– Berbagai judul film Warkop DKI mulai ditayangkan di Netflix sejak 11 Februari 2021.
-Film-film ini enggak hanya memunculkan komedi slapstick, tetapi menyisipkan kritik sosial.
Ada hal unik dari deretan film Warkop DKI. Ditonton sekilas, film-filmnya memang seolah cuma menampilkan sekumpulan humor sebagai akibat dari perbuatan anggota Warkop –Dono, Kasino, Indro– yang selalu konyol. Namun, jika dilihat lebih dalam, film-film Warkop DKI selalu menyampaikan kritik sosial.
Nah, kabar baik buat kamu yang ingin menyaksikan humor legendaris Indonesia. Mulai 11 Februari 2020, beberapa film Warkop DKI dirilis di Netflix dan bisa kalian nikmati dengan tampilan yang nyaman di sana. Jika kalian mau melihat humor yang lawas, kelihatan effortless, tetapi sebenarnya sarat sama kritik sosial, tentu enggak mau melewatkan kesempatan ini di Netflix.
Simak, yuk, pilihan judul film Warkop DKI yang ditayangkan sama Netflix dengan cerita yang penuh kritik sosial!
1. Bisa Naik Bisa Turun (1992) – Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
Bisa Naik Bisa Turun menampilkan sekumpulan komedi ketika Dono, Kasino, dan Indro menjalani berbagai macam peluang karier. Namun, yang paling disorot adalah karier mereka di sebuah perusahaan yang cuma menerima cewek.
Bos di perusahaan itu orangnya mesum. Dono, Kasino, Indro, yang menyamar menjadi cewek di perusahaan itu bahkan dilecehkan pada saat penerimaan. Mereka disuruh menirukan adegan film Ghost di mana sang cewek membuat guci dengan dipeluk dari belakang.
Di perusahaan, pelecehan seksual dari atasan ini banyak terjadi. Namun, kadang para karyawan enggak berani melawan demi keselamatan karier di kantor.
2. Godain Kita, Dong (1989) – Mental Inlander
Sampai sekarang, banyak orang Indonesia yang masih merasa takjub sama bule, nah, hal itu terjadi nih dalam film Godain Kita, Dong. Sepulangnya dari Amerika Serikat, Dono datang membawa pacar bulenya, Madonna. Ini membuat Kasino dan Indro, pegawai om-nya Dono, menjadi cemburu dan berusaha mendekati Madonna.
Madonna menjadi pusat perhatian dan diperebutkan sama Kasino dan Indro dengan berbagai cara romantis. Ya, bahkan sampai sekarang orang Indonesia masih memperlakukan ekspatriat dengan spesial, terutama yang berdarah Kaukasian, hanya karena mereka dianggap sempurna secara fisik.
3. Depan Bisa Belakang Bisa (1986) – Orang rakus kena akibatnya
Masalah duit dan batu berharga memang bikin banyak orang gelap mata dan ini ditampilkan dalam film komedi Depan Bisa Belakang Bisa. Dono, Kasino, dan Indro bekerja sebagai detektif yang disewa sama Satomata buat mengawasi permata pameran. Namun, mereka juga disewa sama pihak asuransi yang curiga kalau Satomata mau pura-pura menjadi korban pencurian permata supaya bisa mengklaim kerugian asuransi.
Tingkah maruk Satomata ini, alih-alih bikin dia makin kaya, justru malah merugikan dia. Permata miliknya jadi rusak dan enggak berharga lagi. Penting, nih, kisah tersebut menjadi pelajaran bagi kita untuk enggak bersikap berlebihan.
4. Bebas Aturan Main (1993) – Bohong demi cinta
Dono, Kasino, dan Indro selalu hidup dengan dikelilingi oleh wanita cantik, tetapi mereka selalu sial. Hal tersebut sih seringnya terjadi karena mereka suka berbohong dan melebih-lebihkan kondisi diri.
