OUR STORIES adalah rubrik eksklusif KINCIR yang hadir sebagai wadah untuk berbagi opini, kesukaan, rekomendasi, bahkan celoteh personal para kreator di balik KINCIR.
Tidak bermaksud menjadi narsistis, tetapi inilah kami.
Giring Ganesha. Siapa yang tidak kenal nama ini? Mungkin kalian beranggapan dia adalah salah satu musisi kebanggaan Indonesia. Bahkan, enggak mengherankan bila kalian mengetahui sosok Giring sebagai kader salah satu partai politik.
Ya, enggak banyak yang paham bahwa Giring Ganesha adalah sosok krusial di balik eksistensi KINCIR. Enggak banyak yang tahu juga Giring ternyata payah dalam hal bermain game kompetitif. Makanya, untuk mengawali hadirnya rubrik OUR STORIES, sosok bapaknya anak-anak KINCIR ini kami desak untuk sesekali gantian menulis. Revisi? Oh, tentu ada!
Mulai dari kerennya anak-anak KINCIR, kegagalan menaklukkan Summoner’s Rift, sampai ambisinya menjelajah antariksa, berikut cerita seorang Giring Ganesha yang enggak ada di media lain!
KINCIR Doyan Hang Out, Kantor Macam Apa Ini?
Sebagai orang pertama yang bercerita di rubrik OUR STORIES, aku mau kasih gambaran dulu kenapa KINCIR sangat berarti buatku. 2019 adalah tahun pembelajaran. It’s been a challenging year. Aku sempat nge-drop dengan karier perpolitikan. Untungnya, KINCIR seperti sudah seperti keluarga dan aku bisa semangat untuk bangkit lagi.
Dari situ, aku merasa harus berpikir positif. Tuhan itu adil. Di balik kegagalanku untuk masuk ke Senayan, aku justru lebih banyak menangnya. Lebih dekat dengan keluarga dan bisa ngobrol sama teman-teman di KINCIR lebih sering.
Tahun lalu, kami mulai sering bikin acara hang out. Mungkin kalian pikir, “Kantor apa, sih, main melulu?” Justru, di balik rentetan event itu, hubungan kami semakin erat. Besok paginya, pasti ada cerita yang bisa kami tertawakan bersama.
Menurut aku itu penting. Kami bisa menertawakan dengan keterbukaan, saling menerima dan melengkapi kekurangan masing-masing. Itu ciri-ciri tim yang sukses.
Setiap pagi, aku sapa mereka, semangat mereka sangat menginspirasi. Kami ngobrolin film yang sedang kami tonton, game yang sedang kami mainkan. KINCIR, ‘kan, memang berdiri dari apa yang kami sukai, yaitu film dan game.
Ngobrol dengan mereka, aku selalu dapat referensi baru. Aku belum tertarik nonton film Korea. Gara-gara KINCIR kasih nilai 10, aku nonton Parasite dan ternyata, gila film ini! Nonton Miracle at Cell Number 7, aku sampai nangis. The Kingdom juga bagus banget.
Aku salut dengan obrolan, musik, canda tawa teman-teman KINCIR. Ini adalah tempat anak-anak muda untuk berkarya bersama. Ya, aku senang banget dengan KINCIR. Coba, deh, seminggu saja nongkrong di KINCIR, kalian akan merasa berada di dalam lingkungan yang asyik.
Makanya, aku ingin banget berbagi ke kalian bahwa KINCIR bisa jadi andalan untuk kalian yang lagi cari rekomendasi terbaik seputar film dan game. Soalnya, aku berterima kasih buat kalian yang sudah baca setiap artikel di situs Kincir.com, nonton video-video kami di YouTube KINCIR – Cinema Club, dan semua penggemar esports di IESPL.
Ditambah lagi, KINCIR punya CEO baru, yaitu Pak Ronny. Beliau begitu banyak memberikan aku hal baru dan pembelajaran yang positif, misalnya bagaimana membesarkan perusahaan ini. Jadi, kami akan selalu memberikan yang terbaik demi memajukan peradaban bangsa dengan cara yang keren!
