Buat lo yang doyan sama horor, pasti udah enggak asing lagi sama nama James Wan. Dia adalah produser, sutradara, sekaligus penulis skenario yang terkenal dengan karya-karyanya yang mampu bikin lo teringat lagi sama mimpi buruk lo, mulai dari Saw (2004) sampai Annabelle: Creation (2017).
Entah apa yang ada di pikiran Wan sampai bisa seproduktif itu dalam membuat film horor. Mungkin lo pikir dia sejenis psikopat, pikirannya udah stres, atau punya ambisi menciptakan dunia yang penuh darah dan teriakan. Nyatanya, enggak demikian, kok.
Coba, yuk, intip seluk-beluk kehidupan James Wan mulai dari ketertarikan hingga konsistensinya dengan film horor.
1. Tertarik sama film horor sejak kecil.
Lo pasti tahu rentetan film-film horor yang udah dibuat cowok kelahiran Sarawak, Malaysia, 27 Februari 1977 ini. Namun, lo tahu, enggak, apa yang bikin dia tertarik sama film slasher dan horor mistik?
Sejak kecil, Wan udah dikenalin sama film oleh nyokapnya. Dalam sebuah wawancara yang dilansir Film Comment, Wan mengungkapkan film pertama yang disaksikannya adalah Snow White and the Seven Dwarfs (1937). Wan ngaku dia takut banget pas ngelihat sosok penyihir kejam dalam film itu. Enggak lama kemudian, dia nonton film Poltergeist (1982) yang lagi-lagi bikin bulu kuduknya merinding. Dua film inilah yang menurutnya berdampak besar buat hidupnya.
Satu lagi film karya Steven Spielberg yang nguatin hasratnya sama film horor adalah Jaws (1975). Akhirnya, Wan tertarik sama film-film bernuansa gelap yang cenderung menakutkan manusia.
2. Kuliah teknik, ketemu jodoh di dunia film.
Meskipun udah tertarik sama keajaiban film sejak kecil, Wan memilih buat enggak milih jalur film buat pendidikannya. Dia justru masuk Royal Melbourne Institute of Technology di Australia. Agak jauh, ya? Namun, justru di sinilah dia ketemu sama jodohnya di ranah tersebut, Leigh Whannell. Mereka berdua sering kali bertukar pikiran terkait film dan bikin naskah-naskah film bersama. Naskah-naskah film yang mereka buat bertema horor dan terinspirasi dari mimpi buruk serta ketakutan keduanya.
3. Mulai berkiprah di dunia film lewat genre thriller.
Pada 2000, Wan ketemu Shannon Young dan kerja sama bikin film feature berjudul Stygian. Film ini bercerita tentang pasangan suami istri yang terpisah dan terperangkap dalam dunia antah berantah bernama Exile. Diikutin Melbourne Underground Film Festival pada tahun yang sama, film ini memenangkan “Best Guerilla Film”.
4. Dilirik Hollywood berkat film Saw.
Setahun setelah ngerilis Stygian, Wan "balikan" lagi sama Whannel dan mereka memutuskan buat nyeriusin naskah mereka yang udah dibikin sejak 1999, berjudul Saw. Yap, film inilah yang bikin nama mereka berdua mulai dikenal di Hollywood.
Awalnya, seseorang dari agensi film Hollywood bernama Ken tertarik sama naskah mereka. Mereka setuju bahwa Saw bakal diubah jadi film pendek dengan durasi enggak sampai 10 menit. Sutradara dari film itu sendiri adalah mereka berdua. Enggak disangka, film itu bikin Ken jadi terpana. Akhirnya, dia ngirim naskah itu beserta filmnya ke Hollywood.
Pada 2003, Evolution Entertainment setuju buat ngangkat naskah itu jadi film dengan durasi 1,5 jam. Mereka ngasih Wan dan Whennel bujet produksi 2 juta dolar Amerika buat bikin film dengan premis yang diangkat dari naskah mereka dalam waktu 18 hari. Lo bisa bayangin, dong, bujet segitu terbilang sedikit buat bikin film Hollywood. 18 hari juga bukan waktu yang lama.
Mengejutkannya, Wan dan Whennel berhasil bikin film keren dengan keterbatasan itu. Saw ngeraih kesuksesan di Box Office nasional dan internasional dengan pendapatan total 103 juta dolar Amerika. Enggak cuma itu, Saw juga mendapatkan pujian di acara bergengsi Sundance Film Festival dan Toronto International Film Festival pada 2004. Bahkan, Saw dipuji oleh American Movie Classics sebagai “Film dengan Twist Ending Terbaik”! Film inilah yang akhirnya mengangkat nama mereka berdua jadi sutradara dan penulis naskah film berkelas internasional.
