– Daftar film semi Jepang di bawah ini punya skor kecil tapi raih penghargaan.
– Film semi Jepang ini biasa disebut pink film.
Membicarakan masalah film di Jepang memang enggak ada habisnya. Semua jenis film ada di sana, mulai dark animasi, drama, horor, thriller, bahkan sampai film porno.
Salah satu sisi perfilman Jepang yang menarik buat dibahas adalah film semi. Ada perbedaan besar antara film semi dan film porno. Film porno secara eksplisit memperlihatkan penetrasi dan premis cerita enggak harus padu. Kadang, premisnya ngawur dan dibuat-buat.
Sementara itu, film semi masih memiliki alur yang jelas, penokohan yang terstruktur, bahkan banyak yang memperhatikan kaidah-kaidah perfilman. Film semi juga enggak menunjukkan penetrasi dengan eksplisit, karena para aktor dan aktris biasanya memang cuma berpura-pura berhubungan seksual.
Film semi di Jepang sudah ada sejak era 1960, tetapi mencapai puncak kejayaan pada tahun 1980-an. Film semi ini disebut pink film atau pinku eiga. Istilah pink sendiri merujuk kepada warna kulit tubuh yang dipamerkan sedemikian rupa dan minim busana.
Buku berjudul The Pink Book: The Japanese Eroduction and Its Context menyebutkan bahwa beberapa elemen dasar ini dibutuhkan buat menentukan apakah sebuah film Jepang layak menjadi pink film. Yang pertama, film ini harus berdurasi sekitar satu jam. Yang kedua, ia difilmkan dengan pita kamera 16 mm atau 35 mm. Yang ketiga, ia adalah film dengan bujet minim, dan yang terakhir, di dalam film harus ada kuota tertentu untuk adegan seks.
Kebanyakan pink film mengusung genre drama, tetapi, seberapa layak, sih, film-film ini disebut drama? Apakah mereka betul-betul berkualitas, atau sekadar mengandalkan eksploitasi tubuh aja?
Berikut adalah deretan film semi yang cukup punya nama di Jepang.
1. Uncle's Paradise (2006)
Seolah enggak mau berbasa-basi, Uncle’s Paradise memberikan poster yang sensasional: seorang perempuan yang berpose telanjang dada, hanya dibalut celana dalam dan blazer yang menggantung di pundak.
Uncle’s Paradise berkisah tentang seorang lelaki penangkap cumi bernama Haruo yang tinggal dengan pamannya, Takashi. Takashi punya beberapa kebiasaan buruk: ketagihan minuman berenergi dan suka main cewek. Dia bahkan pernah menggoda pacar keponakannya sendiri yang bernama Rika.
Saat berdoa di kuil, seekor ular berbisa menggigit skrotumnya, menyebabkan kematian. Atas berbagai dosanya, Takashi pun masuk neraka. Setengah cerita pun menggambarkan bagaimana Takashi diselamatkan oleh Rika dan Haruo dari Raja Neraka.
Film komedi ini mendapatkan skor yang buruk di IMDb: 4,8. Namun, para pemerannya mendapatkan penghargaan di Pink Film Awards karena akting mereka yang dianggap total di dalam film erotis.
Nuansa dari film semi Jepang ini agak surealis dan humornya pun agak "aneh". Pada beberapa titik di mana kalian harus ketawa, mungkin kalian enggak benar-benar bisa ketawa.
2. Ambiguous (2003)
Isu bunuh diri memang banyak dipakai di dalam film-film Jepang, mengingat tingkat bunuh diri di sana cukup tinggi. Film erotis Ambiguous atau Aimai pun berangkat dari konsep sekumpulan anak muda yang berniat buat bunuh diri.
Mereka dipertemukan secara daring dan kemudian memutuskan buat pergi ke rumah salah satu anggota untuk bersama sebelum bunuh diri. Yang terjadi adalah banyak hal, termasuk hubungan seksual.
Meskipun enggak mendapatkan skor tinggi di IMDb, tetapi film ini mendapatkan pujian sebagai pink film. Isunya gelap, berbobot, tetapi masih memiliki sisi-sisi sensual yang membuatnya pantas dijuluki film erotis.
3. Wife to be Sacrificed (1974)
Film lawas ini memenuhi segala aspek untuk disebut sebagai film erotis. Judulnya sendiri mengarah pada sesuatu yang berhubungan dengan sensualitas. Sementara itu, posternya bergambar seorang cewek dengan pakaian tradisional yang memperlihatkan payudaranya.