Ada juga Pak Rangga yang bangun KINCIR bareng-bareng dari awal. Kami bertiga berjuang bersama, berkolaborasi dengan maksimal. Akhirnya, KINCIR bersama IESPL, dapat banyak achievement di 2019. Tentu ini enggak bikin kami puas begitu saja.
Sempat ada ketakutan, dengan nyamannya suasana kantor, teman-teman KINCIR akan terlena dan tidak termotivasi. Ya, harus ada sosok yang selalu hadir untuk mengingatkan. Aku pun berusaha memotivasi agar mereka bisa menantang diri sendiri, mencoba membuat sesuatu dari sudut pandang yang belum pernah dicoba orang lain.
Menurutku, sekarang saat yang tepat bagi aku untuk mengambil peran itu. Aku ingin bisa dekat dengan anak-anak, apalagi sekarang perusahaan ini masih 40 orang. Kalau sudah 100 orang, pasti susah, sih. Aku percaya bahwa tim, tuh, jangan terlalu banyak supaya pembelajarannya efektif.
Untuk sekarang, aku coba merangkul mereka dengan kebiasan-kebiasaan seperti makan di pantry bareng-bareng, nonton film bersama, dan tentunya, hang out. Mungkin belum bisa merangkul semuanya, tapi aku berupaya membangun frekuensi yang sama.
Aku juga bersedia meluangkan waktu untuk teman-teman yang mau ngomong lebih in-depth. Pernah ada yang WhatsApp aku, “Mau ngomong, dong.” Aku senang kalau bisa jadi seorang teman yang mendengar keluh kesah mereka. Itu paling penting.
Masih ada, sih, yang jaga jarak dan enggak bisa duduk bareng. Berasa, ‘kan, yah? Ada kalanya aku lihat mereka lagi bercanda, aku mau nimbrung, tapi malah jadi sunyi (Ya, iyalah, Pak Giring, 'kan, bos –red). Aku lihat mereka enggak nyaman dengan kehadiran aku padahal mereka mau bercanda lebih banyak. It’s okay. Aku cabut saja.
Cuma, orang-orang seperti itu malah lebih banyak terbuka, bisa menceritakan apa yang sudah mereka lalui. Aku suka satu tempat duduk dengan orang yang sukses atas pengalaman mereka. Aku akan gali ilmu dan cerita mereka. Guru terbaik adalah pengalaman. Jadi, kenapa enggak?
Video Game dan Tantangan di Kehidupan Nyata
Semua pengalaman orang akan aku dengar. Aku juga cerita pengalaman aku. Misalnya, aku masih coba main League of Legends, tapi kalah melulu. Aku enggak bisa main FPS, tapi aku coba main COD Mobile pas teman-teman asyik main. Mau coba main Dota 2, susah ternyata.
Palingan, aku sekarang cuma main Overwatch sama anak-anakku di rumah. Oh, ya, aku juga sempat main Fortnite, tapi selalu gagal bunuh musuh. Katro banget memang. Cuma, aku enggak mau menyerah begitu saja. Masih banyak game yang aku ingin coba. Aku main Marvel Super War, Chess Rush, dan Free Fire.
Dari kesenangan bermain game, aku terlatih untuk berani ambil tantangan dengan risiko yang besar. Apalagi, tanggung jawab dalam kehidupanku semakin besar, terutama untuk KINCIR. Pokoknya, KINCIR harus terus berkembang dan teman-teman di sini merasa senang dan sejahtera.
Jujur, aku ingin KINCIR jadi perusahaan yang besar banget. Namun, bukan begitu hal yang diajarkan oleh para investor kami. Mereka lebih menekankan perusahaan dapat revenue, keuntungan, sehingga orang-orang yang membangun KINCIR bisa sejahtera bersama.
Suatu pagi, aku pernah ngopi bareng salah satu investor kami. Menurut dia, KINCIR sudah berada di jalur bisnis yang tepat. Beliau bilang, “Valuation itu cuma angka, tapi kesenangan enggak bisa dibeli.”
Akhirnya, KINCIR jadi seperti yang sekarang. Aku berharap di tahun ini KINCIR menjadi perusahaan yang semakin dibutuhkan dalam industri film, game, dan esports. Aku juga berharap KINCIR semakin maju dan orang-orang di dalamnya juga sejahtera. Untuk itu, kami harus punya tujuan yang sama, menggapai masa depan bersama.
