7 Film Sekuel yang Harusnya Enggak Pernah Ada

– Deretan film sekuel di bawah ini mendapatkan skor rendah di IMDb atau Metacritic.
– Sebagian besar merupakan bagian dari waralaba film populer.

Ada dua alasan mengapa para sineas membuat sekuel dari sebuah film. Pertama, karena film tersebut memang belum selesai. Hal itu terjadi pada film yang diangkat dari novel seperti Harry Potter, The Lord of the Rings, atau film yang enggak cukup dibahas dalam satu sekuel saja seperti The Matrix dan Arthur and the Invisibles. Kedua, karena ingin mengikuti kesuksesan film utama atau memperbaiki kesalahan di film pertama, seperti fenomena Angry Birds 2 yang dianggap lebih berkualitas daripada Angry Birds pertama.

Namun, beberapa judul punya film sekuel “maksa” yang pada akhirnya, berakibat pada buruknya skor di situs rating. Film sekuel tersebut digarap dengan plot yang “maksa”, dengan pendalaman karakter yang dangkal dan cerita yang “dibuat-buat”. Nah, apa saja, nih, film sekuel yang sebetulnya enggak perlu dibuat? Coba kita simak bagaimana judul film di bawah ini “menghancurkan” nama baik film pendahulunya.

1. Despicable Me 3 (2017)

Seri Despicable Me, dengan minion-minion bodoh dan tokoh utama Gru si penjahat taubat yang antihero, mampu mencuri hati anak-anak dan orang dewasa. Buktinya, Despicable Me (2010) mendapatkan skor 7,6 di IMDb dan skor 72 di Metacritic. Kemudian, skor 7,2 di IMDb dan 62 di Metacritic pada Despicable Me 2 (2013).

Memang, penurunan skor dari film pertama ke film kedua memang enggak terlalu signifikan. Namun, hal yang berbeda terjadi pada Despicable Me 3. Ia bahkan cuma mendapatkan skor 6,3 di IMDb dan 49 di Metacritic. Nilainya jatuh banget, bahkan di versi Metacritic, anjloknya cukup parah dan masuk ke dalam zona kuning.

Beberapa pengulas dari IMDb dan Metacritic menyebutkan bahwa Despicable 3 adalah tontonan yang melelahkan. Enggak ada hal-hal yang unik dari sana, penonton hanya mendapatkan aksi-aksi yang enggak berkesan. Bahkan, mereka yang memberikan ulasan bagus berkata bahwa film ini bagus jika kalian cuma mencari sesuatu yang menghibur tanpa harus mikir berat-berat.

2. The Godfather: Part III (1990)

The Godfather mendapatkan skor 9,2 dari IMDb dan 100 dari Metacritic. Skor yang begitu tinggi, sulit dipecahkan. Skor tersebut didapatkan karena besutan Francis Ford Coppola dan Mario Puzo ini memiliki plot rapi, karakter-karakter kuat, dan tentu saja dialog yang bagus.

Skor The Godfather: Part II (1974) memang enggak jauh beda dari yang pertama.Seenggaknya, ia mendapatkan nilai 9,0 dari IMDb dan 90 dari Metacritics. Namun, The Godfather: Part III mendapatkan skor buruk, dengan kualitas yang dianggap anjlok dibandingkan dua pendahulunya.

The Godfather: Part II masih bisa “selamat” dari kritik pedas karena mengambil cerita soal bagaimana Michael Corleone mengambil alih kepemimpinan mendiang ayahnya, berselang-seling dengan kisah masa muda Don Vito Corleone.

Namun, The Godfather: Part III Menceritakan kisah pergolakan batin Michael Corleone yang ingin bertaubat, ditambah dengan sederet masalah keluarga. Skor The Godfather: Part III memang enggak rendah-rendah amat, yaitu 7,6 di IMDb dan 60 di Metascore. Namun peraihan ini jauh banget dibandingin kedua pendahulunya yang dianggap hampir tanpa cela.

3. Daddy’s Home 2 (2017)

Mau dibawa ke mana pikiran penonton saat menonton Daddy’s Home 2? Enggak tahu. Konflik di Daddy’s Home 2 memang enggak sepelik Daddy’s Home (2015), tetapi ceritanya enggak fokus. Daddy’s Home berkisah tentang seorang ayah tiri baik hati bernama Brad Whittaker yang sangat sayang dengan keluarganya. Kariernya mapan, ia pun selalu sabar dengan penolakan para anak tiri.

Masalah datang ketika Dusty Mayron, ayah kandung dari anak-anak itu, datang. Dustin Mayron rupanya ingin mengambil hati anak-anaknya dan balikan sama sang istri, membuat Brad jadi sangat kompetitif.

Sekuel dari film itu, Daddy’s Home 2, berkisah tentang liburan keluarga bersama saat Natal. Dustin dan Brad udah baikan dan jadi sahabat dekat. Namun, liburan ini jadi bermasalah karena ayah Dustin dan Brad juga ikut serta. Ayah Dustin adalah kakek yang jarang ada buat keluarga, sementara ayah Brad sangat lugu dan suka berteman dengan orang lain.

Kutukan sekuel buruk terjadi pada Daddy's Home karena film ini melibatkan banyak tokoh. Beberapa tokoh jadi enggak penting keberadaannya, bahkan dipaksain ada. Konflik-konflik pun juga sekadar seperti tempelan belaka.

Skor Daddy's Home adalah 6,2 di IMDb dan 40 di Metascore. Sementara itu, skor Daddy's Home 2 adalah 6,0 di IMDb dan cukup anjlok di Metascore, yakni 30.

4. Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)

Ada Apa dengan Cinta? (2002) adalah film remaja ikonis dengan berbagai pujian. Puja-puji penonton datang karena semua elemen dalam AADC memang dipersiapkan dengan matang. Ia dirilis usai ‘masa vakum’ perfilman Indonesia, diperankan dua pemain dengan akting yang alamiah, cerita yang dekat dengan kehidupan remaja, dialog kuat, dan ending yang mengharukan.

Sebetulnya AADC 2 bisa menjadi film yang bagus andai saja kisah dan penokohannya enggak maksa. Geng mading sudah dewasa dan seharusnya enggak bertingkah kayak anak remaja dalam menghadapi asmara.

Sementara itu, alurnya seolah hanya dibuat untuk memuaskan dahaga penonton yang ingin Rangga dan Cinta bersatu. Padahal, jika keduanya ternyata enggak bersatu, justru film ini berpotensi menjadi legendaris karena memberikan pelajaran bahwa enggak semua hal yang rusak bisa kalian perbaiki, salah satunya adalah janji.

Di IMDb, skor AADC adalah 7,8. Ia juga meraih berbagai penghargaan di Festival Film Indonesia, salah satunya adalah Rudi Soedjarwo sebagai “Sutradara Terbaik”, Dian Sastrowardoyo sebagai “Aktris Terbaik”, dan Anto Hoed-Melly Goeslaw raih “Scoring Film Terbaik”.

Skor IMDb untuk AADC 2 memang enggak jauh berbeda, cuma 7,4 di IMDb. Namun, film sama sekali enggak dinominasikan sebagai “Film Terbaik” seperti pendahulunya. Dian Sastrowardoyo bahkan enggak mendapatkan nominasi. Film ini hanya mencatat scoring dan soundtrack sebagai pemenang dalam FFI 2016. Selebihnya, hanya nominasi untuk Sissy Priscillia sebagai “Aktris Pendukung”, Pinot W.I sebagai nomine “Editing Terbaik”, dan Chitra Subyakto dalam nominasi “Desain Kostum Terbaik”.

5. Ayat-ayat Cinta 2 (2017)

Ayat-ayat Cinta 2 sebetulnya punya konflik yang cukup menarik di dalam versi novel. Sayangnya, versi film sangat gagal mengadaptasi hal tersebut. Bahkan, film ini memberikan banyak hal janggal yang diperparah dengan penggambaran Fahri sebagai cowok sempurna.

Ayat-ayat Cinta 2 berkisah tentang kehidupan Fahri sebagai dosen di Edinburgh. Aisha enggak diketahui keberadaannya usai adanya bom di Palestina. Fahri kerap mengalami rasisme, terutama dari tetangganya. Namun, lagi-lagi Fahri terjebak di dalam cinta segitiga, termasuk sama tetangganya yang rasis itu. Bahkan, film ditutup dengan akhir yang begitu menyebalkan dan enggak masuk ke dalam nalar.

Ayat-ayat Cinta (2008) mendapatkan skor 7,1 di IMDb dengan nominasi “Aktor Terbaik” dalam Festival Film Indonesia. Sementara itu, Ayat-ayat Cinta 2 mendapatkan skor 5,6 di IMDb dengan nominasi “Aktris Pendukung Terbaik”.

6. Home Alone 3 (1997)

Masih dengan formula “anak yang ketinggalan dan harus menghadapi penjahat”, Home Alone 3 enggak berhasil buat mengekor kesuksesan para pendahulunya. Home Alone (1990) mendapatkan skor 7,6 di IMDb. Sementara itu, Home Alone 2 (1992) dapat skor 6,8. Bagaimana dengan Home Alone 3? Film sekuel ini hanya mendapatkan skor 4,5!

Buruknya skor tersebut disebabkan oleh banyak hal. Pertama, tokoh utama bukanlah Kevin lagi. Padahal, konflik antara Kevin dan keluarganya-lah yang menghangatkan hati. Kedua, para penonton di IMDb menganggap kalau ceritanya agak dibuat-buat dan plot-nya enggak asyik. Itulah barangkali alasan kenapa Home Alone 3 enggak diputar sesering kedua pendahulunya saat natal.

7. Film Taken 3 (2014)

New York Daily mengatakan hal yang sangat sadis tentang Taken 3: satu hal yang diambil (taken) oleh film ini adalah duit tiket Anda. Taken 3 sebenernya enggak jelek-jelek amat, tetapi dibandingkan dengan kedua pendahulunya, skor dan review yang didapatkan memang jauh lebih buruk. Senada dengan New York Daily, penonton di IMDb menyebut Taken 3 ini sesuatu yang bikin pusing dan enggak jelas arahnya ke mana.

Taken 3 mendapatkan skor 6 di IMDb dan 26 di Metascore. Padahal, Taken (2008) mendapatkan skor 7,8 di IMDb dan 53 dalam Metascore. Sementara itu, Taken 2 (2012) mendapatkan skor 6,4 di IMDb dan 45 di Metascore.

Seri Taken berkisah tentang mantan agen rahasia Bryan dan segala aksinya melindungi keluarga dan melawan para penjahat keji. Taken 3 dianggap buruk karena kisah Bryan yang dianggap kurang unik, terlalu maksa, dan membosankan.

***

Meskipun film sekuel di atas mendapatkan rating yang jauh lebih buruk, penghasilan yang mereka raup sebetulnya cukup besar, lho. Jadi, walaupun ceritanya 'maksa', dengan risiko rating jelek yang tentu saja bakal mereka ambil selama itu berpotensi ditonton banyak orang.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.