Perkembangan media sosial memang bikin banyak wacana mudah untuk mengalir ke mana saja, termasuk opini tentang karya-karya seperti film. Dalam memaknai sebuah film, setiap individu punya reaksi dan pendapat yang berbeda. Terkadang, pendapat itu bisa berbentuk protes atau malah ketersinggungan.
Perfilman Indonesia enggak selalu menyajikan karya yang “aman”. Seringkali, beberapa film berpotensi menimbulkan kontroversi, baik karena dianggep enggak sesuai dengan norma yang berlaku atau menyinggung identitas tertentu.
Nah, pada era 2006-2008-an, beberapa film ini bisa masuk ke bioskop tanpa keributan yang terlalu berarti. Namun, jika film-film ini dirilis sekarang, pasti bisa menimbulkan keributan, bahkan mungkin somasi.
Simak, yuk! Film komedi Indonesia tentang seks yang bisa bahaya jika ditayangkan sekarang
Basahhh (2008)
Membicarakan tentang film dengan isu seksualitas pada tahun 2005-2012-an memang enggak pernah ada habisnya. Basahhh adalah salah satunya. Sebetulnya, konsep ceritanya hampir sama dengan XL (Xtra Large). Namun, Basahh menggunakan karakter anak SMP dan permasalahan mimpi basah yang mereka alami.
Dimas, Ojan, Didot, Alvin, yang tergabung dalam geng Macho, sangat senang membicarakan perempuan. Sayangnya, teman mereka, Didot, sama sekali enggak nyambung saat membicarakan hal itu.
Konklusi mereka, hal itu terjadi karena Didot belum mendapatkan mimpi basah. Berbagai cara pun mereka lakukan mulai dari memberikan film panas sampai menyewa PSK. Namun, Didot sendiri sebetulnya naksir dengan Anissa, teman sekolahnya yang solehah dan merupakan gadis baik-baik.
Dengan cast anak di bawah umur, belum lagi kisah tentang PSK dan sederet hal mesum lainnya, film coming of age ini berpotensi mendapatkan protes besar kalau dirilis pada era kemajuan Internet seperti saat ini. Apalagi, ceritanya enggak dalam dan hanya menonjolkan komedi seksual.
Basahhh bisa ditonton di Vidio
XL (Xtra Large): Antara Aku, Kau, dan Mak Erot (2008)
Kendati judulnya “panas”, XL (Xtra Large): Antara Aku, Kau, dan Mak Erot lancar melenggang ke bioskop tanpa harus mengganti judul. Padahal, XL sendiri enggak merujuk kepada ukuran baju, celana, atau tubuh, melainkan alat kelamin laki-laki.
Sejak awal, film ini sudah mempertontonkan cerita-cerita seks tanpa tedeng aling-aling. Deni, Stefan, dan Juno adalah tiga sahabat sejak SMA yang berbeda latar belakang dan karakter.
Stefan, si playboy anak yang bisa menukar hubungan seks dengan uang. Juno, anak dari orang kaya yang paling realistis dan bisa diandalkan. Sementara itu, Deni adalah si paling lugu dan berlatar belakang ekonomi biasa saja lantaran ayahnya hanya seorang PNS.
Setelah kepindahan ayah Deni ke Kalimantan, mereka berpisah hingga bertemu kembali bertahun-tahun kemudian. Sayangnya, demi menyelamatkan karier sang ayah, Deni harus menikah dengan anak politikus yang mau mencalonkan diri. Vicky, perempuan itu, sangat gila seks, tetapi Deni nggak percaya diri lantaran kelaminnya kecil.
Kedua sahabatnya pun mencoba berbagai macam cara untuk membangun kepercayaan diri Deni, mulai dari pergi ke cucu Mak Erot sampai menyewa PSK. Namun, apakah Deni bisa memisahkan antara perasaan dan nafsu kepada PSK itu?
Penuh dengan gurauan kelamin, parade perempuan seksi, hingga hubungan ranjang, XL jelas akan menerima banyak kritik jika ditayangkan sekarang. Terlebih, posternya pun menjurus kepada ketidakpercayaan diri Deni akan kelaminnya.
XL (Xtra Large) kini ditayangkan di Netflix
Kawin Kontrak (2008)
Kawin Kontrak, sebetulnya adalah film yang mengikuti isu heboh budaya perkawinan sementara di Puncak Bogor pada tahun 2008-an. Sebetulnya, jika digarap lebih serius, Kawin Kontrak bisa menjadi cermin isu sosial. Namun, Kawin Kontrak hanya berakhir sebagai film komedi seksual yang seolah main-main saja.