5. Sempat ngerasa dilema antara karier dan idealisme.
Kesuksesan Saw enggak lantas bikin hidup Wan jadi bahagia dan bergelimang ketenaran. Produser ngerasa bahwa Saw bisa menghasilkan banyak untung dan memutuskan buat bikin waralabanya. Awalnya, sih, Wan ngerasa senang aja. Lama-lama, film ini makin jauh dari keinginan Wan buat bikin film horor psikologi dengan sedikit darah tapi banyak ketegangan,
Film Saw pun dilabelin orang-orang sebagai “Torture Porn” alias memunculkan penyiksaan dengan sangat vulgar. Akhirnya, karena ngerasa enggak cocok, Wan mundur dari jabatan produser di film kelima Saw.
6. Enggak pernah kapok sama genre horor.
Kekecewaannya sama pihak produser film Saw enggak bikin Wan nyerah. Pada 2007, Wan menyutradarai film horor pembunuhan Dead Silence dengan sebuah boneka ventriloquist sebagai tokohnya. Masih di tahun yang sama, dia juga kembali berkolaborasi sama Whennel dan bikin film berjudul Death Sentence. Beda sama film-film sebelumnya, Death Sentence yang dibintangin Kevin Bacon ini berkisah tentang pembalasan dendam seorang ayah ke geng mafia yang udah ngebunuh anaknya dalam acara inisiasi. Lebih tepatnya, film ini bukanlah film horor, melainkan film mob.
Sebenarnya, dua film ini enggak jelek. Namun, plotnya dianggap biasa aja dan film ini enggak punya daya tarik kayak Saw. Akhirnya, Dead Silence dan Death Sentence gagal di pasaran.
Meminjam lirik “Hari Pertama”-nya JKT48, “Usaha keras itu tak akan mengkhianati.” Pada 2010, dalam program “Midnight Madness” Toronto Film Festival, mereka nunjukin karya kolaborasi lagi berjudul Insidious. Film ini pun meledak di pasaran dan mampu menjadi horor yang enggak cuma dipenuhi setan mengerikan. Efek-efek mengejutkan dan visualisasi yang disajiin berhasil bikin orang ketakutan waktu nonton di bioskop.
Wan dan Whannel enggak mau kejadian hancurnya dunia Saw terulang. Keduanya berusaha keras buat menjaga konsistensi cerita dan kengerian dalam waralaba Insidious lewat sekuel dan prekuelnya. Kabar baik buat pencinta horor, dilansir Collider, Insidious 4: The The Last Key bakal dirilis pada 5 Januari 2018, loh!
7. Jadi sutradara film horor belum tentu berani.
Meski udah berhasil bikin film-film horor, nyatanya, Wan adalah seorang penakut! Hal ini enggak terlepas dari latar belakang keluarganya serta masa kecilnya yang sempat dihabisin di Malaysia sebelum pindah ke Australia. Menurut Wan, mitos dan hantu di Asia Tenggara beragam dan mengerikan. Dalam wawancara yang dilansir Hindustan Times, dia justru bilang ketakutannya inilah yang bikin dia terus memproduksi film horor.
“Alasan gua bikin film-film horor adalah gua takut sama film-film itu. Kalau lo komedian, lo pasti punya selera humor yang bagus, ‘kan? Gua termasuk orang yang berpikiran terbuka. Gua enggak berpikir bahwa kalau gua enggak bisa lihat sesuatu, belum tentu sesuatu itu enggak eksis.”
Makanya, saat syuting, Wan selalu mastiin lampu-lampu di sekitar dia nyala. Jadi, dia enggak merasa takut sendiri. Dia pun ngaku kalau selama ini dia belum pernah ngelihat hantu. Kalau sampai ngelihat, mungkin dia bakal pensiun bikin film horor.
***
Di balik karya-karyanya yang seolah mampu menggali ketakutan terdalam manusia, Wan nyatanya takut sama hantu dan hal-hal supranatural. Namun, dia enggak manjain ketakutannya dan justru bikin film-film berdasarkan kekurangannya itu. Dia berhasil ngajak banyak orang buat ngerasain ketakutan terdalamnya lewat karya-karya film.
Lo sendiri takut sama apa, guys? Mungkin lo bisa manfaatin ketakutan itu jadi sebuah mahakarya kayak yang dilakuin oleh seorang James Wan.