Film Musik Makan 2020 kembali digelar. Di tahun keenam ini, Film Musik Makan fokus pada sejumlah karya baru dan segar dari sineas Indonesia. Untuk pertama kalinya, gelaran ini membuka kesempatan bagi sineas film pendek mendaftarkan filmnya untuk dikurasi dan ditayangkan di Film Musik Makan pada 8 Maret 2020 di GoetheHaus, Jakarta.
Dari 126 film pendek yang masuk proses kurasi, hanya dua yang terpilih, yakni Astral karya Piet Patrik dan Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka dari sutradara Putri Sarah Amelia. Nantinya, Kedua film tersebut akan tayang perdana bersama film pendek lainnya, yaitu Bura (2019) dan Kiwa (2014).
Dok. Kolektif Film
Bura karya Eden Junjung yang merupakan nominasi film pendek terbaik Festival Film Indonesia 2019 dan berkompetisi di Singapore International Film Festival 2019. Sementara Kiwa dari sutradara Loeloe Hendra yang sebelumnya melahirkan film Onomastika, film pendek yang berkompetisi di Festival Film Indonesia 2014 dan Generation K Plus Berlinale Film Festival 2015.
Film Musik Makan 2020 ini akan memutar beberapa film, diantaranya The Adams: Masa-Masa Sebuah Dokumenter Pembuatan Album Agterplaas karya Cakti Prawirabishma, Between The Devil and Deep Blue Sea karya Dwi Sujanti Nugraheni, dan Mountain Song karya Yusuf Radjamuda.
Film dokumenter The Adams yang berdurasi 45 menit ini memotret proses kembalinya The Adams ke dapur rekaman setelah absen selama 13 tahun. Sejak tahun 2014, album yang bertajuk Agterplaas tersebut akhirnya rilis dan akan diputar perdana di publik lewat Film Festival Makan 2020.
Sementara, film Between the Devil and Deep Blue Sea karya Dwi Sujanti Nugraheni adalah sebuah film berkompetisi dalam International Documentary Film Festival-Amsterdam (IDFA) 2012 dan menyabet penghargaan Best Film di Salaya Doc (2013) juga Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia (2013). Nantinya, film panjang tersebut akan mengangkat sebuah cinta Ona, perempuan muda yang memiliki ambisi menjadi ahli biologi kelautan asal Kaledupa, Sulawesi Tenggara.
Selain dua film panjang di atas, selanjutnya ada film Mountain Song karya Yusuf Radjamuda. Sebuah film yang digarap oleh Ifa Isfansyah dan Fourcolours Films ini diharapkan nantinya bisa menyapa penontonnya lebih luas lagi setelah berkeliling di festival internasional dan tayang di Film Musik Makan 2020. Mountain Song juga sempat menyabet penghargaan New Talent Award Best Scriptwriter di Shanghai International Film Festival 2019 silam.
Enggak hanya itu, sajian Film Musik Makan sepertinya enggak lengkap tanpa makan. Yap, Lapak Makan Sineas siap mengisi bahan bakar para pencinta film yang bakal hadir, nih. Kali ini, salah satu dari yang lainnya, Mamu & The Yellowhands akan memberikan citra rasa herbal yang menyehatkan lewat racikan jamu, yakni kunyit asam, temulawak, dan beras kencur. Penata artistik Film Galih dan Ratna, yakni Dito Gambiro adalah sosok di balik Mamu & The Yellowhands.
Film Musik Makan adalah acara pemutaran film, diskusi, musik, dan kuliner hasil inisiasi Kolektif Film. Memasuki gelaran ke-7 di 2020, Film Musik Makan tahun ini juga akan digelar di 8 kota lainnya, lho.
Nah, pas banget, nih, buat kalian yang pencinta film dan masih bingung mau nonton film pendek Indonesia yang udah keliling dunia di Film Musik Makan 2020 tempatnya. Enggak Cuma nonton aja, tapi kalian juga bisa berdiskusi sampai puas dengan para sineas lainnya.
Udah siap datang ke acara yang bakal menuntaskan dahaga nonton film keren kalian? Pantengin aja Instagram Kolektif Film dan KINCIR untuk informasi terbarunya, ya.