Ceritanya berpusat pada Rama, Dika, dan Jodi, tiga anak SMA baru lulus yang ingin mendapatkan petualangan seks terbaik. Tibalah mereka pada Kang Sono, agen kawin kontrak di puncak Jawa Barat yang punya banyak stok perempuan. Rupanya, kawin kontrak, bagi perempuan-perempuan di desa itu menjadi tradisi sekaligus cara instan mencari uang.
Di sepanjang film, kita akan disuguhi berbagai adegan perempuan berpakaian minim, gurauan ranjang, dan obrolan-obrolan yang berpusat pada fisik perempuan. Jika ditayangkan pada masa kini, Kawin Kontrak mungkin akan menuai protes karena ada banyak adegan yang enggak sopan serta menyinggung perempuan yang berasal dari daerah tertentu, bahkan ras tertentu yang dulu sering diceritakan sebagai “pelanggan kawin kontrak.” Namun, secara umum, film ini cukup menimbulkan gelak tawa, terutama dari akting ciamik Lukman Sardi sebagai Kang Sono yang oportunis.
Kawin Kontrak bisa kamu tonton di Netflix
Namaku Dick (2008)
Namaku Dick adalah film komedi dewasa yang bisa diprotes karena dua hal. Pertama, ide kisahnya sedikit sama dengan film Ich und Er (1988) dengan poster mirip The Hot Chick (2002). Kedua, isinya dipenuhi oleh gurauan seksual.
Namaku Dick dibuka dengan kisah Bama, anak culun di sekolah yang ditolak oleh Tiara, gebetannya. Saat besar, rupanya kejadian di sekolah itu membuat Bama menjadi dendam, berubah menjadi arsitek keren yang gagah, dan playboy. Atas ketidaksetiaannya itu, suatu hari ia menemukan kenyataan bahwa kelaminnya bisa berbicara dan mengganggu kehidupannya sebagai playboy. Masalah Bama bertambah lagi karena Tiara kembali datang ke kehidupannya.
Namaku Dick dengan segala nuansa glamor dan akting Tora (sebagai Bama) serta Aming (sebagai Dick alias pengisi suara kelamin Bama) sebetulnya asyik ditonton, tetapi enggak lebih daripada itu.
Quickie Express (2007)
Quickie Express boleh dimasukkan ke dalam daftar film Indonesia berkualitas yang wajib kamu tonton. Isunya “kena”, alurnya menarik, dan jika diamati lebih dalam, ia memotret dan menyindir banyak isu sosial dengan konsep komedi yang lucu. Para aktor pun bermain dengan sangat apik, terutama Tio Pakusadewo!
Quickie Express bercerita tentang Jojo, pria yang pekerjaannya serabutan dan memiliki masalah ekonomi. Suatu hari, ia didatangi oleh “pemburu” yang menawarkannya pekerjaan terbaik di dunia. Pekerjaan itu ternyata adalah sebagai gigolo!
Uniknya, sistem pekerjaan gigolo di Quickie Express sangat sistematis dan rapi seperti perusahaan. Para gigolo harus menjalani rangkaian tes, pelatihan, dan harus menapaki tangga karier sebelum pada akhirnya bisa melayani sosialita. Jojo mendapatkan uang dan kenyamanan hidup seperti yang ia inginkan, tetapi, ada harga yang harus dibayar saat ia jatuh cinta pada seorang mahasiswa koas.
Quickie Express bisa menjadi kontroversi jika dirilis saat ini karena banyak faktor. Pertama, begitu banyak muatan seksual yang betul-betul vulgar di dalamnya. Kedua, ada beberapa representasi suku yang bisa menyinggung sebagian masyarakat Indonesia. Ketiga, adanya isu LGBT yang justru berpotensi bikin marah kaum LGBT itu sendiri. Meski begitu, representasi suku yang dibawakan boleh dibilang menarik, pas secara logat, dan menggambarkan betapa beragamnya Indonesia.
Kamu bisa menikmati Quickie Express di Prime Video
Walaupun berpotensi menuai kontroversi, tetapi beberapa film di atas cukup gamblang berbicara tentang edukasi seks dan cukup menghibur. Nah, coba kamu tonton sendiri dan bagikan pendapatmu tentang kualitas film-film di atas.