5 Formula Klise Film Superhero Hampir Menjenuhkan (Bagian 1)

Harus diakui, film superhero yang kadang dinilai buruk kritikus pun enggak pernah sepi penggemar. Bahkan tiap tahun, penggemarnya bertambah seiring dengan kualitas film yang disajikan. Semua adegan pertarungan dengan visual efek yang luar biasa, jadi daya jual dan daya tarik film superhero.

Kalau diperhatikan, film superhero punya formula adegan yang mirip. Malah, saking seringnya ditampilkan, jadi formula klise yang kadang bikin jenuh. Memang, enggak buruk, tapi formula klise tersebut seakan menempel di otak kita yang sebenarnya udah bisa nebak sekuens yang akan ditontonkan.

Enggak percaya? Kalian bisa cek lima hal klise film superhero yang lama-lama bikin bosan. Yuk, simak!

 

1. Final Pertarungan dengan CGI yang Besar

Salah satu daya tarik film superhero, apalagi kalau bukan pertarungan CGI yang besar sebagai klimaksnya. Ya, seperti di film Wonder Woman (2017) atau Avengers: Infinity War (2018) yang pertarungannya jadi “beban” para kru CGI.

Entah berapa banyak film yang nampilin adegan seperti ini. Semua pahlawan maupun villain pun menampilkan ke-badass-annya yang kita udah tahu pasti yang menang si pahlawan. Namun, para filmmaker bersikeras memasukkan hal itu, seolah-olah itu satu-satunya klimaks yang mungkin.

 

2. Superhero Berbadan Kekar dan Seksi

Via Istimewa

Kostum superhero cewek dalam film kerap mengalami beberapa modifikasi. Bahkan, penampilannya enggak terlalu dibuat-buat. Yang penting, memiliki wajah yang enak dipandang dan tubuh yang ideal. Dua hal itu udah membuat film superhero cewek banyak peminat. Contohnya, Wonder Woman, Black Widow, Scarlet Witch, dan sebagainya.

Sedangkan superhero cowok, selalu ditampilkan sosok yang bertubuh ideal ketika pakai kostum. Adegan dibuat slow motion ketika menampilkan si karakter yang setengah telanjang, seperti Aquaman atau Superman. Memang, ada beberapa karakter yang memiliki badan kurang “seksi” seperti Peter Parker atau Peter Quill, tapi pas pakai kostum, yakin, deh, semua langsung terpana.

3. Pasti Ada Hubungan Ayah dan Anak

Sosok ayah di film superhero tampaknya jadi hal penting pada momen kebangkitan si karakter. Kalau awalnya kita pikir para superhero memegang prinsip altruisme, ternyata itu bukan jadi unsur penting. Hubungan orangtua-anak justru yang memengaruhi ketahanan sang superhero.

Contohnya, Howard Stark yang menyebut putranya, Tony Stark, sebagai "ciptaan terbaiknya”. Hal itulah yang bikin Tony konsisten bahwa dia harus bisa diandalkan dan berguna bagi semua orang.

Lalu, Batman yang harus bertahan hidup setelah ditinggalkan Thomas Wayne, Thor juga putus asa untuk membahagiakan Odin, dan sebagainya. Meski klise, unsur ini menjadikan film superhero menjadi lebih manusiawi. Meski jenuh, formula ini jadi makna tersendiri.

 

4. Adanya Love Interest

Film-film superhero masih bergulat dengan paritas gender. Makanya, kita selalu lihat superhero yang punya film solo itu laki-laki. Kehadiran Captain Marvel pun menjadi pelopor adanya film superhero cewek.

Namun bukan itu yang dibahas. Karena banyaknya film solo superhero laki-laki, maka biar terlihat lebih manusiawi, unsur love interest jadi penting. Biasanya berawal dari ada karakter pendukung perempuan yang butuh diselamatkan, atau karakter perempuan yang percaya tentang adanya kekuatan super.

Bahkan walaupun ada usaha bagi filmmaker untuk menciptakan karakter protagonis perempuan yang kuat, ternyata enggak selalu dinomorsatukan. Contoh film Guardians of the Galaxy (2014), di mana untuk semua kejahatan Gamora, akhirnya tergantung pada Star-Lord menyelamatkannya.

5. Aktor Kulit Putih Bernama Chris

Via Istimewa

Entah enggak sengaja atau memang jadi formula, film superhero tampaknya tertarik dengan aktor yang bernama “Chris”. Sebut saja, Chris Evans, Chris Hemsworth, Chris Pine, Chris Pratt, dan Christian Bale. Selain itu, film-film superhero dibanjiri oleh para aktor kulit putih dari negara-negara berbahasa Inggris yang makmur.

Memang, enggak salah. Hal itu pun dimaklumi karena pembuat film superhero terkenal saat ini berasal dari Amerika. Jika memang sengaja, bisa jadi nama “Chris” dipilih karena superhero yang diciptakan enggak untuk dianggap sebagai “Tuhan” dengan kekuatannya. Melainkan, jadi orang-orang baik terpilih yang ditugaskan menyelamatkan dunia.

***

Bagaimana, kalian pasti familier dengan formula di atas, ‘kan? Ya, formula-formula di atas memang klise, tapi sekarang udah banyak filmmaker yang berinovasi menampilkan perspektif lain. Makanya, enggak heran kalau film superhero enggak pernah kehilangan penggemar dan selalu mencetak rekor Box Office. Simak bagian kedua hanya di KINCIR, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.