*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Sampai Jadi Debu yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Konsekuensi dari tumbuh dewasa adalah menyaksikan orangtua yang kian renta. Sedikit demi sedikit, kemampuannya berkurang. Di titik itu, mereka akan sangat membutuhkan anak-anaknya untuk merawatnya. Premis inilah yang menggarisi cerita film Sampai Jadi Debu yang tayang di Klik Film.
Sinopsis film Sampai Jadi Debu berkisah tentang seorang ibu (Cut Mini) penderita Alzheimer. Dia dijaga bergantian oleh anak-anaknya. Damar (Wafda Saifan) yang berada di Jakarta harus pulang untuk merawat ibunya. Damar dihadapkan pada dilema besar, yakni merawat ibunya dan meninggalkan kekasihnya, Laras (Yasamin Jasem).
Film ini sudah bisa kamu saksikan sejak 8 April. Berikut review film Sampai Jadi Debu khas KINCIR.
Pesan Dalam dari Cerita yang Sederhana
Damar adalah anak bungsu yang begitu sibuk dengan pekerjaannya di Jakarta. Dia nyaris tak pernah pulang ke Solo untuk bertemu orangtuanya, sampai ayahnya meninggal dunia. Hal itu begitu dia sesali.
Damar kemudian sadar bahwa ibunya menderita Alzheimer. Ibunya lupa dengan hal hal sederhana, yang tentu membahayakan. Kakak-kakak Damar mengajukan agar rumahnya dijual dan ibunya Damar tinggal bersama kakaknya. Namun Damar menolak, dia memilih sering-sering cuti hingga bisa pulang ke Solo. Hingga, Damar memilih resign dari pekerjaannya supaya bisa merawat sang ibu.
Damar meninggalkan Laras, pacarnya di Jakarta. Laras yang masih cinta pada Damar menyusul ke Solo dan percikan konflik pun mulai terjadi antar keduanya. Bagaimana kisah ini diakhiri? Simak selengkapnya di Klik Film.
Meski berdurasi yang tak terlalu panjang dengan alur cerita yang sederhana. Film ini mampu menghadirkan pesan yang dalam tentang pilihan hidup seseorang. Cerita dari film ini mungkin terasa dekat dengan orang yang mengalami perjalanan hidup yang sama. Apalagi bagi seorang laki-laki yang kerap terbentur untuk memilih mengurus orangtua atau melanjutkan hidup di perantauan.
Dari Lagu jadi Film
“Sampai Jadi Debu” adalah sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Banda Neira. Lagu ini sempat booming di dunia musik sekitar 2016. Sinopsis lagunya berkisah tentang kesetiaan sepasang kekasih yang berjanji untuk sehidup semati.
Nah, di film ini, sebetulnya lagu tersebut tidak terlalu mewakili jalan cerita filmnya. Film ini lebih menitikberatkan pada kisah antara ibu dan anaknya. Hanya saja, di akhir film, ada sedikit adegan yang cukup menunjukan salah satu lirik dari lagu tersebut.
Konflik Singkat yang Kurang Membekas
Film Sampai Jadi Debu ini berdurasi satu setengah jam. Namun rasa-rasanya, konflik dalam film ini baru menguat pada 15 menit terakhir ketika Laras dan Damar berselisih hebat. Sangat disayangkan, film yang punya premis sebaik ini justru minim konflik yang mengikat.
Sebelum konflik antara Damar dan Laras, memang ada konflik antara Damar dan kakak-kakaknya, tapi itu juga tak terlalu kuat. Bahkan, keputusan besar Damar untuk pindah ke Solo terjadi setelah lebih dari setengah film berjalan. Padahal, itu jadi salah satu gerbang pembuka konflik utama dalam film ini.
Makin Epik dengan Akting Cut Mini
Tak bisa dimungkiri, Cut Mini adalah aktris senior di belantika film Indonesia. Kapasitasnya makin dia tonjolkan dalam film Sampai Jadi Debu ini. Dia berperan sebagai Ibu Sugeng, seorang istri yang baru ditinggal suaminya. Parahnya, Bu Sugeng ini menderita Alzheimer, dia bahkan tak mengingat apapun.
Satu-satunya ingatan yang begitu lekat tersimpan adalah kebiasaan suaminya yang kerap menaruh bunga melati di dalam sarung bantalnya. Sebagai seorang aktris yang begitu matang, Cut Mini benar-benar masuk ke dalam perannya.
Dia berhasil menjadi seorang wanita Solo dengan logatnya yang kental. Dirinya berhasil mendalami karakter penderita Alzheimer dengan ciamik. Beberapa dialognya berhasil menyentuh. Mungkin kalau bukan Cut Mini yang memainkan karakter ini, ceritanya bisa saja hambar.
Padahal, peran ini pertama kalinya bagi Cut Mini memainkan karakter yang mengidap penyakit Alzheimer. Sebelum syuting, dia menggali serba-serbi tentang penyakit tersebut lewat pengalaman teman terdekatnya, buku, dan film. “Senang sekali, akhirnya film ini tayang. Karena, begitu mendapatkan cerita ini, tidak ada keraguan saya untuk memainkannya,” ujar Cut Mini dalam konferensi pers.
Potensi Akting Wafda Saifan
Wafda Saifan mengungkapkan bahwa dirinya harus pergi ke psikolog setelah mengetahui peran dan alur cerita Sampai Jadi Debu. Menurutnya, film ini memiliki cerita yang magis, sederhana, dan mungkin terjadi di kehidupan siapapun, termasuk dirinya. “Bagaimana ketika saya kehilangan ibu saya (di dunia nyata). Saya enggak sanggup dan itu jadi ketakutan awal saya,” ujar Wafda.
Hasilnya, akting Wafda di film ini patut diacungi jempol. Potensi aktingnya bisa menjadi jalan kariernya yang makin cerah di masa depan. Beradu akting dengan Cut Mini, akting Wafda makin mumpuni.
Film Baru yang Terkesan Lawas
Film Sampai Jadi Debu disutradarai oleh Eman Pradipta. Tidak banyak hal yang mengganggu dari segi pengambilan gambar dalam film ini. Hanya saja pemilihan warna visual yang jadi terkesan lawas.
Terlebih, beberapa kali pemilihan mode transisi film ini juga terkesan agak jadul. Beruntung, scoring yang diperdengarkan makin sendu dan mendalam, tapi tidak menambah kesan kuno pada filmnya.
***
Film ini dibintangi Wafda Saifan sebagai Damar, Yasamin Jasem sebagai Laras, dan Cut Mini sebagai Ibu. Ketiganya punya porsi masing-masing bekerja sama membangun cerita film ini dengan baik.
Buat kamu yang penasaran dengan kolaborasi apik dari Wafda Saifan dan Cut Mini dalam membangun cerita ibu dan anak yang menyentuh, langsung meluncur ke Klik Film dan nikmati film ini sekarang juga.