Setiap kali membicarakan tentang film panas, banyak orang yang kemudian berpikiran tentang negara-negara yang melegalkan konten pornografi seperti Amerika Serikat, Belanda, atau Jepang. Namun, bukan hanya negara-negara tersebut, sebetulnya negara-negara di Asia Tenggara juga pernah memproduksi film-film semi, atau film dengan muatan ketelanjangan dan seks.
Dianggap enggak sesuai dengan budaya negara-negara Asia Tenggara, film-film semi ini pernah heboh hingga panen kritik dan bikin pemainnya dibicarakan dalam waktu yang lama. Hingga saat ini, label pemain film panas pun sulit dilepaskan dari para pemainnya.
Apa saja film panas Asia Tenggara yang dianggap melanggar norma kesopanan Asia Tenggara dan banyak dibicarakan?
Ini dia deretan film panas Asia Tenggara yang mengundang kontroversi
Liberated 1 & 2 (2003 & 2004)
Filipina tercatat cukup banyak memiliki film semi pada tahun 80-an hingga 2000-an. Salah satu yang paling fenomenal adalah Liberated 1 & 2.
Dua film ini agak lucu karena meskipun menggunakan angka dan memiliki casts sama, tetapi keduanya enggak punya hubungan cerita sama sekali. Bahkan, pada Liberated 1, karakter utamanya adalah Pauline-Trixie dan Liberated 2, karakter utamanya Fatima-Janelle.
Keduanya sama-sama bercerita tentang para perempuan yang sexually liberated, walau konfliknya berbeda. Ada yang tentang perebutan pacar, ada juga tentang perempuan yang walaupun sudah sering melakukan aktivitas seksual, tetapi masih menjaga keperawanan.
Keduanya buruk dari segi cerita, tetapi heboh dari segi ketelanjangan. Keberanian Francine Prieto (nama panggung Anna-Marie Falcone) dan Diana Zubiri (nama panggung Rosemary Joy Garcia) dalam melakukan adegan panas dan membuka pakaian membuat keduanya menjadi bom seks Filipina selama bertahun-tahun, bahkan tetap enggak pernah dilupakan walaupun kini keduanya sudah “bertaubat.”
Kedua film ini enggak hanya heboh di Filipina, tetapi juga di negara Asia Tenggara lain termasuk Indonesia. Pada masa ketika situs film ilegal masih marak, film ini sangat banyak diunduh.
Masamang Damo (1996)
Sebetulnya, begitu banyak film panas Filipina yang kerap dibicarakan bertahun-tahun, tetapi selain Liberated, Masamang Damo mungkin salah satu yang paling fenomenal. Dibandingkan Liberated, ceritanya memang agak serius: tentang seorang pria paruh baya (dimainkan oleh Joco Diaz) yang harus berurusan dengan banyak preman dan membahayakan keluarganya.
Namun, sebetulnya saat menonton film ini, fokus penonton bukanlah pada cerita melainkan adegan panas Joco Diaz dengan lawan mainnya, Jessa Zaragosa. Adegan seks antara mereka berdua memang terlihat sangat intens bahkan “menembus batas kewajaran” film semi.
Hal yang bikin film ini banyak diperbincangkan hingga bertahun-tahun bukan hanya karena adegan itu terlalu panas, tetapi juga karena Jessa Zaragosa kemudian berkarier sebagai penyanyi dan menjadi salah satu penyanyi yang terkenal serta berkualitas. Maka, film ini dianggap menjadi salah satu “aib masa lalu” Jessa Zaragosa.
Cewek-Cewek Pelaut (1988)
Jika ngomongin film panas Asia Tenggara, rasanya enggak mungkin meninggalkan Indonesia. Kiwari, peraturan tentang pornografi dan censorship di Indonesia memang cukup ketat, tetapi enggak pada tahun 80-90an. Pada masa “kelam perfilman Indonesia” tersebut banyak beredar film panas yang enggak segan-segan menunjukkan ketelanjangan, salah satunya tentu saja Cewek-Cewek Pelaut. Bukan hanya satu, lebih dari tiga perempuan yang terang-terangan menunjukkan ketelanjangan di sini.
