5 Film yang Nunjukin bahwa Privilege Enggak Selamanya Baik

Belum lama ini jagat media sosial diramaikan sama unggahan Maudy Ayunda yang menyebutkan bahwa dia baru aja keterima S2 di dua universitas bergengsi dunia, Harvard University dan Stanford University.

Pencapaiannya memang bisa dibilang keren banget dan enggak banyak yang bisa kayak dia. Di samping kesuksesannya di dunia hiburan, Maudy juga dikenal pandai dan berprestasi di dunia pendidikan. Akan tetapi, melihat kesuksesan Maudy, ternyata banyak juga yang jadi bahas soal privilege, bahwa jelas aja dia bisa seperti itu karena latar belakang hidupnya yang memang udah enak. Hmm, setuju, enggak? 

Via Istimewa

Sebetulnya, privilege itu mungkin memang dimiliki seseorang, tapi, enggak semua orang bisa memanfaatkan privilege ini dengan benar. Nah, kebetulan aja contoh bagusnya adalah Maudy Ayunda yang memang di samping udah punya kelebihan materi, tapi juga bertalenta dan mau berjuang buat ngelakuin hal-hal positif.

Sebenarnya ada juga, kok, yang meski udah punya privilege berupa keluarga yang serba mampu dan bisa ngasih akses ke pendidikan terbaik, tetap aja enggak bisa bersinar dan jadi inspirasi.

Privilege emang bagus, tapi kalau enggak dimanfaatkan dan dimaksimalkan dengan usaha, ya, tetap aja enggak ada artinya. Enggak percaya? Berarti kalian perlu nonton 5 film ini buat ngebuktiinnya.

 

1. American Psycho (2000)

Via Istimewa

Amerika Serikat adalah negara yang cukup terbuka dan sadar sama penyakit kejiwaan. Penyakit kejiwaan ini bahkan enggak pandang bulu, juga menjangkiti kaum berduit. Dalam American Psycho, seorang Patrick Bateman menghabiskan hidupnya dengan makan malam di restoran mewah, berbincang bersama koleganya tentang kemewahan di kehidupannya.

Bateman adalah psikopat yang sulit menerima kekalahan. Dia enggak bisa menerima kekalahan. Dia enggak bisa melihat orang lain lebih hebat dari dirinya. Makanya, dia melampiaskan kekesalannya itu dengan membunuh, bukan cuma orang yang dibencinya, tapi juga makhluk lain yang enggak ada kaitannya sama dia. Bahkan, perilaku psikopatnya itu terus berlanjut sampai akhirnya dia jadi buronan dan enggak menyesali perbuatannya sama sekali.

Memiliki penghasilan dari investasinya di pasar saham, gaya hidupnya mungkin adalah impian para milenial zaman sekarang. Namun, semua itu ternyata enggak membuatnya bebas dari mental illness alias penyakit kejiwaan.

 

2. Marie Antoinette (2006)

Via Istimewa

Marie Antoinette adalah nama yang melegenda dalam sejarah Prancis. Bukan karena kesuksesannya sebagai Ratu Prancis, melainkan karena kisah tragis yang mengantarkannya kepada kematian. Kisah ini pula yang diadaptasi dalam Marie Antoinette garapan Sofia Coppola.

Marie adalah seorang aristokrat yang senang menghamburkan uang untuk bersenang-senang. Dia senang berjudi, berbelanja pakaian mahal, dan sering mengadakan pesta besar. Sampai-sampai, saat krisis ekonomi di Prancis, dia juga dijuluki sebagai “Madam Defisit”. Karena sikapnya yang enggak bijak mengelola keistimewaan yang dimiliki sebagai ratu yang seharusnya mengayomi rakyatnya, akhirnya ia pun diadili oleh rakyatnya sendiri, digantung di Place de la Revolution (sekarang Place de la Concorde).

Karena enggak bijak mengelola privilege-nya, akhirnya dia malah dibenci dan dibunuh sama rakyatnya sendiri. Kematiannya disaksikan banyak orang yang sengaja datang buat menyaksikan Revolusi Prancis. Tragis, ‘kan?