Ada banyak adegan slapstick dan kekonyolan karena situasi dalam Bebas Aturan Main, tetapi seperti film Warkop DKI pada umumnya, selalu ada tema yang lebih besar. Dalam Bebas Aturan Main, Dono, Kasino, dan Indro punya pacar-pacar yang cantik, sayang bapak mereka punya dendam pribadi kepada trio Warkop DKI akibat Dono pernah enggak sengaja mengambil celananya di tempat renang.
Pada akhirnya, alih-alih berdiplomasi, Dono, Kasino, dan Indro lebih memilih menggunakan strategi-strategi supaya bisa masuk ke rumah pacar mereka. Tentu saja strategi itu gagal terus karena kesialan mereka. Walaupun pada akhirnya para cewek diizinkan buat pergi ke pantai bersama mereka, rentetan kebohongan yang sebelumnya mereka lakukan membuat sang bapak salah paham dan mengejar mereka sampai ke pantai.
5. Atas Boleh Bawah Boleh (1986) – Orang mata duitan dan orang yang kena tipu
Dibanding film-film sebelumnya, Atas Boleh Bawah Boleh enggak punya tema yang besar. Kejadian di dalamnya begitu random walaupun Suzy, suster cantik di rumah sakit menjadi benang merahnya.
Namun, ada banyak kritik sosial, nih, soal ekonomi. Contohnya, kayak dalam kejadian Dono yang menyamar menjadi mumi kemudian minta uang kepada seorang pasien. Tingkah Dono yang memanfaatkan orang tetapi mengejeknya menggambarkan banyak orang di kota besar yang enggak tahu terima kasih.
Setelah itu, Kasino juga menipu banyak orang dengan menjual koran yang katanya memuat berita fantastis. Alhasil, orang-orang pada marah karena berita-berita itu enggak ada. Nah, kejadian ini, walaupun platformnya beda, tetapi masih relevan sama fenomena clickbait. Orang-orang membaca berita cuma karena judul fantastis, bukan karena memang pengin mendapatkan informasi.
6. Makin Lama Makin Asyik (1987) – Perilaku womanizer
Makin Lama Makin Asyik menyorot perilaku trio Warkop DKI yang mengejar satu cewek bernama Erna dengan segala cara, termasuk dengan pura-pura menjadi cewek. Erna sendiri merupakan keponakan dari Tante Sarah, pemilik indekos, yang galak.
Kritik sosial terlihat dari adegan pacar Tante Sarah. Pacarnya ini sangat womanizer dan hobi melecehkan cewek. Bahkan, Dono yang dikira wanita pun dipaksa buat ke kamar bersamanya.
Perilaku womanizer ini melibatkan sogokan terhadap pelayan hotel yang seolah enggak peduli sama perilaku negatif para tamunya asalkan mereka mendapatkan duit. Ini seolah sesuai dengan lagu yang dibawakan oleh trio Warkop DKI dalam film ini: “kebiasaan anak muda dalam pergaulan masa kini..suka-suka sendiri”.
7. Lupa Aturan Main (1991) – Dunia penuh tipuan
Perilaku tipu-menipu memang banyak disorot dalam setiap film Dono Kasino Indro, karena kayak begitu hal yang dilakukan kebanyakan manusia di kota besar untuk bertahan hidup. Dalam Lupa Aturan Main, Boneng menjadi masalah bagi trio Warkop DKI dan para warkop girls, karena Boneng adalah perampok yang pura-pura menjadi polisi. Sampai sekarang, masih banyak kisah oknum tertentu yang berpura-pura menjadi pria berseragam untuk mengeruk keuntungan masyarakat.
***
Di balik komedi yang kerap kali dianggap mesum, kasar, bahkan dangkal, film-film Warkop DKI sebenarnya menyorot kondisi masyarakat yang penuh dengan kepalsuan dan ketamakan. Dibalut sama komedi, film Warkop DKI jadi tontonan yang menyenangkan kalau kalian mau menertawakan diri kalian sendiri dan keadaan di sekitar.