Film ini berkisah tentang Akiko, seorang istri yang melihat suaminya, Kunisada mengintip cewek yang buang air dari dalam mobil. Ternyata, suaminya ini sudah menjadi buron kasus pelecehan seksual selama beberapa tahun.
Kisah pun kemudian bergulir menjadi kasus penyekapan Akiko oleh Kunisada. Di sana, dia dilecehkan sedemikian rupa dan menjadi objek seks. Namun, lama-kelamaan Akiko malah menikmati hal itu.
Film ini bener-bener mengandalkan erotisme. Adegan demi adegan berlangsung di luar nalar. Satu hal yang membedakannya dari film porno adalah penetrasi yang enggak terlihat. Pada dasarnya, alur film ini udah mirip banget sama alur-alur JAV pada umumnya.
4. Tokyo Decadence (1992)
Suka sama 50 Shades of Grey atau 365 Dni dan ingin melihat karya berbau sadomasokis yang lebih ekstrem? Tokyo Decadence adalah jawabannya.
Pink film ini berkisah tentang seorang mahasiswi lugu di Tokyo yang punya pekerjaan sampingan sebagai PSK. Suatu hari, dia ditawari proyek pembuatan film erotis fantasi di mana dia harus beradegan seks dengan konsep BDSM.
Konsep soft porn dari Tokyo Decadence bener-bener bikin enggak nyaman. Jangan bayangkan romantisme ala Christian Grey karena bukan cinta yang mau ditonjolkan dari film ini. Meskipun enggak se-mengganggu Wife to be Sacrificed, film ini tetap saja bukan film yang cocok ditonton kalau kalian menginginkan romantisme atau hal-hal manis lainnya.
Namun, di balik adegan-adegan ketelanjangan intens, film ini sarat akan makna. Inti dari film ini sebenernya adalah perjalanan Ai, sang tokoh utama, untuk menemukan dirinya sendiri.
5. The Glamorous Life of Sachiko Hanai (2003)
Layaknya Uncle’s Paradise, poster film The Glamorous Life of Sachiko Hanai terkesan murahan dengan gambar cewek yang berpose erotis –walaupun enggak ada ketelanjangan di poster itu–.
Namun, isi ceritanya cukup berbobot, lho. Seperti posternya juga, film ini memang penuh warna. Sachiko, seorang soap girl (istilah buat gadis pemuas nafsu), enggak sengaja melihat transaksi Yakuza di sebuah kafe.
Buat menghilangkan bukti, para Yakuza itu pun menembaknya. Namun, alih-alih mati, Sachiko malah hidup lagi dengan kemampuan super. Di sinilah petualangan Sachiko dimulai.
Berbeda dengan pink film pada umumnya yang sendu atau gelap, film yang satu ini asyik buat ditonton. Plotnya santai buat diikuti dan akhir kisahnya pun menyenangkan.
6. Sexy Battle Girls (1986)
Saat dipindah ke sebuah sekolah swasta, Mirai menyadari bahwa sang kepala sekolah adalah orang yang jahat. Dia memaksa para gadis untuk menjadi PSK dan pernah mempermalukan ayah Mirai. Mirai pun berkomitmen buat balas dendam dengan menggunakan tubuhnya. Yang setelah itu terjadi tentu beberapa aksi balas dendam seduktif dengan ketelanjangan Mirai.
Kalau kalian suka sama kisah-kisah beraroma politis, film ini bakalan asyik banget. Namun, sulit berkata kalau film ini bener-bener bagus buat semua kalangan karena pada beberapa adegan, kalian akan menemukan nuansa aneh yang biasa hadir dalam cult movies.
7. Ichijo’s Wet Desire (1972)
Film ini mengingatkan kalian pada era ketika film Indonesia bener-bener enggak malu untuk mempertontonkan hal-hal tabu. Kisahnya bener-bener panas: tentang seorang stripper bernama Sayuri Ichijo dengan kisah cinta dan persaingan di dunia penari striptease.
Jangan tanyain, deh, panasnya film ini: penuh dengan seks dan tarian erotis! Pada masanya, film ini meraup kesuksesan besar dan pujian. Enggak mengherankan, sih, karena Ichijo memang benar-benar penari striptease di dunia nyata. Dia benar-benar total dalam melakukan berbagai adegan dewasa.
***
Ada perasaan aneh saat menonton deretan film drama semi Jepang di atas. Seks memang kebutuhan semua orang, tetapi ketika dia hadir di dalam karya yang beredar di ruang publik, cuma segelintir orang yang bisa menikmatinya. Well, apakah kalian tertarik buat menontonnya?