Inspirasi dari Layar Kaca, Layar Lebar, sampai Luar Angkasa
Tahun ini aku menunggu-nunggu banyak hal. Salah satu hal yang paling aku nantikan adalah MCU dengan Fase 4-nya, terutama The Eternals. Cuma, menurutku Eternals itu kompleks, kuat banget. Kalau jagoan enggak bisa mati, serunya di mana?
Ingat Justice League? Superman muncul, Batman jadi enggak ngapa-ngapain. Sedangkan, waktu Thanos lawan Iron Man, Thor, dan Captain America, kita masih merasa bahwa mereka bisa kalah. Jadi, itu adalah hal penting dalam cerita superhero. Jagoan kita harus selemah mungkin.
Makanya, aku suka Batman. Dia manusia biasa yang mendapat semuanya dengan kerja keras. Di Batman Begins, kita bisa lihat dia rela memulai dari awal, rela mengasingkan dirinya sendiri sampai akhirnya ketemu Ras’ al Ghul. Dia berjuang untuk jadi pahlawan Gotham.
Kalau di Marvel, Iron Man terlalu ideal: keren, kaya, dan pintar. Aku lebih suka Star-Lord yang penuh semangat dan manusiawi. Walaupun hubungan mereka aneh, dia bisa kerja bareng Guardians of the Galaxy. Filmnya juga relate sama kehidupan kita.
Menurutku, James Gunn sebagai sutradara dan penulis film ini pintar banget. Kita enggak tahu latarnya di planet lain di jagat raya mana, tapi ada lagu-lagu dari tahun 1970—1980-an dari kaset lagu yang dibawa Star-Lord. Apalagi pas dia ngomongin Merry Poppins dan Dirty Dancing. Itu yang bikin film tersebut sinergi dengan kehidupan kita.
Seperti Guardians of the Galaxy, apapun yang berhubungan dengan luar angkasa, aku suka. Pada dasarnya, manusia suka bertualang. Zaman dulu, ada Colombus, Vasco da Gama yang menjelajah dunia dengan kapal. Sekarang, kita harus melihat angkasa luar.
Aku sering ngomong ke istriku, “Nanti di umur 55 tahun, kita jalan-jalan di Bulan, ya.” Aku juga ajak anak-anakku, “Suatu saat, kita harus pergi ke Mars.” Kebetulan, saat itu aku nonton dokumenter National Geographic tentang Mars. Ada cerita dari orang-orang yang sudah pergi ke sana. Di sana dingin banget. Jadi, aku harus betul-betul siap dengan perjalanan sekali seumur hidup.
Itu kenapa aku senang banget dengan Space X. Elon Musk sudah menginvestasikan semua uangnya untuk ke Mars. Roketnya sedang disiapkan supaya enggak cuma ke Bulan, tapi juga sampai Mars. Padahal, gravitasi dan cuacanya saja sudah beda.
NASA meredam semua rencana ke Mars dan planet lain karena bujetnya mahal. Ruang kontrol peluncuran roket saja diisi ratusan orang. Nah, di Space X, suasananya kayak kantor start-up.
Menariknya lagi, Elon Musk mau bikin roket bernama Falcon. Biasanya, begitu diluncurkan hingga di ketinggian ke sekian, roket bakal melepaskan orbit dan serpihannya jadi sampah. Kalau Falcon, orbitnya itu bakal balik ke Bumi. Ya, nantinya kita bisa benar-benar ke Bulan, tinggal naik Falcon.
Hal-hal seperti ini jadi inspirasi supaya aku semangat bangun dari tempat tidur demi meraih tujuan itu. Makanya, aku harap teman-teman di KINCIR juga selalu punya tantangan. Supaya semangat. Pasti ada sesuatu yang bisa dicapai lewat tantangan ini. Kalau enggak punya tantangan besar, kita enggak bakal berkembang.
***
Mau menanggapi cerita Giring Ganesha tentang keseruan KINCIR dan ambisi terpendamnya? Silakan ramaikan kolom komentar di bawah. Nantikan juga cerita-cerita seru lainnya dari anak-anak KINCIR hanya di rubrik OUR STORIES!