3. The Great Gatsby (2013)

Via Istimewa

Kehidupan kaum sosialita enggak selamanya enak. Mungkin melihat mereka yang bergelimangan harta dan terbiasa hidup mewah memang bikin iri, tapi ternyata hal itu enggak selamanya menuntun kepada kebahagiaan. Diadaptasi dari novel berjudul sama karya F. Scott Fitzgerald, film yang dibintangi sama Leonardo DiCaprio ini ngasih lihat intrik kotor di kalangan sosialita. Enggak cuma menyoroti kehidupan sosialita pada 1920-an, The Great Gatsby sebagian besar ngasih lihat perselingkuhan.

Gatsby meraih privilege sedikit demi sedikit dari nol demi ketemu lagi sama Daisy Buchanan, mantannya yang sekarang udah nikah sama miliarder Tom Buchanan. Tom, dengan segala keistimewaan yang dimilikinya, bahkan juga selingkuh sama seorang cewek panjat-sosial, Myrtle Wilson. Ngerasa punya segalanya, dia juga enggak segan-segan melakukan kekerasan sama Myrtle yang cuma “simpanan”.

Pada akhirnya, privilege yang dimiliki sama Tom dan yang dicari sama Gatsby enggak berarti apa pun. Gatsby berakhir tragis karena skandal percintaannya, sementara Tom tetap dikenal sebagai si kaya brengsek yang bikin hancur kehidupan banyak orang.

 

4. The Wolf of Wall Street (2013)

Via Istimewa

Pada tahun yang sama, Leonardo DiCaprio juga membintangi film dengan tema serupa, kehancuran seseorang yang silau akan privilege tersebut. Jordan Belfort adalah seorang makelar saham yang sepuluh tahun kemudian menjadi tahanan karena dakwaan penipuan. Kisahnya ditulis dalam sebuah memoar karyanya sendiri yang kemudian dijadikan adaptasi dalam The Wolf of Wall Street garapan Martin Scorsese.

Jordan punya privilege berupa gaya pitching-nya yang agresif dan tentunya komisi besar dari hasil penjualan sahamnya. Hal itu mengantarkannya menjadi sangat sukses, sekaligus juga menjerumuskannya dalam dunia prostitusi dan narkoba. Namun, semakin lama, dia semakin sering melakukan pitching ilegal dan mendapatkan uang dari sana. Buat menyembunyikan “uang haram” itu, dia membuka rekening palsu di Bank Swiss.

Akan tetapi, FBI cukup cerdas buat mengendus kecurangannya. Dia akhirnya dipenjara selama tiga tahun dan seluruh asetnya dimatikan. Ternyata, punya banyak uang enggak bakal pernah cukup kalau kalian enggak bijak mengelolanya, ya. Bukannya bersyukur, kalian malah bisa jadi selalu kepingin lebih dan menghalalkan segala cara buat memuaskan keinginan enggak sehat itu.

5. All the Money in the World (2017)

Via Istimewa

Pernah kepikiran enggak, kalau kalian adalah orang kaya raya, keamanan kalian sebenarnya juga terancam. Itulah yang terjadi di All the Money in the World. Kekayaan yang dimiliki Paul Getty bikin cucunya, Paul Getty III diculik oleh kelompok penjahat terorganisasi demi uang tebusan yang enggak sedikit, 17 juta dolar. Yah, pada masa itu, nominal tersebut luar biasa banyaknya.

Diangkat berdasarkan kisah nyata, film ini nunjukin bahwa kelebihan materi juga bisa membawa kesengsaraan dan malapetaka. John Paul Getty III (diperankan oleh Charlie Plummer) adalah pencandu narkoba dan keluarganya broken home. Setelah diculik, bahkan kakeknya yang merupakan raja minyak di Amerika Serikat malah enggak mau membayarkan tebusan karena hal itu dianggap bahkan mengancam keluarganya yang lain. Ya, Getty punya 14 cucu lagi.

Meski akhirnya tebusan dibayarkan, bukannya bahagia punya kakek kaya raya, Getty Junior justru menderita seumur hidupnya. Dia menghancurkan dirinya sendiri meski punya privilege yang dibutuhkan buat sukses, yaitu kakek yang merupakan miliarder dan ayah yang seorang hakim.

***

Enggak selamanya privilege itu bisa jadi hal yang positif. Ibaratnya, privilege itu cuma batu loncatan dan keunggulan yang dimiliki tanpa diminta. Akan tetapi, kalau enggak bisa menyiasatinya, privilege yang dimiliki malah bisa jadi bumerang. Makanya, punya privilege atau enggak, kalian tetap harus bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin buat jadi versi terbaik dalam hidup kalian. Setuju?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.