan rasa bahagianya bisa kembali ke TIFF, Joko juga berbagi cerita tentang awal dia memulai kariernya di industri perfilman.
“Saya mulai terjun ke industri film menjadi penulis pada 2003. Setelah itu, pada 2005 saya mengarahkan film pertama Janji Joni . Saya enggak pernah mengambil sekolah film dan belajar semuanya secara autodidak,” papar sutradara Perempuan Tanah Jahanam ini.
Dalam bincang santai yang dilakukan bersama media, Joko juga mengakui pada awal dia memutuskan untuk membuat film dia benar-benar enggak tahu apa pun tentang industri film. Namun dengan learning by doing, Joko Anwar bisa sukses menjadi sineas kenamaan Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Joko juga mengatakan bahwa suatu hari nanti dirinya ingin berkolaborasi dengan Takumi Saitoh, sutradara asal Jepang yang juga mengarahkan Folklore episode Tatami (2018).
Bagaimana perasaan kalian ketika salah satu sutradara Indonesia mendapat apresiasi dunia? Yuk, kasih pendapat kalian di kolom komentar. Buat yang masih ingin tahu berita terbaru seputar film jangan lupa pantengin KINCIR, ya!