Sesuai dengan judulnya, Cewek-Cewek Pelaut berkisah tentang kapten kapal perempuan dan para ABK-nya yang juga para perempuan serta suka-duka mereka menjalani kehidupan di kapal.
Karena banyak adegan panas, banyak versi VCD ilegal dengan catatan 17+ yang dijual di pasaran dan tentunya laris manis. Cewek-Cewek Pelaut sendiri dibintangi Debby Cynthia Dewi, aktris yang pada masa tuanya kerap bermain sebagai tokoh antagonis dalam sinetron.
Pembalasan Ratu Laut Selatan/Lady Terminator (1988)
Jika berbicara tentang film panas Indonesia dari masa ke masa, potongan adegan film ini pasti kerap muncul, tentunya dalam versi tersensor di berbagai media. Sang aktris, Yurike Prastika pun sempat dinobatkan sebagai “bom seks” pada masanya.
Sosok Nyi Roro Kidul memang kerap dihubungkan dengan sensualitas. Namun, dalam film ini, sensualitasnya diperlihatkan dengan amat terang-terangan, melalui adegan-adegan panas dan baju-baju menerawang. Enggak hanya aktris yang memainkan Nyi Roro Kidul saja, para dayangnya pun menggunakan baju-baju menerawang yang memperlihatkan area sensitif mereka.
Pembalasan Ratu Laut Selatan ini juga menunjukkan pembalasan yang bukan soal perang-perangan saja, tetapi… pembalasan dalam bentuk hubungan seks. Makanya, enggak heran kalau film ini selalu menjadi ikon film erotis Indonesia.
Jan Dara (2001)
Jan Dara bukan film erotis yang hanya menjual tubuh perempuan saja. Lebih dari itu, sebetulnya ceritanya kompleks dan ada beberapa bagian yang membuat penonton menjadi sedih.
Jan Dara adalah anak yang ibunya meninggal sejak kecil. Ayahnya enggak mencintainya, itulah mengapa ia diasuh oleh sang bibi sejak kecil. Namun, ayahnya ternyata menjalin hubungan dengan sang bibi dan memiliki anak. Jadi, walaupun Jan Dara berlimpah kekayaan, ia enggak merasa bahagia.
Jan Dara dipenuhi dengan adegan seks yang begitu intens. Bahkan, banyak adegan hubungan badan yang disorot close-up. Film ini sendiri, pada saat didistribusikan, dilabeli sebagai film erotis.
Versi 2001 ini adalah versi remake dari tahun 1977, kemudian diremake kembali pada tahun 2012. Diangkat dari novel tahun 1964, film ini dalam perilisannya menuai banyak kontroversi.
Naked Truth/Bay Ngot Ngao (2022)
Belum lama ini, Vietnam juga merilis film yang enggak hanya erotis, tetapi penuh kekerasan. Oleh karena itu, film bertajuk Naked Truth/Bay Ngot Ngao
Ini menuai banyak kontroversi dalam penayangannya.
Sebetulnya, Naked Truth memiliki cerita yang menarik. Diangkat dari sebuah karya situasi komedi, Naked Truth memberikan kisah yang lebih kelam dan kompleks tentang empat sahabat semasa kecil yang bertemu kembali. Bukan cuma nostalgia, pertemuan ini membuka tabir gelap tentang trauma hingga kekerasan dalam rumah tangga.
Menyinggung tentang KDRT, ada banyak adegan panas sekaligus kekerasan yang memang jadi bikin enggak nyaman bagi siapa pun yang menontonnya.
Beberapa film di atas bisa ditonton secara legal di platform VOD, tetapi beberapa justru sudah “menghilang dari peredaran”. Menurut kamu, apakah adegan 18+ di film-film tersebut layak untuk dimasukkan, atau hanya sekadar supaya film laris saja pada masanya?